Thursday, January 30, 2020

BUANG MUKA

Masih mau buang muka?

BUANG MUKA itu salah satu ciri sikap Takabur loh. Takabur berasal dari bahasa arab Takabbara-Yatakabbaru yang artinya sombong atau membanggakan diri sendiri. Dalam bahasa indonesia banyak sekali istilah lain dari takabur ini antara lain, sombong, congkak, angkuh, tinggi hati, besar kepala.

Menurut Rasulullah “Takabur itu mendustakan kebenaran, dan menganggap remeh orang lain". (HR. Muslim) dan Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang memalingkan muka (sombong) lagi membanggakan diri (QS Luqman: 18)***


Saturday, January 25, 2020

Pulau Ndana; Syurga Kecil di Perbatasan Australia

Lokasi pulau Ndana, berbatasan langsung dengan wilayah laut Australia.
Ada dua pulau Dana di provinsi NTT yang sama sama merupakan pulau terluar Indonesia yang berbatasan laut langsung dengan perairan Negara tetangga di selatan, Australia. Adalah pulau Dana Rote dan Pulau Dana Sawu. Disebut pulau Dana Rote karena letaknya yang berdekatan dengan Pulau Rote sedangkan yang satu lagi disebut dengan Dana Sawu karena letaknya yang berada di Laut Sawu.

Pulau Dana Rote juga dikenal dengan nama Pulau Ndana ukurannya jauh lebih besar dibandingkan dengan Pulau Dana Sawu. Pulau Dana Sawu sendiri hanya muncul ke permukaan pada saat air laut sedang surut, sedangkan pada saat air laut sedang pasang hampir seluruh pulau itu akan tenggelam, karenanya pulau tersebut tak berpenghuni dan juga tidak ada personil TNI yang bertugas permanen disana.


Pulau Ndana merupakan pulau Indonesia yang terletak paling selatan dan berbatasan laut langsung dengan wilayah laut Australia. Konon dulunya pulau ini seringkali disinggahi tentara Australia dan kini dijaga ketat oleh aparat TNI. Pulau Ndana merupakan bagian dari kabupaten Rote Ndau, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Untuk mencapai pulau ini, harus menyeberangi laut dari kota Ba’a (Ibukota kabupaten Rote Ndau) menggunakan perahu motor selama 1.5 jam. Pulau seluas seluas 14,19 kilometer persegi atau sekitar 1.419 hektar ini memang memiliki pemandangan cukup indah, tak salah bila menyebutnya sebagai sebuah surga kecil, di pulau ini ada danau kecil yang airnya bewarna merah karenanya disebut danau merah. Di pulau ini juga pengunjung akan dapat menyaksikan alamnya yang masih asli serta bila beruntung akan berjumpa dengan rusa rusa yang berkeliaran disana.

Prajurit TNI dari satuan tugas pengamanan pulau terluar sedang berjaga di pos pengamanan pulau terluar di pulau Ndana (foto dari republika).
Pulau Ndana secara turun temurun merupakan tanah ulayat kerajaan yang pernah ada disana dan kini hak ulayatnya dipegang oleh keluarga Mesakh. Pihak TNI telah mendapatkan lahan hibah dari keluarga tersebut untuk membangun fasilitas TNI dipulau itu dan juga lahan hibah untuk pembangunan mercusuar dengan syarat harus menjaga kelestarian hutan di pulau Ndana dan tidak boleh menembak rusa.

Meski terpencil di tengah laut dan cukup sulit untuk dikunjungi, pulau Ndana tidaklah tertutup untuk umum alias terbuka untuk kunjungan wisata, dan anggota TNI yang bertugas disana akan dengan senang hati menemani wisatawan yang datang berkunjung kesana. Meski demikian setiap pengunjung memang harus patuh pada aturan yang ada di pulau tersebut terkait dengan konservasi alam.

Suasana di pos pengamanan pulau terluar di pulau Ndana (foto dari Republika)

-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @masjidinfo |  @masjidinfo.id  | @hendrajailani
------------------------------------

Referensi


Baca Juga


Saturday, January 18, 2020

Masjid Ali Bin Abu Thalib, Penanda Tapak Rumah Khalifah Ali Bin Abu Thalib di Madinah

Masjid Ali Bin Abu Thalib dari arah gerbang As-Salam Masjid Nabawi, diantara jemaah yang baru selesai menunaikan sholat fardhu di Masjid Nabawi.

Di sebelah barat daya Masjid Nabawi terdapat tiga bangunan masjid tua yang masih berdiri kokoh dan terawat baik hingga saat ini. Tiga masjid tersebut adalah Masjid Al-Ghamamah, Masjid Abu Bakar As-Sidik dan Masjid Ali Bin Abu Thalib. Ketiga masjid tua ini dibangun di lokasi yang memiliki sejarah nya sendiri dalam sejarah perkembangan Islam.

Namun demikian wajib di ingat bahwa ketiga “bangunan” dari masjid masjid tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan sejarah Rosulullah dan para sahabat, karena memang dibangun jauh setelah beliau wafat. Hanya titik lokasi tempat masing bangunan masjid ini berdiri yang menurut ahli sejarah Islam, memiliki keterkaitan dengan beberapa peristiwa dalam sejarah perkembangan Islam di kota Madinah.

Ali Bin Abi Talib Masjid
As Salam Rd, Al Manakhah, Medina 42311, Saudi Arabia


Masjid Ali Bin Abu Thalib dibangun sebagai penanda lokasi tempat dimana dahulu nya rumah khalifah Ali Bin Abu Thalib dan istrinya Fatimah Azzahra, putri kesayangan Rosulullah. Tidak ada yang tersisa dari bangunan rumah dimaksud. Adapun bangunan masjid yang kini berdiri pertama kali dibangun pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz (22 September 717 – 5 Februari 720), sebagai pengingat sejarah.

Bangunan tersebut kemudian direnovasi oleh Gubernur Dhaigham Al-Manshuri, Gubemur Madinah tahun 881H. Setelah itu juga direhab oleh Sultan Abdul Majid I pada saat Arab Saudi menjadi bagian dari wilayah Khalifah Turki Usmani yang berpusat di Istanbul. Renovasi terhadap masjid ini kembali dilakukan tahun 1269 H.

Masjid Ali Bin Abu Thalib dengan pagar keliling dengan warna yang senada dengan bangunan masjid nya.
Dimasa kekuasaan kekuasaan Kerajaan Arab Saudi, Masjid Ali Bin Abu Thalib kembali  direnovasi oleh Raja Fahd pada tahun 1411H, sebagaimana dijelaskan pada prasasti yang dipasang ditembok pagar disamping gerbang timur masjid. Raja Fahd memperluas masjid ini hingga mencapai 682m2 dengan menara setinggi 26 meter.

Saat ini Masjid Ali Bin Abu Thalib lokasinya sudah sangat dekat dengan Masjid Nabawi setelah proyek perluasan. Masjid Ali Bin Abu Thalib berada disisi selatan ruas jalan As-Salam yang berahir di pintu 7 atau gerbang As-Salam Masjid Nabawi, jarak diantara keduanya hanya terpaut sekitar 100 meter saja.

Bagi Jemaah yang akan memasuki atau keluar dari Masjid Nabawi melalui gerbang As-Salam akan dengan mudah menemukan masjid bersejarah ini. Namun karena lokasinya yang sudah sangat dekat dengan Masjid Nabawi, Masjid ini kini ditutup untuk aktivitas peribadatan oleh pemerintah setempat, dan Jemaah diarahkan langsung ke Masjid Nabawi.

Seluruh bangunan masjid ini dikelilingi pagar tembok cukup tinggi, dua gerbangnya selalu dikunci dan tidak ada akses bagi pengunjung untuk sekedar masuk ke halaman-nya. Untuk melihat bangunannya justru akan lebih jelas dari kejauhan, bila dari dekat justru akan sulit untuk dapat melihat bangunan masjidnya karena terhalang oleh tembok pagarnya.

Pasar disamping Masjid Ali Bin Abu Thalib, dibagian belakang pasar tampak ujung menara masjid Ghamah dan Masjid Abu Bakar.
Di sebelah timur masjid Ali kini ada pasar tradisional yang tertata dengan apik menyediakan berbagai macam dagangan dan oleh oleh khas Madinah. Gerbang samping Masjid Ali menghadap ke pasar ini, namun kini sudah tidak bisa di akses. 

Saat berkunjung ke masjid ini di bulan Nopember 2019 yang lalu, kami sempat melihat beberapa Jemaah yang tampak tersedu sedu di depan pintu gerbang masjid ini yang mengarah ke jalan as-salam. Entah mungkin beliau beliau sedang terharu dapat datang kesana dan melihat langsung lokasi dimana dulunya rumah dari salah satu sahabat terbaik, sepupu sekaligus menantu Rosulullah berada, atau karena alasan lain. Wallahuwa’lam.***

Tiga masjid tua Madinah di lokasi yang berdekatan, dari kanan ke kiri : Masjid Ali Bin Abu Thalib, Masjid Abu Bakar dan Masjid Ghamamah (di latar belakang).
Sisi mihrab (selatan) Masjid Ali Bin Abu Thalib.
Pagi hari di Masjid Ali bin Abu Thalib.
Masjid Ali Bin Abu Thalib dengan latar belakang salah satu menara masjid Nabawi.

-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @masjidinfo |  @masjidinfo.id  | @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga


Sunday, January 12, 2020

Sejenak di Masjid Al-Zawawi Muscat

Masjid Al-Zawawi, Muscat, Oman.

Penerbangan Oman Air malam itu mendarat di bandara internasional muscat dibawah siraman hujan yang cukup deras. Seperti melihat berkah yang sedang berjatuhan dimalam itu, bagaimana tidak, Jakarta dan Indonesia sedang kemarau panjang saat kami tinggalkan sedangkan Muscat di Oman yang notabene salah satu Negara arab dengan iklim gurun yang kering justru disini kami berjumpa lagi dengan hujan setelah sekian bulan menikmati kemarau.

Kota Muscat selaku ibukota Oman, cukup indah dan menawan kota yang sedang bergerak maju dengan infrastruktur jalan raya dan bangunan bangunan jangkung yang mulai mendominasi pusat kotanya. Terselip diantara bangunan bangunan hotel bertingkat, perkantoran dan pusat bisnis di pusat kota Muscat, adalah Masjid Al-Zawawi yang begitu menarik perhatian karena arsitekturnya yang menawan.


Masjid Al-Zawawi terlihat dengan jelas dari ruas jalan raya bebas hambatan dari dan menuju bandara Muscat. Menjadi lebih menarik untuk dikunjungi karena lokasinya tak jauh dari hotel city season tempat kami menginap. Dari pintu lobi hotel masjid ini bahkan terlihat langsung diantara bangunan hotel disekitarnya.

Masjid Al-Zawawi merupakan nama populer masjid ini karena memang dibangun oleh keluarga besar Al-Zawawi, salah satu keluarga terpandang di Oman. Sedangkan nama sebenarnya dari masjid ini cukup panjang yakni Masjid Abdul Mun’im bin Yusuf bin Ahmad Zawawi sebagaimana terpampang di papan namanya di depan masjid dan ditulis juga di plakat pembangunannya yang dipasang di tembok masjid sisi sebelah timur, di sebelah pintu masuk utama.

Sisi timur Masjid Al-Zawawi.
Merujuk kepada plakat berbahasa arab yang terpasang disana, masjid ini dibangun oleh keluarga Al-Zawawi pada tahun 1985M (1405H) untuk mengenang ayahanda mereka mendiang Abdul Mun’im bin Yusuf bin Ahmad Zawawi yang namanya diabadikan sebagai nama resmi masjid ini. Namun demikian masjid ini lebih dikenal luas sebagai masjid Al-Zawawi.

Denah bangunan komplek masjid ini dibuat simetris baik taman maupun bangunannya. Bangunan masjidnya dilengkapi dengan beranda dan tangga besar di tiga sisinya kecuali sisi kiblat tempat mihra dan menara tunggalnya berada. Pintu utama berada di sisi timur, tangganya dilapis dengan karpet warna hijau.

Nama masjid yang cukup panjang, bukan?.
Bangunan penunjang termasuk ruang terbuka cukup luas di lantai dasar bangunan segi empat di belakang masjid, ruangan ini juga berfungsi sebagai area sholat. Mengingat bahwa masjid ini di kunci di luar warktu sholat berjamaah, maka Jemaah yang akan sholat di masjid ini di luar waktu sholat berjamaah dapat melaksanakan sholat di ruangan ini.

Tempat wudhunya dibangun di sisi belakang, ada juga tempat wudhu di bangunan pancuran beratap kubah di sisi kiri dan bangunan masjid ini seperti layaknya bangunan bangunan masjid tua di timur tengah. Kubah masjid ini dibangun mirip dengan kubah masjid di St Peterburg Russia dan bangunan bangunan masjid tua di asia tengah, sama sekali berbeda dengan bentuk kubah masjid Agung Sultan Qaboos.

Sesaat sebelum meninggalkan Muscat untuk melanjutkan penerbangan ke Madinah, 21 Nopember 2019 kami menyempatkan singgah sebentar ke masjid ini untuk menunaikan sholat dhuha dan sejenak menikmati keindahan bangunan masjid yang belum ada replica atau yang serupa dengan ini di Indonesia.***
-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @masjidinfo |  @masjidinfo.id  | @hendrajailani
------------------------------------

Baca juga


Thursday, January 9, 2020

Mengunjungi Rumah Kelahiran Rosulullah

Gedung Perpustakaan Makkah Al-Mukarromah disebut sebut oleh sebagian ahli sejarah Islam sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassallam.

Di kota suci Mekah Al-Mukarromah ada sebuah bangunan yang disebut oleh sebagian ahli sejarah Islam sebagai rumah tempat nabi Muhammad dilahirkan. Bangunan ini kini masuk ke dalam kawasan komplek Masjidil Haram berdekatan dengan bangunan pengelolaan air zamzam, di sebelah timur bukit marwa.

Sejak tahun 1950M (1370H) difungsikan sebagai perpustakaan dengan nama “Maktabah Al-Mukarromah” atau bahasa Inggris “Makkah Al-Mukarromah Library”, atau “Perpustakaan Makkah Al-Mukarromah”. Bangunan tersebut terdiri dari dua lantai dengan jendela jendela yang terbuat dari kayu. Bewarna coklat kehitam-hitaman, yang menjadi ciri khas bangunan bangunan Makkah sejak dulu. 


Bangunan ini boleh dikunjungi oleh siapapun hanya saja memang tak semua orang boleh masuk ke dalam-nya kecuali pelajar dan mahasiswa. Rombongan jemaah haji ataupun umroh dari Indonesia yang datang kesana akan disambut dengan ramah oleh petugas perpustakaan yang fasih berbahasa Indonesia dan membagi bagikan leaflet berbahasa Indonesia yang berisikan penjelasan tentang perpustakaan tersebut termasuk sejarahnya

Pengunjung bebas untuk melihat bangunan ini dari luar, sementara untuk mengetahui seperti apa isinya, di bagian depan bangunan dipasang beberapa spanduk berukuran besar yang memampang foto foto suasana di dalam perpustakaan tersebut. Sebuah spanduk besar juga menghimbau pengunjung untuk tidak melakukan peribadatan tertentu di tempat tersebut karena tidak ada tuntunan melakukan itu dari Rosulullah.

Gedung dan Leaftlet Perpustakaan Makkah Al Mukarromah.

Sejarah Rumah Kelahiran Rosulullah

Disebutkan oleh sebagian ahli sejarah, bahwa perpustakaan tersebut adalah rumah dimana Rosulullah dilahirkan. Rumah itu kemudian dimiliki oleh Aqil bin Abu Thalib yang ia terima dari nabi Muhammad – ketika beliau hijrah ke Madinah, hingga kemudian dijual kepada Muhammad bin Yusuf ats Tsaqafi (saudara al Hajjaj), yang kemudian memasukkannya ke dalam bagian rumahnya yang dikenal dengan nama Daar al Baidha.

Ketika al Khayziran (Ibu Harun ar Rasyid) menunaikan haji pada tahun 171H ia kemudian menjadikannya masjid untuk ditempati sholat. Sampai kemudian di tahun 1950M (1370H) Syekh Abbas Qoththan menjadikannya sebagai perpustakaan Al-Mukarramah hingga hari ini dibawah koordinasi kementrian urusan agama Islam. Bangunannya masih terpelihara dengan baik sesuai dengan bentuk aslinya.

Sebenarnya tidak ada dalil shahih yang menjelaskan secara menyakinkan dimana tempat kalahiran Rosulullah dengan pasti. Oleh sebab itu, ulama dan sejarawan berbeda pendapat dalam menentukan tempat pasti kelahiran Beliau. Namun bila sedang berkesempatan ke tanah suci Makkah dan ada waktu luang, tak ada salahnya berkunjung kesini sekedar menapak tilas perjalanan hidup Rosulullah.***


Papan nama perpustakaan Makkah al-Mukarromah.
Spanduk besar di dinding depan perpustakaan Makkah al-Mukarromah yang mengingatkan pengunjung untuk tidak melakukan hal hal yang tidak ada tuntunannya ditempat tersebut.
Pintu utama perpustakaan Makkah al-Mukarromah.
Jemaah dari Indonesia sedang berkunjung ke perpustakaan Makkah al-Mukarromah.


-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @masjidinfo |  @masjidinfo.id  | @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga



Tuesday, January 7, 2020

Taman RPTRA; Tongkrongan Baru Warga Cikarang Timur

Taman RPTRA Cikarang Timur.

Warga Cikarang Timur kini memiliki ruang publik baru dengan mulai dibukanya RPTRA atau ruang public terbuka ramah anak Cikarang Timur yang berada di lahan milik pemkab Bekasi di dalam komplek perumahan Graha Asri, desa Jatireja, kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi.

RPTRA Cikarang Timur mulai dibangun di bulan Oktober 2019 dan mulai dibuka untuk umum pada 30 Desember 2019, meskipun belum diresmikan dan belum diserahterimakan secara resmi kepada pemkab Bekasi. Semula taman ini akan diresmikan oleh Bupati Bekasi pada 27 Desember 2019 namun kemudian rencana tersebut di undur.

.............................
Taman RPTRA Cikarang Timur
Jl. Cisanggiri Raya Komplek Perumahan Graha Asri, Jatireja, Kec. Cikarang Tim., Bekasi, Jawa Barat 17530
https://maps.app.goo.gl/ngHxRyebFPcAUUq2A
..............................


Sejak mulai dibuka, setiap hari ini selalu ramai dikunjungi warga, meski belum ada kejelasan siapa pengelolanya, sementara ini tampak pengurus RT setempat yang berinisiatif mengatur warga yang berkunjung kesana.

Masuk ke taman ini gratis, alias tidak dipungut bayaran. Sudah tersedia lahan parkir berlantai cor di di ujung selatan diluar pagar taman. Di dalam taman tersedia beberapa fasilitas termasuk arena bermain anak anak dengan lantai rumput sintetis, bangunan pendopo, panggung terbuka, area skateboard, lapangan volley dan lapangan basket.*** 

Air mancur dan pendopo.
Arena bermain anak dengan rumput sintetis menjadi pavorit.
Panggung terbuka dilihat dari dalam pendopo, di ujung sana terdapat arena skateboard, lapangan volley, lapangan basket dan tempat parkir di luar pagar RPTRA.
Panggung terbuka.
Arena skate board.