Sunday, July 26, 2015

Cinta Di Pusara Hati

Makam IRALIA BINTI DULASIK
Namanya Iralia Binti Dulasik, gadis cantik kembang desa di masa nya. menikah dengan Muhammad anak laki laki dari Ratna Kumala, komandan pasukan gerilya Tentera Indonesia di wilayah Gelumbang dan sekitarnya di masa perang kemerdekaan berkecamuk di wilayah Sumatera Bagian Selatan umumnya dan di daerah Gelumbang dan sekitarnya pada khususnya.

Perang dan penghianatan selalu saja meninggalkan duka. Tatkala perang berkecamuk Iralia dan Tihayu kakak perempuannya berjibaku mendukung suami mereka di medan perang dengan bergabung dalam organisasi Palang Merah Indonesia. Memasok makanan, obat obatan hingga mesiu.

Berbagai trik mempertaruhkan nyawa mereka lakukan untuk melewati blokade pasukan Belanda demi mengirimkan pasokan untuk suami tercinta, termasuk menyembunyikan mesiu dalam keranjang bakul buah buahan yang mereka bawa melintasi pos perbatasan Belanda.

Pernikahan mereka tak berumur panjang. seorang teman yang sakit hati karena gagal mempersunting Iralia menjadi istrinya berkhianat dan membocorkan lokasi keberadaan Muhammad, dan malam itu penyerbuan dadakan oleh pasukan elit belanda berhasil melumpuhkan pasukan Muhammad dan beliau berhasil ditangkap.

Sejak saat itu tidak pernah diketahui keberadaannya secara pasti. kabar yang beredar menyebutkan bahwa beliau ditawan dan dibawa Belanda ke Prabumulih lalu di eksekusi keesokan harinya, kabar lainnya menyebutkan bahwa beberapa anak buahnya menyusup ke markas Belanda di Prabumulih namun gagal menyelematkan beliau tapi berhasil membawa kabur jenazahnya.

Gelumbang, 21 Juli 2015
Duka mendalam melanda Iralia dan Keluarga. Janda perang ini hingga ahir hidupnya di usia yang belum terlalu tua tiada henti berusaha mencari tahu keberadaan suaminya, walau sekedar menemukan kubur suaminya bila memang telah wafat. Puluhan tahun berlalu menjelajah ke berbagai kota, dari kampung ke kampung hingga ke berbagai makam Pahlawan namun tak jua bertemu yang dicari, sampai beliau wafat dan dimakamkan disamping pusara ibundanya.

Hari ke lima bulan syawal 1436H aku kembali bersipuh di samping makam itu untuk kesekian kalinya. membayangkan seorang wanita berkebaya putih berkain songket kemerahan tersenyum haru menyambut suaminya dalam seragam perjuangan. Bersimpuh di samping Makam Tihayu yang pernah menimang ku, bersimpuh disamping makam Idrus Bin Topa yang pernah menggendongku hampir di setiap dinihari hingga waktu subuh, manakala aku masih dipanggil Hadiwijaya.

Tak ada yang dapat ku lakukan untuk mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu, teriring do’a semoga Allah yang maha mempertemukan, mempertemukan kembali Iralia dan Suami-nya dalam kebahagiaan. Dan semoga dendam tak kan terwariskan. aamiin. 

------------------------------------------

Baca Juga




“Betemu” Patih Gajah Mada di Gunung Ibul – Prabumulih

Komplek Makam Kramat Gunung Ibul, Kota Prabumulih
Apa Itu Gunung Ibul

Gunung Ibul adalah nama salah satu kecamatan di Kota Prabumulih, propinsi Sumatera Selatan. Kota Prabumulih dapat dicapai sekitar satu setengah hingga dua jam perjalanan darat dari Kota Palembang ke arah selatan, atau sekitar setengah jam dari kediaman orang tua kami di Kelurahan Gelumbang.
Di Gunung Ibul terdapat komplek makam tua yang dikeramatkan dan dikenal dengan nama Kramat Puyang Gunung Ibul. Tidak ada gunung di kota Prabumulih, sebutan gunung bagi gunung Ibul itu kemungkinan karena komplek makam kramat itu memang berada di lokasi yang lebih tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya. Lokasi makam kramat ini yang tak jauh dari Sungai Kelekar yang mengalir membelah kota Prabumulih, membuat lokasinya terlihat begitu tinggi dibandingkan permukaan sungai Kelekar.

Apa Itu Puyang

Puyang merupakan sebutan bagi para leluhur. meski si penyebutnya sendiri tidak faham betul apakah dia adalah keturunan dari Puyang yang dia sebut, dan kadangkala meski merasa keturunannya pun tidak tahu secara pasti sebagai keturunan yang keberapa. Secara umum, Puyang Gunung Ibul dikenal masyarakat sebagai pendiri Prabumulih. dan berdasarkan papan pengumuman yang ada di lokasi, Pemkot Prabumulih juga sudah menetapkan kawasan ini sebagai kawasan cagar budaya.
Saya pribadi pernah kesana sebelumnya, meski sama sekali sudah tidak ingat lagi kapan dan untuk keperluan apa. dan kali ini kembali kesana masih di suasana Idul Fitri untuk sekedar berkunjung menapak tilasi tempat yang duuluu sekali pernah ku kunjungi.


Gratis

Akses jalan ke lokasi  sudah dibeton dan beraspal mulus dan jalanan berahir di pintu komplek kramat yang tak terlalu luas. Tidak ada petugas retribusi juga tidak ada petugas parkir. Ada beberapa pria dewasa sedang duduk duduk di pendopo besar yang di sebelah timur asik ngobrol berbahasa Belida, seorang pria tua sendirian duduk ngaso di bangunan sebelah barat di teras bangunan Makam bertuliskan RATU PASEH sepertinya beliau adalah juru kuncinya.

Rasanya terlalu jauh perbedaannya dengan suasana yang kutemui entah berapa tahun yang lalu dengan suasananya saat ini, beberapa menit aku hanya berkeliling di dalam area ini tanpa kata kata sementara putra kecilnya dengan penuh girang berlarian di area terbuka di tengah tengah area komplek ini. Seluruh areal kini sudah dipagar tembok keliling. sudah tak serindang dan seteduh dulu. Dan yang pasti sudah tidak se angker dulu.

bangunan pendopo di sisi kiri gerbang tempat beberapa laki laki berkumpul dan ngobrol disana.
Beberapa laki laki paruh baya yang asik ngobrol di bawah bangunan pendopo menyambutku dengan ramah ketika kuhampiri dan mereka agak kaget ketika aku menyapa mereka berbahasa Belida dikiranya aku orang luar daerah mengingat kendaraan yang kupakai berplat nopol B bukan plat BG sebagaimana kendaraan yang digunakan di Sumsel.

Mereka membenarkan apa yang kurasakan. suasanya sekarang memang sudah tak serindang dulu sejak beberapa pohon besar yang ada disana dipangkas, beberapa bahkan sudah ditebang ataupun roboh, termasuk Kayu Ara (beringin) kembar tempat orang orang dulu suka merentangkan tangan dan mengukur ukur panjang tongkat kayu dan tak pernah sama tiap kali di ulangi.

Kramat Tuan Gajah Mada

DI Komplek makam kramat ini terdapat tiga bangunan Makam yakni, Makam RATU PASEH yang sudah disinggung di awal tadi, lalu Makam RADEN KUNING yang berada di belakang makam RATU PASEH dan sedikit terpisah dari dua makam itu ada satu bangunan dengan tulisan KRAMAT TUAN PATIH GAJAH MADA.

Patih Gajah Mada di Prabumulih
Ada lagi satu bangunan besar dan megah terkunci berada di belakang KRAMAT TUAN PATIH GAJAH MADA, bangunan itu dilengkapi dengan gerbang berbentuk candi bentar mirip dengan rancangan gapura gapura di Cirebon. Di dinding depan bangunan ini dipasang tulisan “DIbangun hari Jum’at 17 Agustus 2007 oleh RM, Nurudin Fadilah Faletehan Cakra Ningrat, Cirebon”. 

Dari obrolah singkat di lokasi, disebutkan bahwa bangunan besar itu sengaja dikunci sejak ada seorang orang gila yang seringkali masuk ke bangunan itu, menurut mereka orang gila itu adalah mantan anggota polisi yang mengalami depresi berat alias stress. mungkin karena alasan itu juga maka bangunan yang lain pun ahirnya juga di kunci kecuali bangunan yang dijaga oleh kuncen.

Kramat Tuan Patih Gajah Mada
Bangunan baru lainnya adalah bangunan pendopo besar si sisi Timur lokasi lalu pendopo kecil di depan nya, kemudian ada juga bangunan Mushola kecil disebelah bangunan makam RADEN KUNING. sayangnya Mushola ini juga terkunci. Hanya bangunan  makam RATU PASEH yang tidak dikunci dan dijaga oleh juru kunci. Di dinding luar bangunan makam RATU PASEH ini terpasang tulisan “bangunan ini sumbangan Singabola”. Singabola adalah salah satu toko yang cukup terkenal di kota Prabumulih.

Siapa Yang Bermakam Di Gunung Ibul ?

1. RATU PASEH ?. Siapakah Ratu Paseh? sebagian orang berpikir dia adalah seorang perempuan karena ada kata Ratu pada namanya. Benarkah dia perempuan. PASEH dalam Bahasa Belida maupun Bahasa Prabumulih berarti FASIH. Ada beragam versi hikayat bertebaran di internet terkait dengan Ratu Paseh, salah satunya menyebut bahwa Ratu Paseh adalah Ratu Sahibul dan salah satu anaknya bernama IBUL. serta banyak versi lainnya.

Bangunan Makam Ratu Paseh
Hanya saja menurut saya pribadi, RATU PASEH tak lain dan tak bukan adalah FATAHILLAH alias FELATEHAN alias FADILAH KHAN alias RATU BAGUS PASAI. Paseh pada nama RATU PASEH lebih karena kesalahan ucap dari kata PASAI atau PASEI. dan yang ada di Gunung ibul bukanlah Makam dalam artian Kuburan melainkan sebuah Petilasan atau tempat yang pernah digunakan oleh yang bersangkutan semasa hidupnya.

Beliau berasal dari SAMUDERA PASAI berlayar ke Demak, menjadi panglima perang pasukan gabungan Demak-Cirebon-Banten dalam penyerbuan menaklukan Sunda Kelapa dari Portugis, kemudian mendirikan kesultanan Jayakarta dan menjadi sultan pertama disana, lalu kembali ke Cirebon, menikah dengan Putri Sunan Gunung Jati juga menikahi Putri Raden Fatah. kini Makamnya ada di samping makam Sunan Gunung Jati di Astana Gunung Jati, Cirebon.

Samudera Pasai dan Palembang sama sama kesultanan meski di era yang berbeda, ketika Fatahillah kembali ke tanah Sumatera dari Perantauan-nya dan menemukan tanah kelahirannya sudah di bumi hanguskan oleh portugis, beliau meneruskan perjalanan laut ke tanah Jawa dan cukup masuk akal beliau singgah ke Palembang yang merupakan kota tertua di Indonesa, menetap beberapa waktu sambil berkelana menyebarkan Islam dan mengajar mengaji kepada ummat hingga paseh (fasih) sampai ke Gunung Ibul di Prabumulih.

dari Kiri ke Kanan : Bangunan Mushola, Bangunan Makam Raden Kuning dan Bangunan Makam Ratu Paseh
Kemungkinan kata IBUL memang bersal dari kata Sahibul atau Sohibul dari Bahasa Arab yang bermakma ‘pemilik’, biasa digunakan untuk menyebut pemilik tempat atau pemilik rumah dengan sebutan “sahibul bait”, atau pemilik hajat alias “sahibul hajat”. Seringkali kita temui kebiasaan orang Nusantara yang terbiasa menyebut atau memanggil seseorang dengan gelaran yang mudah disebut lidah, seperti sejarah Syech Hasanudin penyebar Islam pertama di wilayah Jawa Barat yang datang ke Karawang mendirikan pondok pesantren lalu lebih dikenal dengan nama Syech Quro, dari kata Qori karena beliau memang terkenal sebagai pembaca Qur’an yang sangat luar biasa. sampai sampai sedikit saja yang mengenal nama asli beliau.

2. Raden Kuning. Tokoh satu ini sama halnya dengan Ratu Paseh yang legenda dan hikayatnya bertebaran dengan berbagai versi. hanya saja dari beragam versi tersebut rata rata dapat ditarik garis merah yang sama, bahwa beliau adalah penyebar Islam yang berasal dari tanah Jawa, dan makam di gunung Ibul bukanlah kubur beliau, karena beliau dimakamkan di Pemakaman Bagus Kuning di Palembang.

Bangunan Makam Raden Kuning
Raden Kuning adalah Bagus Kuning alias Ratu Bagus Kuning. sama seperti Ratu Paseh Ratu Bagus Kuning pun disebut sebut sebagai seorang perempuan. hanya saja menilik kosa kasa yang dipakai kemungkinan beliau berasal dari kalangan ningrat kesultanan Banten. Ratu Bagus adalah salah satu gelar ningrat di Kesultanan Banten.

Kesultanan Palembang dan Banten memang memiliki kedekatan tersendiri. Anak keturunan Fatahilah dari salah satu istrinya yang berasal dari Banten pun menetap di Palembang. dan Banten pernah menyerbu Palembang meskipun gagal setelah tewasnya Sultan Muhammad di Sungai Musi. dengan kedekatan sejarah yang sedemikian, bukanlah hal yang aneh bila banyak tokoh dari Banten yang tinggal di wilayah Palembang ataupun sebaliknya. hanya saja butuh sedikit kerja keras untuk untuk menguak jati diri beliau, karena sepertinya nama “Kuning” yang melekat pada namanya bukanlah nama asli.

3. Patih Gajah Mada. Menarik untuk bertanya, Kapan dan dalam rangka apakah Patih Gajah Mada datang ke daerah Prabumulih ?. Prabumulih memang belum eksis di masa Gajah Mada. nama Prabumulih baru muncul pada era penjajahan Jepang. dan lebih menarik lagi adalah bahwa Fatahillah, Kesultanan Banten dan Palembang serta Gajah Mada berasal dari Masa yang berbeda.

Bangunan Keramat Tuan Patih Gajah Mada dengan latar belakang bangunan megah Islamic Center Kota Prabumulih.
Kita tak bisa menampik bahwa seluruh Sumatera memang pernah menjadi wilayah Majapahit, Maha Patih Gajahmada sendiri memang pernah memimpin pasukan besar menyerbu Sumatera salah satunya adalah dalam rangka menaklukkan Samudera Pasai. dan menjadi lebih menarik lagi karena di lokasi yang sama juga ada makam atau petilasan tokoh yang berasal dari Samudera Pasai. 

Apakah memang mereka bertiga pernah berada disana diwaktu yang sama ?. atau mereka datang kesana di waktu yang berbeda hanya saja karena tempat tersebut memiliki posisi strategis sehingga mereka masing masing memiliki ketertarikan untuk datang ke tempat tersebut ?. wallohuwa’lam. Satu Hal yang pasti bahwa, Lokasi Makam Kramat Puyang Gunung Ibul ini, kini tepat berada dibagian Belakang Komplek Islamic Center Kota Prabumulih yang rampung dibangun tahun 2014 yang lalu. dan kawasan tersebut akan terus berlanjut menjadi Petilasan (tempat singgah) lebih banyak orang. ***

Cagar Budaya, Berdsasarkan UU No. 22 Tahun 2001
Menurut Bapak Bapak yang nongkrong di pendopo itu tadi, bangunan ini dibangun oleh walikota Prabumulih, walikota yang mana ?. aku lupa namnya. meski pada dinding bangunan itu ada tulisan tentang bangunan itu tapi nama yang ditulis disana tidak cocok dengan nama walikota Prabumulih.

gerbangnya berbentuk candi bentar, mirip dengan gerbang gerbang yang dipakai di semua bangunan pemerintah di Cirebon
dan benar saja, bangunan itu memang terkait dengan Cirebon.
------------------------------------------

Baca Juga


Thursday, July 23, 2015

Sisingamangaraja, Korban Rekayasa Sejarah


Lazim diketahui oleh para ahli sejarah bahwa pola penulisan sejarah yang dewasa ini berkembang mengikuti klasifikasi tertentu. Ada penulisan sejarah berdasar agama, disebut religious historical, ada pula yang memandangnya dari sudut lain, nasionalisme misalnya.

Konsep nasionalisme sebagai suatu ideologi merupakan konsep yang baru. Menurut Islam konsep ini bertentangan dengan konsep kesatuan umat. Ia hanyalah sarana bagi musuh-musuh Islam untuk memecah dan melemahkan kekuatan Islam. Jadi konsep penulisan sejarah dengan bersandarkan pada nasionalisme juga merupakan pola penulisan yang baru.

Perjuangan Si Singamangaraja, Pattimura, P. Diponegoro dan yang lainnya secara substansial sulit dimasukkan dalam frame perjuangan berskala nasional. Apalagi dikaitkan dengan semangat nasionalisme. Data sejarah menunjukkan bahwa dasar perjuangan mereka dalam melawan penjajahan adalah Islam. P. Diponegoro bahu membahu dengan para ulama menyatukan rakyat untuk bertempur melawan para penjajah. Begitu pula dengan Cut Nya’ Dien, Pattimura, Si Singamangaraja dan lain lainnya.

Belanda dan Strategi Kristenisasi

Belanda ketika menyerbu suatu daerah berusaha menjadikan penduduk sekitarnya menjadi pengikut Nashrani. Tujuannya adalah agar perlawanan dapat padam dengan sendirinya, karena mereka menganggap penjajah dan penduduk setempat akan diikat oleh persatuan kristiani.

Daerah Tapanuli bisa menjadi contoh usaha Belanda dalam menjalankan politik kristenisasi sebagai bagian dari strategi integral penjajahannya. J.PG.Westhof, seorang pekerja Belanda yang ditempatkan di Indonesia, mengatakan: “Pada pendapat kami, untuk tetap memiliki jajahan jajahan kita, sebagian besar tergantung pada konsep kristenisasi pada rakyat setempat. Baik yang belum memeluk agama maupun yang sudah beragama Islam”. (J.H. Meerwaltd,1903, 111 dan Solichin Salam,1965,50)

Gerakan agresi agama ini besar kemungkinan mulai dilancarkan pada tahun 1824, terbukti terjadi pembunuhan pendeta baptis Amerika bernama Munson dan Lyman di Sinaksak. Sedang pada tahun 1861 gerakan pengkristenan ini makin kuat dengan berdirinya Rijnsche Zending di Padang Sidempuan. Untuk keperluan ini pemerintah Belanda menunjuk missionaris Nommensen dan Simoniet untuk menangani program pengkristenan ini secara lebih besar. Atas jasa yang demikian besar pemerintah Belanda menganugerahkan bintang Officer van Oranje-Nassau kepada Nommensen pada tahun 1911.

Di beberapa daerah strategi ini berhasil memadamkan perlawanan dan megubah sebagian kecil komposisi penduduk dari Islam ke kristen. Namun secara luas strategi ini gagal, bahkan menghasilkan perlawanan yang amat keras dan panjang.

Perjuangan Si Singamangaraja XII

Dalam kondisi tertekan akibat monopoli ekonomi, serangan kristenisasi, dominasi politik kolonial, Si Singamangaraja XII dinobatkan sebagai Maharaja negeri Toba, bersamaan dengan diterapkannya open door policy (politik pintu terbuka). Saat itu tinggal Aceh dan Tapanuli yang belum menandatangani Korte Volkering -Perjanjian Pendek- yang menegaskan dominasi Belanda di bidang politik, ekonomi, dan lain lain.

Akibatnya terjadi peperangan yang panjang antara Aceh dan Tapanuli di satu pihak dengan Belanda di pihak lain. Peperangan ini berlangsung puluhan tahun. Hal yang jarang diberitakan oleh para sejarawan adalah bahwa Islam sebagai dasar semangat tempur mereka.

Para Sejarawan sering menulis bahwa agama yang dianut oleh Si Singamangaraja adalah Palbegu, semacam ajaran animisme yang memuja para dewa. Ini sulit sekali kita terima bila kita teliti cap kerajaan Si Singamangaraja XII yang berbunyi: “Inilah Cap Maharaja di negeri Toba. Kampung Bakara nama kotanya. Hijrah Nabi 1304.“

Cap ini dengan sendirinya menggambarkan betapa pekatnya ajaran Islam mempengaruhi diri Si Singamangaraja XII. Adapun huruf Batak yang masih diabadikan, sama dengan tindakan Pangeran Diponegoro yang masih mempertahankan huruf jawa dalam menulis surat.

Begitu pula jika kita perhatikan bendera perangnya. Terlihat pengaruh Islam pada gambar kelewang serta matahari dan bulan. Akan lebih jelas jika kita kutip komentar Koran-koran Belanda yang memberitakan tentang agama yang dianut oleh Si Singamangaraja XII, antara lain:

Volgens berichten van de bevolking moet de togen,woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam zijn bekeerd, doch hij wird geen fanatiek islamiet en oefende geen druk op zijn ongeving uit om zich te bekeeren

(Menurut kabar kabar dari penduduk, raja yang sekarang (maksud titularis adalah Si Singamangaraja XII) semenjak lima tahun yang lalu telah memeluk Islam dengan fanatik. Demikian pula ia tidak menekankan supaya orang-orang sekelilingnya menukar agama).

Berita di atas memberikan data bahwa Si Singamangaraja beragama Islam dan tidak memaksakan agamanya terhadap rakyat. Berbeda dengan penyebaran agama yang dilakukan oleh Rijnsche Zending di Toba yang disertai serangan militer Belanda. Serangan semacam ini baik yang dilancarkan tahun 1861 maupun 1877 juga bermaksud untuk menguasai daerah daerah Toba yang subur.

Tak mengherankan jika Si Singamangaraja membalas serangan tersebut dengan tak kalah keras. Dalam perjuangan bersenjata tersebut beliau bekerjasama dengan Panglima Nali dari Minangkabau, daerah yang sejak dulu merupakan basis perjuangan Islam, dan Panglima Teuku Mohammad dari Aceh, Serambi Makkah. Selain karena satu keyakinan, letak Tapanuli yang berada di tengah tengah antara Aceh dan Sumatra Barat juga sangat menunjang terjadinya kerjasama tersebut.

Penguasaan daerah Tapanuli oleh Belanda secara fisik bisa dikatakan berhasil. Bahal Batu, Butar dan Lobu Siregar telah berhasil didudukinya. Namun apalah artinya penguasaan tersebut jika tidak bisa menundukkan kemauan rakyatnya. Daya juang yang tinggi dimiliki oleh rakyat Tapanuli, dan daya juang yang demikian itu biasanya hanya dimiliki oleh bangsa yang telah mempunyai ajaran agama yang mengajarkan pembelaan diri apabila diserang. Disini Si Singamangaraja memiliki agama tersebut, yakni Islam. Keislamannya telah menunjangnya untuk mampu bertahan dan berjuang selama tigapuluh tahun lamanya. Beliau tidak hanya dianggap sebagai raja oleh rakyatnya, tetapi juga sebagai Imam dalam Agamanya. Faktor dukungan dari rakyat ini menunjang sekali dalam perjuangan bangsa melawan penjajahan.

Menghadapi seorang pemimpin yang mempunyai kharisma besar dan didukung penuh oleh rakyatnya tersebut, Belanda berusaha menggunakan cara licik. Ibu, Permaisuri, dan kedua putra Si Singamangaraja ditangkap. Dengan demikian diharapkan beliau bisa digiring ke meja perundingan. Namun cara ini gagal total, karena kompromi tidak bisa tercapai.

Sejalan dengan situasi Tapanuli tersebut, Belanda memancarkan serangan membabi buta terhadap Ulama’ di Aceh yang merupakan tulang punggung gerilya. Tindakan ini merupakan realisasi dari nasihat Snouck Hurgronje, seorang orientalis, untuk mengadakan pengejaran tanpa henti terhadap para ulama. Operasi yang sangat kejam dengan melakukan pembunuhan semena mena terhadap pemuka pemuka Islam tersebut mendapat restu pula dari menteri Bergsman.

Tindakan Belanda terhadap Ulama Ulama di Aceh tersebut ditambah dengan kalahnya persenjataan membuat kekuatan Si Singamangaraja semakin berkurang. Politik Pintu Terbuka yang menuntut pengamanan modal asing, melibatkan negara negara imperialis lainnya untuk membantu usaha Belanda mengakhiri perlawanan umat Islam di Indonesia. Termasuk perlawanan Si Singamangaraja.

Pada 17 Juni 1907 di bawah pimpinan Kapten Christofel, Belanda menggempur pusat pertahanan Si Singamangaraja. Sampai saat pertempuran terakhir ini, beliau bersama putrinya Lopian, memilih gugur sebagai Syuhada daripada menyerahkan Bumi Islam Tapanuli di atas Korte Verklaring kepada Belanda.

Kini tangan tangan tak bertanggung jawab mencoba mengaburkan fakta sejarah untuk tujuan tertentu. Gelar Syuhada diganti dengan atribut lain yang tak memiliki dasar dan fakta. Termasuk klaim yang mengatakan bahwa bagian timur negeri tercinta kita adalah basis agama tertentu dengan menafikkan peran muslim di wilayah tersebut. Padahal sebagian besar Maluku, NTB, Ternate, Tidore dan Sulawesi mayoritas Islam. Mungkinkah Sultan Baabullah, Sultan Nuku, Sultan Hasanudin bukan pahlawan pahlawan Islam….? Terlalu bodoh untuk dijawab “Ya…, mungkin”. Hasbunallah wani’mal wakil.

Tuesday, July 7, 2015

Batu Akik Beracun

Tujuh bahan mineral berikut ini sangat berbahaya bila digunakan sebagai batu akik, meskipun tampilannya sangat memukau namun racun-nya dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius hingga dapat mengakibatkan kematian. kenali jenis mineralnya dan jangan gunakan sebagai batu akik

1. CINNABAR

Cinnabar
Cinnabar merupakan batu kristal berwarna merah menyala. Karena warnanya ini, kristal ini juga disebut sebagai 'darah naga' atau merkuri sulfide (mercury sulfide), dan terbentuk di dekat gunung berapi. Uniknya, warna merah menyala ini ternyata merupakan pertanda bahwa kristal ini sangat berbahaya karena mengandung merkuri yang tinggi. Merkuri yang terkandung di dalam kristal ini bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. Akan tetapi di masa lampau kristal Cinnabar ini dipercaya mempunyai kemampuan penyembuh jika digunakan dengan kadar yang tepat.

2. CHALCNATHITE

chalcnathite
Chalcnathite memiliki warna biru menyala. Kristal ini terbentuk dari tembaga, air, belerang, dan beberapa unsur lain. Kristal ini berbahaya adalah karena tembaga yang ada di kristal ini bisa larut di dalam air. Pengujian dengan kristal Chalcanthite yang dicelupkan di dalam kolam yang dipenuhi ganggang, segera terjadi ancaman dan kerusakan yang cukup besar. Akan tetapi para pecinta kristal tak kurang akal karena berusaha membuat tiruan kristal ini karena keindahannya.

3. ARSENOPYRITE

Arsenopyrite
Arsenopyrite mempunyai kilauan mirip emas, tetapi Arsenopyrite ini mengandung zat yang berbahaya. Ciri yang sangat mudah dikenali dari Arsenopyrite ini adalah kristal ini mengeluarkan aroma mirip bawang putih. Seperti namanya, kristal ini mengandung zat arsenik yang beracun yang bisa menyebabkan kematian jika masuk ke dalam tubuh.

4. TORBERNITE

Torbernite
Berwarna hijau menyala, kristal Torbernite ini juga disebut sebagai batuan dari neraka. Kristal ini terbentuk dari uranium. Zat uranium inilah yang menyebabkan kristal ini berbahaya, ketika uranium mengalami pembusukan di dalam kristal. Ketika pembusukan itu terjadi, kristal ini akan mengeluarkan gas berbahaya yang menyebabkan kanker paru-paru.

5. STIBNITE

Stibnite
Kristal bernama Stibnite ini berwarna berkilauan seperti perak. Kandungan zat-zat yang tak stabil di dalam kristal inilah yang menyebabkan kristal ini berbahaya. Di masa lalu kristal ini sering digunakan sebagai bahan untuk membuat alat makan, dan banyak menyebabkan kematian bagi para penggunanya.

6. ORPIMENT

Orpiment
Kristal Orpiment ini sangat berbahaya karena mengandung arsenik dan sulfur. Di masa China kuno, mata panah sering dioleskan di kristal ini untuk mendapatkan racunnya. Jika kristal ini dibelah, bubuk serpihannya bisa menjadi sangat beracun jika terkena matahari. Bubuk Orpiment pernah digunakan sebagai campuran bahan cat dan meracuni para seniman yang menggunakannya.

7. GALENA

Orpiment
Galena adalah kristal berkilauan berbentuk kubus yang mengandung sulfur beracun. Debu sulfur yang ada di kristal Galena ini akan mengakibatkan keracunan hingga yang terburuk kematian jika terhirup.