Gegap gempita piala dunia 2014 di
Brazil sedang mewabah di bebragai pelosok bumi, di Indonesia sendiri perhelatan
itu menjadi topik menarik tak kalah seru dengan PILPRES yang tinggal menghitung
hari. Hanya saja nyaris tak ada media yang menyinggung tentang Muslim disana. Saya
ambilkan salah satu tulisan saya di blog rindumasjid
tentang Islam di Brazil untuk anda, semoga bermanfaat.
Ingat Brazil, Ingat Sepakbola,
saking lengketnya negara tersebut dengan sepakbola. Brazil, negara di amerika
latin itu yang namanya memang telah begitu identik dengan tiga hal yakni
sepakbola, karnaval dan bikini, terkait dengan hamparan pasir pantainya yang mempesona.
Brazil juga menyandang predikat sebagai negara dengan hutan hujan tropis
terbesar di dunia bersama Indonesia, negara berbahasa Portugis terbesar di
dunia, negara Katholik terbesar di dunia, Negara terluas sekaligus berpenduduk
terbanyak di Amerika Latin. Kekatholikan Brazil di tandai dengan pembangunan
patung Cristo Redentor yang begitu besar di puncak Bukit Corcovado, Rio de
Janeiro di tahun 1850-an.
Negeri satu ini memang salah satu
negeri gila bola, dari segi prestasi juga memang pilih tanding. Sebagian
pecinta bola yang cukup cermat pastinya masih ingat pada momen kemenangan 2-0
Brazil atas Australia di Piala Dunia 2006 di Jerman. Kala itu 18 Juni 2006
pencetak Gol Brazil, Frederico Chaves Guedes mengejutkan dunia ketika merayakan
gol kemenangannya dengan melakukan sujud syukur, sebuah celebrasi khas para
pesepakbola muslim. Fred memang salah satu warga muslim Brazil.
Fred bukanlah satu satunya
pesohor muslim di Brazil, di tataran pemerintahan negara tersebut juga terdapat
beberapa tokoh muslim yang cukup disegani diantaranya Muhammad Murad yang
merupakan anggota dewan kota São Paulo yang sehari harinya berprofesi sebagai
pengacara. Islam memang telah hadir di Brazil seumur dengan sejarah negara itu,
meski dalam perjalanannya memang tak mulus.
Dalam sejarahnya semasa masih
dijajah oleh Portugis, Brazil dikenal sebagai pengimpor budak Afrika terbanyak
di dunia, lebih dari tiga juta budak hitam Afrika telah di datangkan ke negara
itu selama penjajahan Portugis, untuk dijadikan pekerja paksa di lahan lahan
perkebunan milik Portugis. Sebagian dari para budak hitam Afrika itu adalah
Muslim, dan dengan sendirinya gelombang kedatangan tiga juta budak afrika ke
Brazil ini menjadi titik awal masuknya Islam ke Brazil.
Populasi Muslim di Brazil
Data resmi di world fact book
sama sekali tak menyebut Islam dalam deretan agama yang di anut di Brazil.
Selain menyebut data sensus tahun 2000 yang terdiri dari 73.6% Katolik, 15.4%
Protestan, 1.3% Aliran kepercayaan, 0.3% Bantu/voodoo, 1.8% lain lain, 0.2
tidak jelas, dan sisanya 7.4 tidak beragama.
Data yang lain muncul di
Wikipedia yang menyebutkan bahwa pemeluk agama di Brazil terdiri dari Katolik
Roma 64.6%, Protestan 22.2%, Tak beragama mencapai 8%, aliran kepercayaan 2%
dan 3.2 dikatagorikan sebagai lain lain.
PEW Research Center dalam artikel
Mapping the Global Muslim Population, menyebutkan bahwa populasi muslim di
Brazil mencapai angka 191-ribu jiwa didasarkan pada data tahun 2009. Angka
tersebut setara dengan 0.1% dari total populasi di negara tersebut.
Sensus penduduk di Brazil memang
tidak memasukkan Islam sebagai salah satu agama yang di sensus tapi memasukkan
Islam, Budha dan agama minioritas lainnya dalam kolom “lain lian”. Maka wajar bila
kemudian tidak ada data yang benar benar valid dan up to date terkait angka
pasti jumlah muslim di negara tersebut.
Otoritas muslim di Brazil
menyakini pemeluk Islam di Brazil mencapai antara 1 juta hingga 2 juta jiwa
didasarkan kepada data etnografi yang mereka ketahui. Namun Professor Paulo G.
Pinto da Rocha, seorang profesor Antropologi dan Direktur Pusat Studi Timur
Tengah di Universidade Federal Fluminense (Brazil), dengan yakin mengatakan
bahwa ada sekitar 1 juta muslim di Brazil saat ini, jumlah yang memang terlalu
kecil dibandingkan 200 jutaan penduduk negara tersebut. Angka 1 juta itu pun di
sebut berbagai pihak sebagai angka yang terlalu dibesar besarkan.
Masuknya Islam di Brazil
Seperti disebutkan dimuka bahwa
Islam pertama kali mencapai Brazil dibawa oleh para budak belian dari Afrika.
Mereka dibawa ke Brazil secara paksa oleh tentara Portugis ke wilayah tersebut
untuk dijadikan kuli di perkebunan perkebunan yang dibuka disana.
Bangunan masjid kini sudah
mencapai 127 masjid diseluruh Brazil. Salah satunya adalah Masjid di Lajes pada
foto di atas yang dikelola oleh Sociedade Beneficente Muçulmana de Lajes.
Di abad ke 16 tepatnya sejak
tahun 1550, Portugis menggunakan budak Afrika untuk bekerja di perkebunan tebu
yang sebelumnya dimusnahkan oleh penduduk setempat. Brasil tercatat menerima
sekitar 37% dari seluruh budak Afrika yang diperdagangkan ke benua Amerika atau
berkisar 3 juta orang. Jumlah tersebut menjadikan Brazil sebagai Negara
penerima budak terbesar.
Sebagian dari para budak hitam
Afrika yang diboyong kesana adalah kaum muslimin afrika dari berbagai suku.
Sejarah Brazil mencatat pada tahun 1835 sempat terjadi pemberontakan oleh kaum
budak muslim di kota Bahia. Pemberontakan oleh gabungan muslim dari berbagai
bangsa tersebut mengakibatkan korban jiwa namun berahir pada kekalahan.
Akibatnya penguasa Portugis
menerapkan upaya kristenisasi terhadap para budak yang beragama Islam dengan
berbagai cara. Berbagai tekanan dan paksaan serta pelarangan yang dilakukan
sepanjang abad 19 terbukti tak mampu memupus Islam dari benak para budak
disana. Terbukti pada tahun 1910 tercatat masih terdapat sekitar 10 ribu budak
afrika yang masih mempertahankan Islam sebagai agamanya.
Perkembangan Islam disana
memasuki era baru dengan kebijakan pembebasan perbudakan di penghujung abad ke
16 yang kemudian memunculkan berbagai komunitas muslim disana dan dikemudian
hari bergabung dengan muslim imigran dari India dan Pakistan. Perkembangan
Islam juga diperkuat dengan masuknya imigran muslim dari Timur tengah (Arab)
yang masuk ke Brazil di sekitar tahun 1850 hingga tahun 1860.
Gelombang masuknya imigran arab
ini meningkat di era 1970-an seiring dengan terjadinya perang saudara di
Lebanon (1975-1990) serta berlanjutnya pendudukan wilayah Palestina oleh
Israel. Meskipun sebagian besar muslim di Brazil merupakan para imigran arab serta
keturunan mereka namun di decade terahir telah tumbuh dengan pesat pemeluk
Islam mualaf dari kalangan non arab yang turut menjadi bagian dari komunitas
muslim disana.
Komunitas muslim di Brazil memang
mayoritas merupakan para muslim pendatang mencapai 99.04% dengan konsentrasi
populasi berada di negara bagian São Paulo, Paraná, Rio Grande do Sul dan Rio
de Janeiro. Sebagian besar dari mereka menganut faham shiah yang bermukim di
São Paulo dan wilayah selatan Brazil, seperti di Curutiba dan Foz do Iguaçu.
Sementara muslim Suni kebanyakann tinggal di Paulo, Paraná, Rio Grande do Sul,
Rio de Janeiro dan Distrito Federal.
Organisasi Islam di Brazil
Institusi Islam di Brazil
menggunakan nama resmi “Islamic Mutual-Aid Associations”(Sociedades Beneficentes
Muçulmanas - SBM). Organisasi tertuanya pertama kali dibentuk di São Paulo
tahun 1929. Organisasi ini juga yang kemudian membangun masjid pertama di
Brazil dengan nama the Mesquita Brasil (Brazil Mosque). Masjid yang dibangun
dengan dana bantuan dari keluarga kerajaan Mesir dimulai pada tahun 1942 dan di
resmikan pada tahun 1960.
Sociedade Beneficente Muçulmana
do Paraná
Dalam kurun waktu yang cukup lama
antara 1929-1969 organisasi ini menjadi satu satunya organisasi payung bagi
muslim disana baik Suni maupun Shiah, baru kemudian wilayah Druses dan
Alaouites membentuk organisasi mereka sendiri di negara bagian Minas Gerais,
Rio de Janeiro dan São Paulo. Sedangkan organisasi Islam lainnya dibentuk di
Rio de Janeiro dan Paraná selama tahun 1950-an.
Pembangunan tempat tempat ibadah
bagi muslim di wilayah Brazil lainnya baru dimulai di kurun tahun 1980-an.
Sejak itu beberapa masjid sebagian besar dari muslim Suni mulai berdiri di
negara bagian Paraná, São Paulo, Mato Grosso, Goiás dan Minas Gerais. Masjid masjid
tersebut dibangun dengan gaya arsitektural Arab yang sangat kental, sebagai
respon meningkatnya imigran arab ke negara tersebut. Sampai permulaan abad ke
21 berbagai organisasi Islam sudah bertebaran di seantero negeri.
Perkembangan cukup menarik bagi
komunitas muslim di Rio de Janeiro yang tergabung dalam organisasi SBJR
(Sociedade Beneficente Muçulmana do Rio de Janeiro), 85% dari 500 keluaga
muslim disana justru bukan dari Etnis Arab atau keturunannya tapi berasal dari
beragam latar belakang, dibandingkan dengan organisasi Islam di bagian lain
negara tersebut. Karenanya komunitas muslim di Rio de Janeiro tidak bertendensi
untuk menonjolkan identitas Arabia dalam kehidupan beragama keseharian mereka.
Merujuk kepada penjelasan
Antropologis Brazil bernama Silvia Montenegro diseluruh Brazil telah berdiri 58
organisasi Islam di tahun 2000, 90% mewakili muslim suni dan sisanya shiah.
Masjid di Brazil
Komunitas muslim Brazil
terkonsentrasi di beberapa kota besar seperti kota Sao Paolo yang merupakan
kota terbesar di Brazil, di kota ini pula masjid pertama di Brazil dibangun
dengan nama Brazil Primeira Mesquita do Brasil di Av. do Estado, yang dibangun
di atas lahan yang dibeli secara patungan tokoh-tokoh muslim Brasil ditahun
1939.
Peletakan batu pertamanya
dilakukan pada tahun 1948 dan baru berakhir pembangunannya tahun 1960. Lamanya
pembangunan masjid tak lepas dari sulitnya upaya penggalangan dana yang
dilakukan umat Islam di negeri tersebut. Begitu pembangunan masjid rampung,
umat Islam sudah tersebar ke seantero Brasil yang kini sudah mencapai 127 masjid.
Madrasah mulai berdiri di Brasil
sejak tahun ‘60-an. Madrasah pertama berdiri di Sao Paulo, Setelah itu, berdiri
pula madrasah di wilayah Cortiba dan beberapa tempat lainnya. Madrasah
digunakan sebagai semacam diniyah, yaitu untuk mengajarkan ilmu agama dan
bahasa Arab.
Dampak Positif Telenovela
Perkembangan Islam di Brazil
justru terjadi ledakan paska serangan teroris terhadap menara kembar WTC New
York pada 11 September 2009 yang dikait kait kan dengan terorisme Islam. Sebuah
efek yang tak disangka sangka, warga setempat justru menjadi penasaran dengan
ajaran Islam yang senantiasa disebut sebut dalam semua pemberitaan peristiwa
911 tersebut.
Tiga minggu paska serangan
tersebut stasiun tivi the Globo Channel meluncurkan seri perdana telenovela
berjudul “Clone series”. Sebuah serial tivi berlatar belatar belakang kehidupan
muslim di Maroko yang menampilkan kehidupan muslim dan arab yang sebenarnya.
Tanpa disangka sangka tayangan tersebut justru menjadi tontonan pavorit warga
setempat dan berdampak pada melonjaknya ketertarikan untuk mempelajari Islam ke
berbadai Islamic Center disana.
Hal tersebut diakui oleh
Professor Paulo G. Pinto da Rocha dan Francirosy Feirreira, pemerhati Islam di
University of Sao Paulo sebagai salah satu bahan bakar utama meledaknya minat
untuk berislam di Brazil, dan berdampak langsung kepada membengkaknya komunitas
muslim disana.
Indikator lain adalah semakin
bertambahnya masjid di negara tersebut sebagai pusat peradaban bagi muslim atau
dalam bahasa setempat disebut “Turcos” merujuk kepada Emperium Turki selaku
emperium Islam terahir.
Original source : bujangmasjid.blogspot.com
No comments:
Post a Comment