Wednesday, February 26, 2020

Makam Sheikh Quro – Karawang

Seperti hampir semua makam yang dikeramatkan lainnya, di Makam Sheikh Quro di Karawang inipun berjejer para peminta minta yang mengharap berkah dari para peziarah.

Sudah sunahnya bagi para pejuang, meski jasadnya sudah berkalang tanah berpuluh bahkan beratus tahun lalu namun harum namanya tetap semerbak mewangi. Makamnya senantiasa di ziarahi, jasanya selalu dikenang dari generasi ke generasi. Sunah yang berlalu bagi para pejuang manapun dimanapun.

Pesan Waliyullah. di sebelah gerbang sisi barat terdapat dua plakat yang salah satunya tertulis Pesan Waliyullah : "ingsun titip masjid langgar lan fakir miskin anak yatim dhuafa". Bagi anda yang pernah berkunjung ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon anda akan menemukan pesan yang sama disana
Di kampung Pulo Bata, kabupaten Karawang bermakam seorang ulama terkemuka yang begitu dihormati karena jasa jasa beliau membawa dan menyebarkan Islam di tanah Pasundan. Beliau adalah Sheikh Quro yang disebut sebut sebagai ulama pertama yang membawa Islam ke tanah Sunda melalui Karawang, di masa Sri Baduga (Prabu SIliwangi) masih bergelar putera mahkota Pajajaran.

Pe Er Pengelola. Jejeran warung para pedagang di komplek makam sheikh Quro ini baik diluar pagar maupun di dalam komplek makam, memang dibutuhkan oleh para peziarah yang datang dari berbagai penjuru, hanya saja perlu di tata lebih baik. 

Lokasi Makam Sheikh Quro

Kampung Pulo Bata, Desa Pulo Kelapa
Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Karawang
Koordinat Geografi : 6°15'4.73"S 107°28'54.34"E



Sheikh Quro bernama asli Sheikh Hasanuddin putra dari Syech Yusuf Siddik ulama besar Perguruan Islam negeri Campa dan masih ada garis keturunan dengan Syech Jamaluddin serta Syech Jalaluddin ulama besar Mekah. Nama Sheikh Quro atau Sheikh Qurotal Ain merupakan gelar Beliau karena beliau merupakan seorang hafiz (penghafal Al-Qur’an) dan juga seorang Qori dengan suara yang begitu merdu melantunkan ayat ayat suci Al-Qur’an.

Mirip Masjid. bangunan cungkup makam Sheikh Quro ini dibangun berupa bangunan segi empat dengan atap limas bersusun mirip sekali dengan bentuk sebuah bangunan masjid. foto di atas di abadikan dari teras Masjid Jamie Sheikh Quro yang juga berada di dalam komplek makam ini. bangunan sebelah kanan adalah bangunan pendopo utama dalam komplek makam ini.
Beliau diperkirakan tiba di Karawang yang kala itu masih berupa rawa rawa, pada tahun 1418M dalam perjalanan keduanya ke tanah Jawa melalui negeri Campa (Kini Vietnam). Beliau datang bersama rombongan menggunakan dua kapal. Di daerah yang masih berupa rawa rawa atau Karawa’an itulah beliau kemudian mendirikan pesantren. Daerah Karawa’an yang dikemudian hari dikenal dengan nama Karawang.

Dari arah Utara. Komplek makam Sheikh Quro ini terdiri dari dua bangunan utama yakni bangunan cungkup makam disebelah kiri foto dan bangunan masjid, beberapa pendopo, beberapa sumur yang kesemuanya berada dibawah naungan rindangnya pepohonan nan hijau royo royo.
Beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa beliau tiba ke tanah Jawa melalui pelabuhan Muara Jati di Caruban (Cirebon) pada tahun 1416 dengan menumpang salah satu kapal armada Panglima Cheng Ho yang diutus Kaisar Cina Cheng Tu atau Yung Lo (raja ketiga jaman Dinasti Ming). Tujuan utama perjalanan Cheng Ho ke Jawa dalam rangka menjalin persahabatan dengan raja-raja tetangga Cina di seberang lautan.

Pagar komplek makam. Rancangan pagar komplek makam Sheikh Quro ini memang unik  dan tiada duanya. hanya saja susah untuk dinikmati karena tertutup oleh warung warung yang berjejer di area parkir.
Sheikh Quro mulai mendirikan pesantren di Pura Dalem dengan nama Pondok Quro (tempat untuk belajar Al-Qur’an). Turut bersama beliau adalah anak angkatnya yang bernama Syech Bentong alias Tan Go. Dari istrinya yang bernama Siu Te Yo  mempunyai seorang putri diberi nama Sie Ban Ci. Syech Quro kemudian menikah dengan Ratna Sondari dan lahir Syech Akhmad yang menjadi penghulu pertama di Karawang.

Kubah kecil ornamen pagar. Di ujung setiap lengkungan terbalik dari pagar depan komplek makam ini dihias dengan kubah kubah kecil, dan di ujung masing masing kubah tersebut dilengkapi dengan asma Allah dalam aksara Arab.
Setelah melakukan islamisasi di Karawang Syech Quro kemudian menjalani hidup menyendiri di Kampung Pulobata, Pulokalapa. Di kampung ini beliau melakukan ujlah untuk mendekatkan diri kepada Allah agar memperoleh kesempurnaan hidup. Demikian ini beliau lakukan hingga akhir hayat.

Bangunan cungkup makam Sheikh Quro ini dilengkapi dengan empat pintu, namun hanya pintu selatan yang menghadap ke lapangan parkir yang senantiasa terbuka setiap waktu. pintu pintu yang lain hanya dibuka pada acara acara tertentu.
Makam Syech Quro ditemukan oleh Raden Sumareja (Ayah Jiin) dan Syech Tolha pada hari Sabtu akhir bulan Sya’ban tahun 1859. Karena ditemukan di hari Sabtu maka hingga sekarang pada setiap hari Sabtu banyak orang yang berziarah. Komplek makam Sheikh Quro menempati lahan seluas 2.566 m2 di antara pemukiman warga dan areal pesawahan.

Makam Sheikh Quro berada di dalam bangunan segi empat seperti tampak dalam foto di atas. para peziarah tidak diperkenankan masuk ke dalam bangunan tersebut.
Komplek makam ini berada dibawah pengelolaan Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Dilindungi oleh Undang Undang No. 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya dan undang undang tahun 2010 tentang Cagar Budaya. sebagai lokasi cagar budaya, kita harus membayar retribusi ke petugas jaga di gerbang masuk kawasan ini.

Dupa, Kotak Amal dan Celah pintu. guci kuningan besar itu digunakan oleh beberapa peziarah untuk membakar dupa untuk menebar aroma wangi, kotak kayu disebelahnya adalah kotak amal. Lalu di Pintu makam anda dapat melihat celah segi empat yang sengaja disediakan bagi peziarah untuk melemparkan amal sodaqoh.
Di dalam komplek makam ini tersedia lapangan parkir yang cukup luas meski masih berpermukaan tanah yang dikeraskan. Ada dua gerbang masuk ke dalam komplek makam dari area parkir. Gerbang barat menuju ke Masjid Jamie Sheikh Quro dan Gerbang Timur langsung menuju ke Makam beliau. Selain itu tersedia juga penginapan sederhana disebelah bangunan masjid bagi jemaah yang hendak menginap disana.

Tempat mengaji. Konon di tumpukan bata itu dulunya adalah sebuah pohon besar tempat Almarhum seringkali meluangkan waktu mengaji dibawah rindangnya. kini setelah pohon tersebut tumbang, pengurus makam menandainya dengan tumpukan bata dan empat tempat khusus meletakkan Al-Qur'an, bagi peziarah yang hendak mengaji.
Ada pendopo besar di dalam komplek ini letaknya diantara masjid dan bangunan makam. Bentuk bangunan makam dan bangunan masjid-nya dibangun serupa dengan atap limas bersusun, hanya saja bangunan makamnya sendiri lebih besar dari bangunan masjid yang berdiri disebelahnya.

Surga Burung Blekok. Pepohonan di komplek makam ini menjadi habitat bagi jenis burung blekok, sejenis burung belibis yang dapat dengan bebas hidup di pepohonan dalam komplek makam ini. beberapa dari burung ini bahkan bersarang di pohon asem yang berdiri kokoh disebelah kanan gerbang barat tak jauh dari Masjid Sheikh Quro.
Hal yang menarik dari penjelasan dari Pak Ghofar salah satu juru kunci makam, menurut beliau makam Sheikh Quro tersebut bukanlah Makam atau Kubur tapi Maqom alias petilasan. Sedangkah kubur atau Makam asli beliau tidak ada yang tahu pasti keberadaannya. Meskipun begitu merujuk kepada papan nama dari pengelolaan Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat di samping gerbang sebelah barat dengan tegas menyebut bahwa komplek ini adalah Makam Sheh Quro. Wallohua’lam bisshawab.*** (diambil dari bujanglanang).

-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga