Komplek Makam Kramat Gunung Ibul, Kota Prabumulih |
Apa Itu Gunung Ibul
Gunung Ibul adalah nama salah satu kecamatan di
Kota Prabumulih, propinsi Sumatera Selatan. Kota Prabumulih dapat dicapai
sekitar satu setengah hingga dua jam perjalanan darat dari Kota Palembang ke
arah selatan, atau sekitar setengah jam dari kediaman orang tua kami di
Kelurahan Gelumbang.
Di Gunung Ibul terdapat komplek makam tua yang
dikeramatkan dan dikenal dengan nama Kramat Puyang Gunung Ibul. Tidak ada
gunung di kota Prabumulih, sebutan gunung bagi gunung Ibul itu kemungkinan
karena komplek makam kramat itu memang berada di lokasi yang lebih tinggi
dibandingkan wilayah sekitarnya. Lokasi makam kramat ini yang tak jauh dari
Sungai Kelekar yang mengalir membelah kota Prabumulih, membuat lokasinya
terlihat begitu tinggi dibandingkan permukaan sungai Kelekar.
Apa Itu Puyang
Puyang merupakan sebutan bagi para leluhur.
meski si penyebutnya sendiri tidak faham betul apakah dia adalah keturunan dari
Puyang yang dia sebut, dan kadangkala meski merasa keturunannya pun tidak tahu
secara pasti sebagai keturunan yang keberapa. Secara umum, Puyang Gunung Ibul
dikenal masyarakat sebagai pendiri Prabumulih. dan berdasarkan papan pengumuman
yang ada di lokasi, Pemkot Prabumulih juga sudah menetapkan kawasan ini sebagai
kawasan cagar budaya.
Saya pribadi pernah kesana sebelumnya, meski
sama sekali sudah tidak ingat lagi kapan dan untuk keperluan apa. dan kali ini
kembali kesana masih di suasana Idul Fitri untuk sekedar berkunjung menapak
tilasi tempat yang duuluu sekali pernah ku kunjungi.
Gratis
Akses jalan ke lokasi sudah dibeton dan beraspal mulus dan jalanan
berahir di pintu komplek kramat yang tak terlalu luas. Tidak ada petugas
retribusi juga tidak ada petugas parkir. Ada beberapa pria dewasa sedang duduk
duduk di pendopo besar yang di sebelah timur asik ngobrol berbahasa Belida,
seorang pria tua sendirian duduk ngaso di bangunan sebelah barat di teras
bangunan Makam bertuliskan RATU PASEH sepertinya beliau adalah juru kuncinya.
Rasanya terlalu jauh perbedaannya dengan
suasana yang kutemui entah berapa tahun yang lalu dengan suasananya saat ini,
beberapa menit aku hanya berkeliling di dalam area ini tanpa kata kata
sementara putra kecilnya dengan penuh girang berlarian di area terbuka di
tengah tengah area komplek ini. Seluruh areal kini sudah dipagar tembok
keliling. sudah tak serindang dan seteduh dulu. Dan yang pasti sudah tidak se
angker dulu.
bangunan pendopo di sisi kiri gerbang tempat beberapa laki laki berkumpul dan ngobrol disana. |
Beberapa laki laki paruh baya yang asik ngobrol di bawah
bangunan pendopo menyambutku dengan ramah ketika kuhampiri dan mereka agak kaget
ketika aku menyapa mereka berbahasa Belida dikiranya aku orang luar daerah
mengingat kendaraan yang kupakai berplat nopol B bukan plat BG sebagaimana
kendaraan yang digunakan di Sumsel.
Mereka membenarkan apa yang kurasakan. suasanya
sekarang memang sudah tak serindang dulu sejak beberapa pohon besar yang ada
disana dipangkas, beberapa bahkan sudah ditebang ataupun roboh, termasuk Kayu Ara
(beringin) kembar tempat orang orang dulu suka merentangkan tangan dan mengukur
ukur panjang tongkat kayu dan tak pernah sama tiap kali di ulangi.
Kramat Tuan Gajah Mada
DI Komplek makam kramat ini terdapat tiga
bangunan Makam yakni, Makam RATU PASEH yang sudah disinggung di awal tadi, lalu
Makam RADEN KUNING yang berada di belakang makam RATU PASEH dan sedikit
terpisah dari dua makam itu ada satu bangunan dengan tulisan KRAMAT TUAN PATIH
GAJAH MADA.
Patih Gajah Mada di Prabumulih |
Ada lagi satu bangunan besar dan megah terkunci
berada di belakang KRAMAT TUAN PATIH GAJAH MADA, bangunan itu dilengkapi dengan
gerbang berbentuk candi bentar mirip dengan rancangan gapura gapura di Cirebon.
Di dinding depan bangunan ini dipasang tulisan “DIbangun hari Jum’at 17 Agustus
2007 oleh RM, Nurudin Fadilah Faletehan Cakra Ningrat, Cirebon”.
Dari obrolah
singkat di lokasi, disebutkan bahwa bangunan besar itu sengaja dikunci sejak
ada seorang orang gila yang seringkali masuk ke bangunan itu, menurut mereka
orang gila itu adalah mantan anggota polisi yang mengalami depresi berat alias
stress. mungkin karena alasan itu juga maka bangunan yang lain pun ahirnya juga
di kunci kecuali bangunan yang dijaga oleh kuncen.
Kramat Tuan Patih Gajah Mada |
Bangunan baru lainnya adalah bangunan pendopo
besar si sisi Timur lokasi lalu pendopo kecil di depan nya, kemudian ada juga
bangunan Mushola kecil disebelah bangunan makam RADEN KUNING. sayangnya Mushola
ini juga terkunci. Hanya bangunan makam
RATU PASEH yang tidak dikunci dan dijaga oleh juru kunci. Di dinding luar
bangunan makam RATU PASEH ini terpasang tulisan “bangunan ini sumbangan
Singabola”. Singabola adalah salah satu toko yang cukup terkenal di kota Prabumulih.
Siapa Yang Bermakam Di
Gunung Ibul ?
1. RATU PASEH ?. Siapakah Ratu Paseh? sebagian orang
berpikir dia adalah seorang perempuan karena ada kata Ratu pada namanya.
Benarkah dia perempuan. PASEH dalam Bahasa Belida maupun Bahasa Prabumulih
berarti FASIH. Ada beragam versi hikayat bertebaran di internet terkait dengan
Ratu Paseh, salah satunya menyebut bahwa Ratu Paseh adalah Ratu Sahibul dan
salah satu anaknya bernama IBUL. serta banyak versi lainnya.
Bangunan Makam Ratu Paseh |
Hanya saja menurut saya pribadi, RATU PASEH tak
lain dan tak bukan adalah FATAHILLAH alias FELATEHAN alias FADILAH KHAN alias RATU
BAGUS PASAI. Paseh pada nama RATU PASEH lebih karena kesalahan ucap dari kata
PASAI atau PASEI. dan yang ada di Gunung ibul bukanlah Makam dalam artian
Kuburan melainkan sebuah Petilasan atau tempat yang pernah digunakan oleh yang
bersangkutan semasa hidupnya.
Beliau berasal dari SAMUDERA PASAI berlayar ke
Demak, menjadi panglima perang pasukan gabungan Demak-Cirebon-Banten dalam
penyerbuan menaklukan Sunda Kelapa dari Portugis, kemudian mendirikan
kesultanan Jayakarta dan menjadi sultan pertama disana, lalu kembali ke
Cirebon, menikah dengan Putri Sunan Gunung Jati juga menikahi Putri Raden
Fatah. kini Makamnya ada di samping makam Sunan Gunung Jati di Astana Gunung
Jati, Cirebon.
Samudera Pasai dan Palembang sama sama
kesultanan meski di era yang berbeda, ketika Fatahillah kembali ke tanah
Sumatera dari Perantauan-nya dan menemukan tanah kelahirannya sudah di bumi
hanguskan oleh portugis, beliau meneruskan perjalanan laut ke tanah Jawa dan
cukup masuk akal beliau singgah ke Palembang yang merupakan kota tertua di
Indonesa, menetap beberapa waktu sambil berkelana menyebarkan Islam dan mengajar
mengaji kepada ummat hingga paseh (fasih) sampai ke Gunung Ibul di Prabumulih.
dari Kiri ke Kanan : Bangunan Mushola, Bangunan Makam Raden Kuning dan Bangunan Makam Ratu Paseh |
Kemungkinan kata IBUL memang bersal dari kata Sahibul
atau Sohibul dari Bahasa Arab yang bermakma ‘pemilik’, biasa digunakan untuk
menyebut pemilik tempat atau pemilik rumah dengan sebutan “sahibul bait”, atau pemilik
hajat alias “sahibul hajat”. Seringkali kita temui kebiasaan orang Nusantara
yang terbiasa menyebut atau memanggil seseorang dengan gelaran yang mudah
disebut lidah, seperti sejarah Syech Hasanudin penyebar Islam pertama di
wilayah Jawa Barat yang datang ke Karawang mendirikan pondok pesantren lalu
lebih dikenal dengan nama Syech Quro, dari kata Qori karena beliau memang
terkenal sebagai pembaca Qur’an yang sangat luar biasa. sampai sampai sedikit
saja yang mengenal nama asli beliau.
2. Raden
Kuning. Tokoh satu ini sama halnya dengan Ratu Paseh yang legenda dan
hikayatnya bertebaran dengan berbagai versi. hanya saja dari beragam versi
tersebut rata rata dapat ditarik garis merah yang sama, bahwa beliau adalah
penyebar Islam yang berasal dari tanah Jawa, dan makam di gunung Ibul bukanlah
kubur beliau, karena beliau dimakamkan di Pemakaman Bagus Kuning di Palembang.
Bangunan Makam Raden Kuning |
Raden Kuning adalah Bagus Kuning alias Ratu
Bagus Kuning. sama seperti Ratu Paseh Ratu Bagus Kuning pun disebut sebut
sebagai seorang perempuan. hanya saja menilik kosa kasa yang dipakai
kemungkinan beliau berasal dari kalangan ningrat kesultanan Banten. Ratu Bagus
adalah salah satu gelar ningrat di Kesultanan Banten.
Kesultanan Palembang dan Banten memang memiliki
kedekatan tersendiri. Anak keturunan Fatahilah dari salah satu istrinya yang
berasal dari Banten pun menetap di Palembang. dan Banten pernah menyerbu
Palembang meskipun gagal setelah tewasnya Sultan Muhammad di Sungai Musi. dengan
kedekatan sejarah yang sedemikian, bukanlah hal yang aneh bila banyak tokoh dari
Banten yang tinggal di wilayah Palembang ataupun sebaliknya. hanya saja butuh
sedikit kerja keras untuk untuk menguak jati diri beliau, karena sepertinya
nama “Kuning” yang melekat pada namanya bukanlah nama asli.
3. Patih
Gajah Mada. Menarik untuk bertanya, Kapan dan dalam rangka apakah Patih
Gajah Mada datang ke daerah Prabumulih ?. Prabumulih memang belum eksis di masa
Gajah Mada. nama Prabumulih baru muncul pada era penjajahan Jepang. dan lebih
menarik lagi adalah bahwa Fatahillah, Kesultanan Banten dan Palembang serta
Gajah Mada berasal dari Masa yang berbeda.
Bangunan Keramat Tuan Patih Gajah Mada dengan latar belakang bangunan megah Islamic Center Kota Prabumulih. |
Kita tak bisa menampik bahwa seluruh Sumatera
memang pernah menjadi wilayah Majapahit, Maha Patih Gajahmada sendiri memang
pernah memimpin pasukan besar menyerbu Sumatera salah satunya adalah dalam
rangka menaklukkan Samudera Pasai. dan menjadi lebih menarik lagi karena di
lokasi yang sama juga ada makam atau petilasan tokoh yang berasal dari Samudera
Pasai.
Apakah memang mereka bertiga pernah berada
disana diwaktu yang sama ?. atau mereka datang kesana di waktu yang berbeda
hanya saja karena tempat tersebut memiliki posisi strategis sehingga mereka
masing masing memiliki ketertarikan untuk datang ke tempat tersebut ?.
wallohuwa’lam. Satu Hal yang pasti bahwa, Lokasi Makam Kramat Puyang Gunung
Ibul ini, kini tepat berada dibagian Belakang Komplek Islamic Center Kota
Prabumulih yang rampung dibangun tahun 2014 yang lalu. dan kawasan tersebut
akan terus berlanjut menjadi Petilasan (tempat singgah) lebih banyak orang. ***
Cagar Budaya, Berdsasarkan UU No. 22 Tahun 2001 |
gerbangnya berbentuk candi bentar, mirip dengan gerbang gerbang yang dipakai di semua bangunan pemerintah di Cirebon |
dan benar saja, bangunan itu memang terkait dengan Cirebon. |
------------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment