Prasasti Batutulis terletak di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih “on site”, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini. Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno. Prasasti ini berangka tahun 1455 Saka (1533 Masehi) |
Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘makam’ sama dengan ‘kubur’. Maka kalimat tanya pada judul diatas yang berbunyi “dimanakah makam Prabu Siliwangi” bermakna “dimanakah gerangan jenazah Prabu Siliwangi dimakamkan setelah beliau wafat”. Dan Prabu Siliwangi yang dimaksud adalah Sri Baduga Maharaja alias Raden Pamanah Rasa Alias Pangeran Jayadewata yang memerintah di kerajaan Pajajaran antara tahun 1482 hingga tahun 1521.
Pertanyaan
yang sama maupun uraian tentang itu, berseliweran di dunia maya maupun dunia
nyata. Tempat tempat yang di klaim sebagai makam asli sang prabu juga tidak
sedikit. Meski hingga kini memang dengan legowo harus di akui bahwa belum ada
satu kata sepakat dari para sejarawan maupun dari para tokoh masyarakat tentang
“yang manakah makam sang prabu yang sebenarnya”. Upaya penelusuran sejarah
termasuk menelusur keberadaan makam sebenarnya dari sang prabu juga pernah
dilakukan oleh tim 11 yang dibentuk dimasa pemerintahan Gubernur Jawa Barat
Mashudi.
Makam Prabu Siliwangi Tidak Pernah
Ada
Sebagian
masyarakat (kata sebagian disini tidak mewakili besaran jumlah) meyakini bahwa
“makam Prabu Siliwangi” memang tidak akan pernah ditemukan karena beliau memang
belum wafat alias masih hidup di dimensi dunia yang berbeda. Ada banyak versi
alur cerita tentang hal tersebut, namun intinya adalah ketika sampai pada
kondisi yang sudah sangat terdesak, beliau beserta pengikut setianya masuk ke
alam ghaib dan meneruskan kehidupan mereka disana, termasuk mendirikan kerajaan
ghaib di Gunung Salak, gunung yang bernama asli Gunung Sapto Argo.
Masuk
ke alam ghaib yang dimaksud adalah masuk secara keseluruhan, ruh dan jasadnya.
Sehingga dengan demikian mustahil untuk dapat menemukan Makam beliau di ‘dunia
ini’. Ada begitu banyak tulisan yang sudah di unggah di dunia maya terkait hal
tersebut, anda dapat menelusur-nya dengan kata kunci “prabu siliwangi moksa”,
“aji sikir”, dan sebagainya. Peristiwa tersebut pula yang diyakini sebagai awal
dari “keangkeran gunung salak”.
Hanya Orang Terpilih Yang Tahu
Ada
juga sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa sang prabu wafat secara wajar
dan dimakamkan di satu tempat yang hanya diketahui oleh orang orang terdekat
dan terpercaya saja. Cukup masuk akal bila di hubungkan dengan cerita tutur
yang menyebutkan bahwa beliau “menyingkir” dari kraton karena ‘terdesak’. Keterdesakan
ini pun memiliki banyak alur cerita yang berbeda beda. Dari catatan sejarah
yang sudah dimaklumi bersama, posisi pajajaran memang terdesak oleh eksistensi
Cirebon dan Demak menyusul berdirinya Jayakarta menggantikan Sunda Kelapa
bersamaan dengan lepas nya pengaruh Kerajaan atas Banten.
Seperti
disebutkan di awal tadi bahwa saat ini ada banyak situs yang diyakini sebagai
makam sang prabu. Beberapa diantaranya yang sudah lazim dikenal adalah di Leuweung
Sancang (Leuweung = Hutan) wilayah Pameungpeuk kabupaten Garut, lalu di daerah
Kawali kabupaten Ciamis, kemudian juga ada di Gunung Tampomas kabupaten Sumedang.
Belakangan
juga muncul pengakuan dari H Netty Medina S yang menyatakan telah memindahkan
makam Prabu Siliwangi pada tanggal 27 Oktober 1987 ke atas sebuah bukit di Kampung
Ngamprah Pasir Pari, Desa Nengkelan, Ciwidey. Kabupaten Bandung. Makam tersebut
dipindahkan dari ‘lokasi aslinya” di Lereng Gunung Pangrango, Kampung Sela
Gombong, Desa Cikancana, Kec. Pacet, Cianjur, yang ditemukan tahun 1975.
Pemindahan dilakukan Sebab lokasinya yang jauh dan sulit ditempuh.
Sub
Judul ini yang berbunyi ‘Hanya orang terpilih yang tahu’ sudah tidak berlaku
lagi bagi anda yang sudah membaca bagian ini, karena anda toh sudah tahu. hanya
saja masih ada lagi yang menyatakan bahwa semua tempat yang sudah dikenal
masyarakat saat ini sebagai ‘makam asli’ Prabu Siliwangi adalah ‘bukan asli’
nya, hanya merupakan petilasan atau tempat yang pernah disinggahi sang prabu
semasa hidup-nya. Sedangkan makam yang benar benar asli hanya diketahui oleh
segelintir orang saja yang tidak akan menunukkannya ke siapapun ‘kecuali’
kepada orang orang yang sangat dipercaya.
Memang Banyak Makam
Prasasti
Tembaga Kebantenan menyebutkan tentang wafatnya Prabu Siliwangi dan dimakamkan
di Rancamaya. Prasasti tersebut menyebut Prabu Siliwangi sebagai Susuhunan di
Pakuan Pajajaran dan disebut secara anumerta sebagai Sang Lumahing Rancamaya. Lalu
dimanakah tempat yang dimaksud Rancamaya tersebut ?.
Pakuan yang menjadi
ibukota Pajajaran berada di Bogor, dan di Bogor memang ada satu kelurahan yang
bernama Rancamaya yang sejak tahun 1995 secara administratif masuk ke dalam
wilayah kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Sebelumnya berstatus sebagai Desa
di di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Berbagai sumber menyebutkan bahwa di
daerah tersebut memang pernah ada satu tempat yang dikeramatkan terkait dengan
Prabu Siliwangi namun kemudian keseluruhan tempat itu kini telah berubah
menjadi padang golf.
Masih
di kota Bogor, terdapat prasasti Batu Tulis yang sangat terkenal itu. Prasasti
ini dibangun oleh Prabu Surawisesa, putra dari Prabu Siliwangi, dua belas tahun
setelah kematian Ayahanda-nya, untuk menghormati sang Ayah sekaligus mengenang
dan mengabadikan kebesaran Prabu Siliwangi. Angka dua belas tersebut dianggap
berkaitan dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pada saat itu.
Di
tahun ke dua belas setelah kematian, jenazah akan disempurnakan dengan
diper-abu-kan. begitulah yang terjadi di dua belas tahun setelah wafatnya sang
Prabu. Abu jenazahnya disimpan dengan sangat hormat ke dalam dua belas guci
(angka ini juga kemungkinan akan berbeda beda) dan di makamkan kembali dengan
penuh kehoramatan di dua belas wilayah kerajaan yang berbeda beda. Dengan
demikian akan sangat wajar bila hari ini ada banyak tempat yang di-klaim
sebagai ‘makam asli’ sang prabu.
Secara
teoritis dan nalar sederhana merujuk kepada tradisi Nusantara, makam seorang
raja besar dan dimakamkan di masa kerajaan dipimpin oleh anak kandungnya
sendiri, (pastinya ataupun semestinya) juga memiliki “tanda kebesaran” yang
sesuai dengan masa itu dan tanda kebesaran tidak selalu berwujud ‘bangunan
makam’ seperti yang biasa kita kenal saat ini.
Benarkah Beliau Moksa ?
Secara
umum ‘tutur tinular’ yang disampaikan secara ‘saur sepuh’ bahwa Prabu Siliwangi
moksa atau secara harfiah adalah pindah dari alam dunia ini masuk ke alam ghaib
bersama seluruh pengikut setianya, kemudian membentuk kerajaan baru di alam
ghaib. Bila diterjemahkan secara harfiah pula maka hal itu bertentangan dengan
penjelasan dalam prasasti tembaga kebantenan yang menyebut bahwa beliau telah
wafat dan dimakamkan di Rancamaya.
Untuk
menjawab pertanyaan 'benarkah beliau moksa atau pindah jasmani dan rohaninya ke
alam ghaib ?’ jawaban paling logis untuk menjawab itu adalah ‘masuk saja ke
alam ghaib yang dimaksud” dan temukan jawabannya disana. Namun bilamana Moksa atau pindah ke alam ghaib
yang dimaksud adalah ruh nya saja tidak bersama jasad / raganya, itu berarti
terjadi perpisahan antara ruh dengan jasad, itulah yang disebut kematian.
Hukum
Tuhan menyebutkan bahwa "Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan
mati" (QS.3: 185). Bahwa kematian
itu adalah suatu yang pasti, bahwa keabadian (di dunia ini) itu adalah mustahil
bagi mahluk. Yang belum diketahui adalah kapankah waktunya. Umur mahluk adalah
mutlak hak Tuhan, tidak ada satupun mahluk yang tahu pasti. Kitab suci memang
membeberkan bahwa ada mahluk yang diberi tangguh hingga hari kiamat, maknanya
ia diberikan umur yang sangat panjang dan baru akan mati ketika kiamat tiba.
Ingat, bukan abadi. Yang abadi hanya Allah Subhanahuwata’ala.
Lalu
apakah mati itu?. Mati adalah terpisahnya ruh dengan jasad. Selagi keduanya
belum terpisah berarti masih hidup, belum mati. Kitabullah menjelaskan bahwa
Allah menghidupkan kita dua kali dan mematikan kita dua kali (QS. Al
Baqoroh : 28 & QS. Al Mu’min : 11).
Ruh tidak pernah mati, yang mati hanya
jasad. Jasad kita yang akan mengalami dua kali kehidupan dan dua kali kematian.
Kosa kata bahasa Indonesia sudah mendeskripsikan kata ‘mati’ dengan baik dengan
menyebutnya “meninggal dunia”, bahwa orang yang mati pada hakekatnya hanyalah
meninggalkan dunia ini memasuki kehidupan berikutnya. Wallohua’lam.
Apakah Prabu Siliwangi Masih Hidup?
Secara
hakikat, iya, beliau masih hidup. Perhatikan lagi penjelasan di dua alenia di
atas. Apakah kamu berfikir orang yang mati itu benar benar mati ?. Sekali kali
tidak. Fakta lainnya adalah bahwa Saya masih mengulas salah satu bagian kisah
hidup-nya, anda masih membaca kisah yang saya tuliskan tentang hidup-nya, itu
hanya bukti paling sederhana bahwa beliau “masih hidup”.
Penutup
Anda
yang masih membaca tulisan ini hingga ke titik ini, mungkin masih bertanya dalam
hati ‘Lalu Sebenarnya makam Prabu Siliwangi ada dimana ?’. Anda penasaran ? atau
sekedar ingin tahu ?. Atau jangan jangan anda sudah benar benar tahu jawaban
dari pertanyaan itu. Silakan simpan jawabannya untuk anda sendiri, karena orang
lain juga tidak akan pernah (benar benar) percaya. Sebagaimana tidak percayanya
anda pada tulisan saya. Sebaiknya memang begitu, karena bila anda percaya
dengan tulisan saya nanti bisa bisa anda disebut syirik.***
-----------------------------------
Follow akun instagram kami
di @masjidinfo |
@masjidinfo.id |
@hendrajailani
------------------------------------
Baca Juga
Benar kematian adalah berpisah ruh dan jasad, tapi moksa sdairuh kembali ke ajam ruh srdsngkan jasad masuk ke alam gaib dengan maksud agar raganya tidak diperebutkan
ReplyDeleteYang pasti " Setiap mahluk yang bernyawa pasti akan mati " itu sudah menjadi Ketetapan Nya..
ReplyDeleteSubhanalloh....seru cerita manusia ya....dan Sang Prabu Pamanah Rasa salah satu cerita sejarah nya yang seru...apalagi kalau tahu yang sebenarnya..wah bakalan makin seru ya...
ReplyDelete