Makam IRALIA BINTI DULASIK |
Namanya Iralia Binti Dulasik, gadis cantik
kembang desa di masa nya. menikah dengan Muhammad anak laki laki dari Ratna Kumala,
komandan pasukan gerilya Tentera Indonesia di wilayah Gelumbang dan sekitarnya di
masa perang kemerdekaan berkecamuk di wilayah Sumatera Bagian Selatan umumnya
dan di daerah Gelumbang dan sekitarnya pada khususnya.
Perang dan penghianatan selalu saja
meninggalkan duka. Tatkala perang berkecamuk Iralia dan Tihayu kakak
perempuannya berjibaku mendukung suami mereka di medan perang dengan bergabung
dalam organisasi Palang Merah Indonesia. Memasok makanan, obat obatan hingga
mesiu.
Berbagai trik mempertaruhkan nyawa mereka
lakukan untuk melewati blokade pasukan Belanda demi mengirimkan pasokan untuk
suami tercinta, termasuk menyembunyikan mesiu dalam keranjang bakul buah buahan
yang mereka bawa melintasi pos perbatasan Belanda.
Pernikahan mereka tak berumur panjang. seorang
teman yang sakit hati karena gagal mempersunting Iralia menjadi istrinya
berkhianat dan membocorkan lokasi keberadaan Muhammad, dan malam itu penyerbuan
dadakan oleh pasukan elit belanda berhasil melumpuhkan pasukan Muhammad dan
beliau berhasil ditangkap.
Sejak saat itu tidak pernah diketahui
keberadaannya secara pasti. kabar yang beredar menyebutkan bahwa beliau ditawan
dan dibawa Belanda ke Prabumulih lalu di eksekusi keesokan harinya, kabar
lainnya menyebutkan bahwa beberapa anak buahnya menyusup ke markas Belanda di
Prabumulih namun gagal menyelematkan beliau tapi berhasil membawa kabur
jenazahnya.
Gelumbang, 21 Juli 2015 |
Duka mendalam melanda Iralia dan Keluarga.
Janda perang ini hingga ahir hidupnya di usia yang belum terlalu tua tiada
henti berusaha mencari tahu keberadaan suaminya, walau sekedar menemukan kubur
suaminya bila memang telah wafat. Puluhan tahun berlalu menjelajah ke berbagai
kota, dari kampung ke kampung hingga ke berbagai makam Pahlawan namun tak jua
bertemu yang dicari, sampai beliau wafat dan dimakamkan disamping pusara
ibundanya.
Hari ke lima bulan syawal 1436H aku kembali
bersipuh di samping makam itu untuk kesekian kalinya. membayangkan seorang
wanita berkebaya putih berkain songket kemerahan tersenyum haru menyambut suaminya
dalam seragam perjuangan. Bersimpuh di samping Makam Tihayu yang pernah
menimang ku, bersimpuh disamping makam Idrus Bin Topa yang pernah menggendongku
hampir di setiap dinihari hingga waktu subuh, manakala aku masih dipanggil Hadiwijaya.
Tak ada yang dapat ku lakukan untuk mengubah
apa yang sudah terjadi di masa lalu, teriring do’a semoga Allah yang maha
mempertemukan, mempertemukan kembali Iralia dan Suami-nya dalam kebahagiaan. Dan
semoga dendam tak kan terwariskan. aamiin.
------------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment