Sunday, July 26, 2015

“Betemu” Patih Gajah Mada di Gunung Ibul – Prabumulih

Komplek Makam Kramat Gunung Ibul, Kota Prabumulih
Apa Itu Gunung Ibul

Gunung Ibul adalah nama salah satu kecamatan di Kota Prabumulih, propinsi Sumatera Selatan. Kota Prabumulih dapat dicapai sekitar satu setengah hingga dua jam perjalanan darat dari Kota Palembang ke arah selatan, atau sekitar setengah jam dari kediaman orang tua kami di Kelurahan Gelumbang.
Di Gunung Ibul terdapat komplek makam tua yang dikeramatkan dan dikenal dengan nama Kramat Puyang Gunung Ibul. Tidak ada gunung di kota Prabumulih, sebutan gunung bagi gunung Ibul itu kemungkinan karena komplek makam kramat itu memang berada di lokasi yang lebih tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya. Lokasi makam kramat ini yang tak jauh dari Sungai Kelekar yang mengalir membelah kota Prabumulih, membuat lokasinya terlihat begitu tinggi dibandingkan permukaan sungai Kelekar.

Apa Itu Puyang

Puyang merupakan sebutan bagi para leluhur. meski si penyebutnya sendiri tidak faham betul apakah dia adalah keturunan dari Puyang yang dia sebut, dan kadangkala meski merasa keturunannya pun tidak tahu secara pasti sebagai keturunan yang keberapa. Secara umum, Puyang Gunung Ibul dikenal masyarakat sebagai pendiri Prabumulih. dan berdasarkan papan pengumuman yang ada di lokasi, Pemkot Prabumulih juga sudah menetapkan kawasan ini sebagai kawasan cagar budaya.
Saya pribadi pernah kesana sebelumnya, meski sama sekali sudah tidak ingat lagi kapan dan untuk keperluan apa. dan kali ini kembali kesana masih di suasana Idul Fitri untuk sekedar berkunjung menapak tilasi tempat yang duuluu sekali pernah ku kunjungi.


Gratis

Akses jalan ke lokasi  sudah dibeton dan beraspal mulus dan jalanan berahir di pintu komplek kramat yang tak terlalu luas. Tidak ada petugas retribusi juga tidak ada petugas parkir. Ada beberapa pria dewasa sedang duduk duduk di pendopo besar yang di sebelah timur asik ngobrol berbahasa Belida, seorang pria tua sendirian duduk ngaso di bangunan sebelah barat di teras bangunan Makam bertuliskan RATU PASEH sepertinya beliau adalah juru kuncinya.

Rasanya terlalu jauh perbedaannya dengan suasana yang kutemui entah berapa tahun yang lalu dengan suasananya saat ini, beberapa menit aku hanya berkeliling di dalam area ini tanpa kata kata sementara putra kecilnya dengan penuh girang berlarian di area terbuka di tengah tengah area komplek ini. Seluruh areal kini sudah dipagar tembok keliling. sudah tak serindang dan seteduh dulu. Dan yang pasti sudah tidak se angker dulu.

bangunan pendopo di sisi kiri gerbang tempat beberapa laki laki berkumpul dan ngobrol disana.
Beberapa laki laki paruh baya yang asik ngobrol di bawah bangunan pendopo menyambutku dengan ramah ketika kuhampiri dan mereka agak kaget ketika aku menyapa mereka berbahasa Belida dikiranya aku orang luar daerah mengingat kendaraan yang kupakai berplat nopol B bukan plat BG sebagaimana kendaraan yang digunakan di Sumsel.

Mereka membenarkan apa yang kurasakan. suasanya sekarang memang sudah tak serindang dulu sejak beberapa pohon besar yang ada disana dipangkas, beberapa bahkan sudah ditebang ataupun roboh, termasuk Kayu Ara (beringin) kembar tempat orang orang dulu suka merentangkan tangan dan mengukur ukur panjang tongkat kayu dan tak pernah sama tiap kali di ulangi.

Kramat Tuan Gajah Mada

DI Komplek makam kramat ini terdapat tiga bangunan Makam yakni, Makam RATU PASEH yang sudah disinggung di awal tadi, lalu Makam RADEN KUNING yang berada di belakang makam RATU PASEH dan sedikit terpisah dari dua makam itu ada satu bangunan dengan tulisan KRAMAT TUAN PATIH GAJAH MADA.

Patih Gajah Mada di Prabumulih
Ada lagi satu bangunan besar dan megah terkunci berada di belakang KRAMAT TUAN PATIH GAJAH MADA, bangunan itu dilengkapi dengan gerbang berbentuk candi bentar mirip dengan rancangan gapura gapura di Cirebon. Di dinding depan bangunan ini dipasang tulisan “DIbangun hari Jum’at 17 Agustus 2007 oleh RM, Nurudin Fadilah Faletehan Cakra Ningrat, Cirebon”. 

Dari obrolah singkat di lokasi, disebutkan bahwa bangunan besar itu sengaja dikunci sejak ada seorang orang gila yang seringkali masuk ke bangunan itu, menurut mereka orang gila itu adalah mantan anggota polisi yang mengalami depresi berat alias stress. mungkin karena alasan itu juga maka bangunan yang lain pun ahirnya juga di kunci kecuali bangunan yang dijaga oleh kuncen.

Kramat Tuan Patih Gajah Mada
Bangunan baru lainnya adalah bangunan pendopo besar si sisi Timur lokasi lalu pendopo kecil di depan nya, kemudian ada juga bangunan Mushola kecil disebelah bangunan makam RADEN KUNING. sayangnya Mushola ini juga terkunci. Hanya bangunan  makam RATU PASEH yang tidak dikunci dan dijaga oleh juru kunci. Di dinding luar bangunan makam RATU PASEH ini terpasang tulisan “bangunan ini sumbangan Singabola”. Singabola adalah salah satu toko yang cukup terkenal di kota Prabumulih.

Siapa Yang Bermakam Di Gunung Ibul ?

1. RATU PASEH ?. Siapakah Ratu Paseh? sebagian orang berpikir dia adalah seorang perempuan karena ada kata Ratu pada namanya. Benarkah dia perempuan. PASEH dalam Bahasa Belida maupun Bahasa Prabumulih berarti FASIH. Ada beragam versi hikayat bertebaran di internet terkait dengan Ratu Paseh, salah satunya menyebut bahwa Ratu Paseh adalah Ratu Sahibul dan salah satu anaknya bernama IBUL. serta banyak versi lainnya.

Bangunan Makam Ratu Paseh
Hanya saja menurut saya pribadi, RATU PASEH tak lain dan tak bukan adalah FATAHILLAH alias FELATEHAN alias FADILAH KHAN alias RATU BAGUS PASAI. Paseh pada nama RATU PASEH lebih karena kesalahan ucap dari kata PASAI atau PASEI. dan yang ada di Gunung ibul bukanlah Makam dalam artian Kuburan melainkan sebuah Petilasan atau tempat yang pernah digunakan oleh yang bersangkutan semasa hidupnya.

Beliau berasal dari SAMUDERA PASAI berlayar ke Demak, menjadi panglima perang pasukan gabungan Demak-Cirebon-Banten dalam penyerbuan menaklukan Sunda Kelapa dari Portugis, kemudian mendirikan kesultanan Jayakarta dan menjadi sultan pertama disana, lalu kembali ke Cirebon, menikah dengan Putri Sunan Gunung Jati juga menikahi Putri Raden Fatah. kini Makamnya ada di samping makam Sunan Gunung Jati di Astana Gunung Jati, Cirebon.

Samudera Pasai dan Palembang sama sama kesultanan meski di era yang berbeda, ketika Fatahillah kembali ke tanah Sumatera dari Perantauan-nya dan menemukan tanah kelahirannya sudah di bumi hanguskan oleh portugis, beliau meneruskan perjalanan laut ke tanah Jawa dan cukup masuk akal beliau singgah ke Palembang yang merupakan kota tertua di Indonesa, menetap beberapa waktu sambil berkelana menyebarkan Islam dan mengajar mengaji kepada ummat hingga paseh (fasih) sampai ke Gunung Ibul di Prabumulih.

dari Kiri ke Kanan : Bangunan Mushola, Bangunan Makam Raden Kuning dan Bangunan Makam Ratu Paseh
Kemungkinan kata IBUL memang bersal dari kata Sahibul atau Sohibul dari Bahasa Arab yang bermakma ‘pemilik’, biasa digunakan untuk menyebut pemilik tempat atau pemilik rumah dengan sebutan “sahibul bait”, atau pemilik hajat alias “sahibul hajat”. Seringkali kita temui kebiasaan orang Nusantara yang terbiasa menyebut atau memanggil seseorang dengan gelaran yang mudah disebut lidah, seperti sejarah Syech Hasanudin penyebar Islam pertama di wilayah Jawa Barat yang datang ke Karawang mendirikan pondok pesantren lalu lebih dikenal dengan nama Syech Quro, dari kata Qori karena beliau memang terkenal sebagai pembaca Qur’an yang sangat luar biasa. sampai sampai sedikit saja yang mengenal nama asli beliau.

2. Raden Kuning. Tokoh satu ini sama halnya dengan Ratu Paseh yang legenda dan hikayatnya bertebaran dengan berbagai versi. hanya saja dari beragam versi tersebut rata rata dapat ditarik garis merah yang sama, bahwa beliau adalah penyebar Islam yang berasal dari tanah Jawa, dan makam di gunung Ibul bukanlah kubur beliau, karena beliau dimakamkan di Pemakaman Bagus Kuning di Palembang.

Bangunan Makam Raden Kuning
Raden Kuning adalah Bagus Kuning alias Ratu Bagus Kuning. sama seperti Ratu Paseh Ratu Bagus Kuning pun disebut sebut sebagai seorang perempuan. hanya saja menilik kosa kasa yang dipakai kemungkinan beliau berasal dari kalangan ningrat kesultanan Banten. Ratu Bagus adalah salah satu gelar ningrat di Kesultanan Banten.

Kesultanan Palembang dan Banten memang memiliki kedekatan tersendiri. Anak keturunan Fatahilah dari salah satu istrinya yang berasal dari Banten pun menetap di Palembang. dan Banten pernah menyerbu Palembang meskipun gagal setelah tewasnya Sultan Muhammad di Sungai Musi. dengan kedekatan sejarah yang sedemikian, bukanlah hal yang aneh bila banyak tokoh dari Banten yang tinggal di wilayah Palembang ataupun sebaliknya. hanya saja butuh sedikit kerja keras untuk untuk menguak jati diri beliau, karena sepertinya nama “Kuning” yang melekat pada namanya bukanlah nama asli.

3. Patih Gajah Mada. Menarik untuk bertanya, Kapan dan dalam rangka apakah Patih Gajah Mada datang ke daerah Prabumulih ?. Prabumulih memang belum eksis di masa Gajah Mada. nama Prabumulih baru muncul pada era penjajahan Jepang. dan lebih menarik lagi adalah bahwa Fatahillah, Kesultanan Banten dan Palembang serta Gajah Mada berasal dari Masa yang berbeda.

Bangunan Keramat Tuan Patih Gajah Mada dengan latar belakang bangunan megah Islamic Center Kota Prabumulih.
Kita tak bisa menampik bahwa seluruh Sumatera memang pernah menjadi wilayah Majapahit, Maha Patih Gajahmada sendiri memang pernah memimpin pasukan besar menyerbu Sumatera salah satunya adalah dalam rangka menaklukkan Samudera Pasai. dan menjadi lebih menarik lagi karena di lokasi yang sama juga ada makam atau petilasan tokoh yang berasal dari Samudera Pasai. 

Apakah memang mereka bertiga pernah berada disana diwaktu yang sama ?. atau mereka datang kesana di waktu yang berbeda hanya saja karena tempat tersebut memiliki posisi strategis sehingga mereka masing masing memiliki ketertarikan untuk datang ke tempat tersebut ?. wallohuwa’lam. Satu Hal yang pasti bahwa, Lokasi Makam Kramat Puyang Gunung Ibul ini, kini tepat berada dibagian Belakang Komplek Islamic Center Kota Prabumulih yang rampung dibangun tahun 2014 yang lalu. dan kawasan tersebut akan terus berlanjut menjadi Petilasan (tempat singgah) lebih banyak orang. ***

Cagar Budaya, Berdsasarkan UU No. 22 Tahun 2001
Menurut Bapak Bapak yang nongkrong di pendopo itu tadi, bangunan ini dibangun oleh walikota Prabumulih, walikota yang mana ?. aku lupa namnya. meski pada dinding bangunan itu ada tulisan tentang bangunan itu tapi nama yang ditulis disana tidak cocok dengan nama walikota Prabumulih.

gerbangnya berbentuk candi bentar, mirip dengan gerbang gerbang yang dipakai di semua bangunan pemerintah di Cirebon
dan benar saja, bangunan itu memang terkait dengan Cirebon.
------------------------------------------

Baca Juga


No comments:

Post a Comment