Tuesday, March 10, 2020

“Ditangkap” Askar Gara Gara Tahlilan di Baqi

Pemakaman Baqi' - Madinah.

Selesai makan malam, tour leader dan mutowif kami menyampaikan agenda untuk besok, yakni mengunjungi masjid masjid bersejarah disekitar Masjid Nabawi yaitu Masjid Abu Bakar, Masjid Al-Ghamamah dan terahir ziarah ke Pemakaman Baqi’.

Aku tersenyum sendiri mendengar daftar destinasi yang sebelumnya tidak ada di dalam Itinerary list itu dan karenanya aku sudah berkunjung ke tiga tempat itu sendirian. Bahkan sore tadi aku baru kembali dari Baqi’. Tapi baiklah siapa tahu besok aku bisa masuk lebih dalam ke komplek pemakaman Baqi’ dan mendapat informasi lebih.

Malam itu, mutowif kami menjelaskan beberapa aturan saat ziarah ke pemakaman Baqi’. Diantaranya yang benar benar beliau “garis bawahi” adalah untuk tidak tahlilan, yasinan, tawasulan dan sejenisnya di pemakaman Baqi’.

Pagar pemakaman Baqi'
Bukan tanpa alasan beliau menyampaikan itu. Karena ternyata beliau sendiri pernah ditimpa masalah manakala membawa rombongan Jemaah ziarah ke Baqi’ dan atas permintaan jemaahnya dilakukan tahlilan disana. Tak berlangsung lama kemudian rombongan beliau dibubarkan askar dan disuruh keluar dari komplek pemakaman, sedangkan beliau sendiri dibawa ke kantor dan diberi teguran keras.

Kejadian yang sama terulang ketika rombongan Jemaah yang dibawanya kesana memaksa untuk yasinan dan bertawasul disana, dan lagi lagi rombongannya disuruh keluar dari Baqi’ dan beliau dibawa askar ke kantor, “diceramahi dan diberikan teguran keras untuk tidak mengulangi hal itu”.

Saat itu aku baru benar benar faham dengan apa yang dilakukan dua rombongan Jemaah yang ku jumpai di Baqi sore tadi, mereka melakukan tahlilan dengan sura pelan dalam rombongan sambil tetap berjalan beriringan. Dan rombongan lainnya yasinan dengan suara pelan dalam rombongan yang juga sambil berjalan pelan pelan, sementara sebagian jemaah berjalan sambil fokus ke kitab yasin di tangan-nya.

Pemakaman Baqi' - Madinah.
Oh iya mutowif kami saat itu, adalah seorang santri asal Madura yang sekolah di Arab Saudi dan kini tinggal di kota Jeddah sejak lebih dari 10 tahun lalu. Beliau cukup faham seluk beluk kota Mekah, Madinah dan Jeddah serta tentu saja mahir berbahasa Arab.

Ziarah dari luar pagar

Hotel tempat kami menginap di ruas jalan As-salam memang tak terlalu jauh dari Masjid Nabawi dan dapat dicapai dengan berjalan kaki. sesuai rencana pagi itu kunjungan dimulai dari melihat dari dekat Masjid Abu Bakar, dilanjutkan ke Masjid Al-Ghamamah dan disana dijelaskan sejarah kedua masjid tersebut.

Dua masjid ini memang sudah dikunci tidak lagi digunakan untuk sholat berjamaah karena lokasinya yang kini sudah begitu dekat dengan Masjid Nabawi sehingga aktivitas sholat berjamaah dipusatkan ke Masjid Nabawi.

Pemakaman Baqi' - Madinah.
Dari pelataran masjid Al-Ghamamah kami harus menyeberangi pelataran selatan Masjid Nabawi menuju ke pintu gerbang Baqi, dari sana gerbang pemakaman Baqi’ langsung terlihat, tapi rombongan Jemaah yang dipimpin mutowif dan tour leader malah berbelok kea rah utara menyusuri ruas jalan King Abdul Aziz di sisi utara Pemakaman. Ternyata kami di ajak untuk melihat pemakaman Baqi lebih dekat tapi dari luar pagar.

Wanita Dilarang Masuk

Hal tersebut memang jalan tengah terbaik, karena wanita dilarang masuk ke areal pemakaman, sangat tidak logis toh untuk membagi dua rombongan kami, sehingga berziarah dari luar pagar adalah jalan tengah terbaik saat itu.

Hari itu saya mendapatkan jawaban mengapa saya tak menemukan satupun perempuan di area pemakaman ini sehari sebelumnya saat saya ziarah sendirian disana, ternyata karena memang ada aturan yang melarang perempuan masuk ke area pemakaman.

King Abdul Aziz road, Pemakaman Baqi' disebelah kanan foto.
Ruas jalan King Abdul Aziz yang membentang di sisi utara pemakaman Baqi’ memiliki jalur pedestrian yang cukup lebar lengkap dengan pohon yang mulai tumbuh dan bangku bangku panjang untuk istirahat. Maka jadilah hari itu rombongan kami menziarahi pemakaman Baqi’ di jalur pedestrian di luar pagar sambil melihat ke dalam.

Bahkan Kubur pun tak bernama

Tak mengapa setidaknya hari itu saya menyadari betapa “luar biasa’ nya mereka yang dimakamkan di Baqi’, mereka adalah tokoh tokoh awal Islam yang tak kan pernah tergantikan, dan tak kan pernah ada yang mampu menggantikan mereka ataupun yang setara dengan mereka dalam kontribusinya bagi perjuangan Rosulullah tercinta menegakkan syariat.

Di Baqi’ kita “di-tampar” dengan nasihat kematian. Disana kita melihat siapapun orangnya, apapun pangkat, kedudukan dan jabatannya semasa hidup, apakah dia terlampau miskin atau telampau kaya semua-nya sama saja manakala ajal menjemput. Tak peduli berapa panjang dan mulia gelarnya semasa hidup tapi ketika mati, bahkan kubur pun tak bernama.***

Posting sebelumnya; Senja di Pemakaman Baqi - Madinah 

-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga


Thursday, March 5, 2020

Senja di Pemakaman Baqi - Madinah

Seorang laki laki sedang berziarah sendirian di salah satu makam di komplek pemakaman Baqi - Madinah, dengan latar belakang menara menara Masjid Nabawi yang menjulang diantara gedung gedung perhotelan disekitarnya.

------------------------------------------------------------
Bila mau jujur, pemakaman Baqi di Madinah ini sesungguhnya memang bersesuaian dengan hadist Rosulullah secara tekstual”
-------------------------------------------------------------

Baqi’ atau Jannatul Baqi’ adalah komplek pemakaman yang begitu terkenal di kota Madinah letaknya tak jauh dari Masjid Nabawi. Apalagi setelah masjid Nabawi diperluas, salah satu gerbang akses ke masjid ini tepat berhadapan dengan gerbang pemakaman Baqi’. Sebagian orang juga menyebutnya dengan Pemakaman syuhada Baqi’. Seluruh komplek pemakaman ini dipagar tembok keliling dengan hanya satu gerbang akses untuk pengunjung dan peziarah dari arah gerbang Baqi’ Masjid Nabawi.

Bulan Nopember 2019 saya berkesempatan berziarah ke pemakaman ini, sendirian, selepas sholat Asyar di Masjid Nabawi. Saya putuskan untuk berziarah kesana meski sendirian karena memang didalam Itinerary list yang dibagikan oleh pihak tour dan travel tidak saya temukan agenda untuk ziarah bersama kesana.

Permukaan tanah komplek pemakaman Baqi’ ini lebih tinggi dari jalan raya & pelataran masjid Nabawi, jalan akses yang menanjak menuju gerbangnya dibuat menyamping tidak lurus langsung menuju ke gerbang. Sore itu peziarah tidak telalu rame, namun saya tak bersua dengan Jemaah asal Indonesia yang dapat saya ajak berbarengan ziarah kesana.


Tiba di gerbang makam, tampak cukup banyak petugas keamanan kerajaan Arab Saudi dengan seragam loreng khas mereka berjaga jaga disana tanpa membawa senjata apapun, beberapa dari mereka membawa perangkat handy talky. Melewati gerbang, di sebelah kanan terpampang spanduk berukuran besar dalam beberapa bahasa terpampang disana.

Spanduk itu menjelaskan tentang tata cara ziarah kubur sesuai sunnah. Dan baru beberapa langkah dari sana untuk menuju ke dalam, saya terkaget kaget dengan teriakan salah satu petugas berseragam disana ke arah ku, refleks jari telunjuk ku menunjuk ke muka ku sendiri, tapi askar itu memberi isyarat dengan tangan nya bahwa bukan aku yang dimaksud tapi orang yang di belakangku.

Menengok ke belakang, dibelakangku ada seorang pria bersorban, berpakaian putih panjang hingga lutut, celana panjang juga warna putih, dan berjenggot panjang, mungkin dari Pakistan atau dari Afganistan, entahlah, aku juga tidak tahu apa masalahnya, dan juga tidak berusaha mencari tahu. 

Askar yang tadi berteriak bergegas mendatanginya seraya memberiku isyarat (lagi lagi dengan tangannya) mempersilahkan-ku masuk. Selanjutnya mereka terlibat pembicaraan dalam bahasa arab yg saja saya tidak faham apa yang mereka bicarakan.

Jannatul Baqi' berlatar belakang Masjid Nabawi. Begini rupa dan bentuk kuburan di Jannatul Baqi', hanya berupa gundukan tanah dan kerikil dengan sebongkah batu sebagai nisan. 

Siapa yang dimakamkan di Baqi’ ?

Sejujurnya saya tidak tahu pasti siapa saja yang dimakamkan di Baqi’ tanpa membaca berbagai sumber, atau lebih jelasnya saya tidak tahu, kuburan siapa yang saya jumpai di Baqi’. Karena semua kuburan yang ada di pemakaman Baqi’ sama sekali berbeda dengan kuburan yang ada di pemakaman di Indonesia pada umumnya yang paling minim dilengkapi dengan Nama di Nisan-nya.

Di pemakaman Baqi’ semua kuburannya hanya berupa gundukan tanah dan batu kerikil dengan ssebongkah batu berukuran lebih besar sebagai nisan di bagian kepala kuburan. Tidak ada juga petunjuk seumpama spanduk besar seperti di dekat gerbang yang menjelaskan siapa saja yang dimakamkan di masing masing blok disana apalagi denah komplek makam beserta nama nama yang dimakamkan disana.

Namun demikian, komplek pemakaman ini sangat terawat, begitu banyak petugas yang senantiasa menata kembali batu batu kerikil dimasing masing kuburan, seluruh arealnya bersih dan rapi, dilengkapi dengan jalan jalan akses berupa jalan setapak ber-paving blok.

Sama halnya dengan tempat tempat lain di Madinah, di pemakaman Baqi’ ini pun kita akan menjumpai begitu banyak burung burung merpati yang berkeliaran bebas di komplek pemakaman yang cukup luas tanpa ada satu pohon pun ini.

Kemanapun mata memandang di pekamanan Baqi, semuanya senada. semua kuburan disini sama bentuk dan rupanya. Dan kawanan burung dara bebas berkeliaran di tempat cukup luas ini.

Apakah pemakaman Baqi’ tampak angker?

Bagi saya pribadi tidak ada sama sekali kesan seram ataupun angker di komplek pemakaman ini. Lagipula suasananya memang teramat berbeda dengan komplek pemakaman tua di tanah air yang penuh dengan pepohonan rindang, aneka tanaman tropis dan tanaman khas kuburan, belum lagi dibumbui dengan kisah kisah mistisnya.

Arab Saudi ber-iklim gurun, tanaman dan pepohonan tak mudah tumbuh begitu saja disini, sehingga komplek pemakaman inipun tampak gersang tanpa tumbuhan apalagi pepohonan yang berukuran besar. Dan tidak ada bangunan dalam bentuk apapun di dalam komplek pemakaman ini selain gundukan tanah dan kerikil dengan sebongkah batu sebagai nisan.

Tahlilan Yasinan Bisik Bisik

Yang saya fahami, secara eksplisit tata cara ziarah yang dipampang di spanduk di dekat gerbang pemakaman ini tidak memperkenankan peziarah untuk tahlilan, yasinan, berdo’a dan sejenisnya ditempat ini.

Spanduk besar di dekat gerbang pemakaman Baqi' dan beberapa tentara Kerajaan Arab Saudi yang sedang bertugas jaga disana.

Namun pemandangan cukup unik saya temukan ketika ada seorang pria bersorban tampak duduk sendirian dengan kursi portable di sisi salah satu makam dan beliau sepertinya sedang mengaji disana. Di sisi yang lain juga ada seorang peziarah yang melakukan hal yang sama namun lokasinya cukup jauh ditengah tengah dan jauh juga dari jalan setapak.

Saya juga menjumpai rombongan peziarah yang berjalan pelan pelan yang ternyata mereka sedang tahlilan berjama’ah dengan suara pelan, nyaris berbisik sambil terus berjalan. Rombongan berikutnya saya temukan juga sedang dengan mode yang sama namun membaca surah Yasin, juga dengan suara yang sangat pelan nyaris berbisik. Saya yang datang kesana sendirian dan berjalan dengan kecepatan normal tentunya dengan segera melewati rombongan yang jalannya sangat pelan itu.

Ditutup menjelang matahari terbenam.

Hari itu sepertinya saya memang ke sore-an datang kesana, belum lagi tiba di belokan jalan setapak yang saya lewati ketika para petugas berseragam disana terdengar berteriak teriak dan bergegas menghampiri orang orang yang sedang berziarah disana.

Pemakaman Baqi' - Madinah.

Dan aku hanya diam memperhatikan. Tampaknya semua orang disuruh keluar dari sana, beberapa petugas yang menghampiri dengan langkah cepat ke orang orang yang tadi mengaji di sisi makam dan tampak nya sedikit ada perdebatan.

Salah satu askar berjalan ke arahku yang masih berdiri diam ditempatku dan ia memberi isyarat dengan menyilangkan dua tangannya sambil berujar “closed” begitu katanya, “Ouw” sahut ku, “yes close, came again tomorrow” lanjutnya. Lumayan lah yang penting aku ngerti maksudnya. Ya sudahlah, mau tak mau putar haluan kembali ke arah gerbang.

Di gerbang pemakaman tampak para askar itu sibuk mengusir orang orang yang berkerumun disana termasuk yang sibuk selfie dan weifie. Tapi aku cukup beruntung, tampaknya mereka tak keberatan aku berdiri sejenak disana untuk memotret Masjid Nabawi yang tampak anggun dibawah siraman cahaya matahari senja.

Masih ada cukup waktu untuk jalan kaki kembali ke hotel tempat kami menginap untuk mandi ganti baju dan kembali lagi ke Masjid Nabawi guna bersiap siap sholat magrib. Alhamdulillah sudah sempat berziarah ke pemakaman yang sudah kudengar kisahnya sejak berpuluh puluh tahun lalu, dan sempat mengabadikan tempat itu dalam beberapa bingkai foto sekedar untuk kenang kenangan. Nanti kita lanjutkan cerita-nya ya di posting berikutnya.***


-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga



Wednesday, March 4, 2020

Kabau ; Penghilang Bau Jengkol dan Petai

Buah Kabau, salah satu jenis lalapan populer di tanah Belida.

Di kalangan penggemar lalapan terkenal guyonan begini ini “cara mudah menghilangkan bau jengkol itu adalah makan petai”. Dan “untuk menghilangkan bau petai itu gampang, silahkan makan Kabau”   . . . jadi bau Kabau dong, . . .gampang itu mah, hajar bau kabau nya dengan Tempoyak JJ

Kabau itu pohon yang sejenis dengan jengkol atau Jering dia menjadi lalapan makan bagi yang suka lalapan, sama halnya dengan jering dan petai, aromanya itu aduhai. Kabau itu rasanya memang sedikit mirip dengan jering alias jengkol tapi lebih wuah.

Buah kabau di pohon nya.
Bentuk buah Kabau sama sekali berbeda dengan Jengkol. Buah kabau seperti kacang polong dengan biji nya yang banyak. Bentuk bijinya unik mirip pil tablet. Warnanya hijau saat masih muda dan menghitam saat sudah tua. Selain disebut Kabau ada juga yang menyebutnya sebagai Jering Utan, atau Jeing Tupai.

Bai de we ngomong ngomong, Jering, petai dan Kabau itu ternyata bahasa Indonesia lho sebagaimana disebut di kamus besar. Tadinya kukira Jering, petai dan Kabau itu adalah bahasa Belida di Gelumbang.

Isi buah kabau.
Kabau itu nama ilmiahnya Archidendron bubalinum masuk marga tanaman Archidendron, nama lainnya di Indonesia juga dikenal dengan nama Jering hutan (jengkol hutan), Jerign Tupai (jengkol tupai).

Dan merujuk ke berbagai sumber, Kabau ternyata daerah sebaran tumbuhnya cukup luas meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa hingga ke semenanjung Malaya dan Filippina.

Setelah di potek, mirip pil tablet khan. . . . 
Pohon kabau itu mirip dengan pohon Jengkol, bisa tumbuh menjulang tinggi, kayu pohon-nya juga cukup baik kualitasnya dan seringkali digolongkan sebagai kayu pohon jengkol. Di Sumatera, tepatnya dikampung halaman kami di tanah Belida di Sumatera Selatan, tanaman ini biasa ditanam penduduk di kebun kebun mereka dari bijinya yang sudah tua.

Sehingga dapat dipastikan bila saat di hutan dan menemukan pohon ini, hampir dapat dipastikan ditempat tersebut dulunya adalah bekas kebun atau dulunya seseorang pernah berkebun atau ber-huma ditempat tersebut. Kenapa demikian, karena jaman dulu orang orang berladang, berkebun atau membuka huma secara berpindah pindah.

Perhatikan daun dan dahan nya, tidak jauh beda dengan jengkol khan.
Ladang yang sudah lama ditinggalkan lama  kelamaan akan kembali menjadi hutan dan pohon tanaman usia panjang akan bertahan disana termasuk pohon kabau, jering (jengkol) dan lain-nya.

Pohon kabau itu bisa tumbuh tinggi besar sebagaimana pohon jengkol. Di bawah pohonnya yang rindang itu bisa dijadikan tempat menggelal tikar, makan siang diantara angin sepoi sepoi lauknya pepes dan pindang ikan belida, sambal Tempoyak dan lalap nya buah kabaw. Wuahahaha rasanya top markotop deh. Kamu tahu apa itu Tempoyak ? nanti lain waktu Insya Allah tak ceritain deh.***

-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga


Tuesday, March 3, 2020

Jambu Amerika dari Gelumbang

Jambu Amerika, sengaja saya letakkan penggaris di belakangnya untuk memudahkan anda mengira ngira seberapa besar ukurannya.

Jambu Amerika atau Jambu Amerikan, begitu orang di kampung kami di Sumatera Selatan menyebut nama buah satu ini. Saya tidak tahu nama nya dalam bahasa Indonesia apalagi nama ilmiah ataupun nama Latin-nya. Anggap sajalan namanya Jambu American Gelumbanicum J J


Ada yang berspekulasi bahwa jambu ini memang berasal dari benua Amerika yang dibawa masuk ke Sumatera via Bengkulu oleh Thomas Stanford Rafles semasa kekuasaan Inggris di Indonesia. Namun ini hanya spekulasi yang pernah kami dengar, tentang kebenarannya entahlah.

Penampang buah jambu amerika.
Jenis tanaman ini tumbuh liar di pinggiran hutan, tampaknya mudah sekali tumbuh dan cocok dengan iklim di sumatera. Semasa masih tinggal di kampung halaman dan masih sering keluar masuk hutan, rasanya kami tak menemukan tanaman ini di pedalaman hutan. Justru ia menjadi salah satu penanda saat kita di hutan dan sudah menemukan jenis jenis tanaman satu ini artinya kita sudah dekat dengan pemukiman penduduk. Sejauh ini saya belum pernah menemukan tanaman ini di pulau Jawa.

Pohonnya cukup tinggi bila sudah tumbuh dewasa, tapi agak rapuh alias tidak aman untuk dipanjat panjat, daunnya lebar seperti daun jati. Daun daun lebarnya ini seringkali digunakan masyarakat sebagai pembungkus tapai (tape). Bunga bunganya mekar lebar cukup indah sebelum rontok lalu berubah menjadi putik putik buah.

Dahan, daun dan buah Jambu Amerika.
Buahnya yang masih mentah bewarna hijau dan menguning saat sudah matang. Bentuk buahnya menyerupai sebuah mahkota. Bila dibelah kita akan menemukan ratusan atau bahkan lebih biji biji nya yang berukuran kecil seperti butiran pasir kecoklatan.

Buahnya aman untuk dimakan meskipun rasa dan aromanya agak aneh. Saya katakan aman untuk dimakan karena anak anak di kampung biasa saja memakan buah ini tanpa efek negatif apapun. Kamu pernah nemu tanaman ini di kampungmu? 


-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @hendrajailani
------------------------------------

Tengok juga artikel lainnya ya