Showing posts with label dunia islam. Show all posts
Showing posts with label dunia islam. Show all posts

Sunday, November 12, 2017

Madain Saleh Reruntuhan Bangsa Terkutuk

salah satu makam dari gunung batu yang di pahat dan di ukir di Madain Saleh

Madain Saleh merupakan daerah di Arab Saudi, lokasinya berada di provinsi Madinah dekat dengan Al-‘Ula di wilayah Hijaz. wilayah ini dikenal sebagai situs arkeologi dan kini menjadi salah satu objek wisata paling menarik di Arab Saudi.

Mada'in Salih terletak 20 km di sebelah utara Al-`Ula, 400 km barat laut Madinah, dan 500 km ke arah tenggara dari Petra, Yordania. Mada'in Salih berada di wilayah kaki dataran tinggi basalt yang merupakan bagian dari Pegunungan Hijaz.

Tempat ini juga disebut dengan nama Al-Hijr yang berarti “tempat berbatu” merujuk kepada tofografi wilayahnya yang berbatu. Sedangkan Madain Saleh sebagai nama tempat ini berarti “Kota Saleh” dan Saleh yang dimaksud adalah Nabi Saleh a.s.  UNESCO pada tahun 2008 menyatakan Mada'in Salih sebagai sebuah Situs Warisan Dunia, yang pertama di Arab Saudi.


Temuan arkeologi ditempat ini menemukan bukti akurat tentang kejayaan bangsa Tsamut di sekitar 800 tahun sebelum Masehi. Kitab Suci Al-Qur’an mengabarkan tentang kaum Tsamut, ummat nabi Saleh a.s dalam Al-qur’an surah Al-A’raf ayat 74 hingga 79 dijelaskan tentang pembangkangan kaum Tsamut terhadap risalah yang disampaikan Nabi Saleh a.s dan berujung kepada kebinasaan kaum Tsamut.

“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.

Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: “Tahukah kamu bahwa Shaleh di utus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya”.

Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu”.

Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: “Hai Shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”.

Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.

Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat”.

Kaum Tsamud merupakan bangsa yang berperadaban tinggi, berbagai karya seni pahat, ukiran dan pertukangan adalah contoh kemahiran mereka. karena kepandaiannya itu hasil ukiran kaum tsamut dijadikan barang dagangan dengan komunitas lainnya. produk utama kaum tsamut diantaranya adalah barang pecah belah yang unik dan memiliki kualitas dan nilai seni yang tinggi, kemenyan hingga rempah rempah.

Rumah pada gunung gunung batu yang dipahat dan di ukir, begitu tinggi, besar dan megah

Dari hasil perdagangan tersebut memberikan kekayaan sehingga memungkinkan kaum Tsamut ini membangun rumah rumah megah dan istana mereka, hingga memahat gunung gunung batu untuk tempat tinggal dan makam.

Kaum Tsamut adalah penyembah berhala, dan nabi Saleh a.s di utus untuk mengajak kaum ini beriman kepada Allah SWT. Namun kaum Tsamud tidak mempedulikan seruan Salih dan malah meminta Salih untuk mengeluarkan unta betina dari balik gunung sebagai tanda kenabiannya.

Seekor unta betina pun keluar dari balik gunung sesuai permintaan kaum Tsamut. Akan tetapi, hanya sebagian kecil dari Kaum Tsamud yang kemudian beriman. Sebagian yang lain kemudian membunuh unta tersebut dan dengan congkak menantang Nabi Saleh a.s untuk membuktikan ancaman yang disampaikannya bagi orang orang yang durhaka kepada Allah. Kaum Tsamud kemudian ditimpa azab gempa bumi dasyat dan sambaran petir hingga melenyapkan bangsa Tsamut dari muka bumi.

Wilayah Mada'in Salih kemudian berganti kaum, di sekitar abad pertama masehi wilayah ini dihuni oleh bangsa Nabatean dan menjadikan wilayah Mada’in Saleh sebagai ibukota kedua setelah Petra (di Jordania). itu sebabnya hingga kini peninggalan peninggalan di Madain Saleh ini memiliki banyak kemiripan dengan peninggalan di Petra.****

Sunday, July 30, 2017

Mezquita De Ismael San Salvador, El Salvador

Ismail Mosque / Mezquita De Ismail / Masjid Ismail di San Salvador, El Salvador (kiriman dari Imam Ibrahim Muhammed Arafat).
.
Mezquita Dar Ismael  atau Masjid Dar Ismail adalah masjid kecil di Kota San Salvador, Republik Elsalvador, sebuah negara yang sangat jauh di Amerika Tengah. di Masjid kecil ini komunitas kecil muslim disana melaksanakan sholat berjamaah dan melaksanakan aktivitas ke-Islaman lainnya dibawah pimpinan imam Ibrahim Muhammed Arafat
.
Masjid ini tadinya adalah Toni Florinda's mansion, sebuah bangunan tempat tinggal milik keluarga Toni Florinda's yang wafat 15 tahun lalu yang kemudian dijadikan Masjid sekaligus pusat aktivitas ke-Islaman mereka.

Mezquita Dar Ismael San Salvador
Address: 17 calle oriente casa N° 217, Colonia Santa Eugenia
Barrio San Miguelito, San Salvador, El Salvador, Centroamérica. 

.

imam Ibrahim Muhammed Arafat bekisah betapa sulitnya untuk sekedar mendapatkan kitab Suci Al-Qur’an di negaranya dan berharap bila ada muslim dimanapun yang hendak membantu ataupun organisasi yang memiliki jaringan da’wah di seluruh dunia ataupun cabang organisasi Islam di negara mereka untuk turut membantu mereka yang terkucil jauh disana. Bahkan bila ada Indonesia yang mampu berbahasa Spanyol dan menyempatkan diri menelepon beliau untuk berdiskusi dan bersilaturrahim pun sudah sangat berarti bagi beliau***


-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @masjidinfo |  @masjidinfo.id  | @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga

Monday, July 10, 2017

Surat dari Imam Masjid Dar Ismail San Salvador

Masjid Dar Ismail San Salvador, tak mirip masjid atau mushola ya. (foto dari akun fb masjid dar ismail)

Assalamualaikum

Pagi ini kami menerima surat elektronik dari Ibrahim Muhammed Arafat, selaku imam Masjid Dar Ismail di Kota San Salvador di Republik Elsalvador, jauhh di benua Amerika. beliau menyampaikan aktivitas muslim disana yang jumlahnya sangat kecil namun sudah memiliki tempat sholat permanen yang juga berukuran kecil, di lantai dua sebuah bangunan ruko. di tempat tersebut komunitas muslim disana menyelenggarakan sholat berjamaah, belajar mengaji dan sebagainya.

Beliau berkisah betapa sulitnya untuk sekedar mendapatkan mushaf (kitab) Al-Qur’an di negaranya dan berharap bila ada muslim dimanapun yang hendak membantu ataupun organisasi yang memiliki jaringan da’wah di seluruh dunia ataupun cabang organisasi Islam di negara mereka untuk turut membantu mereka yang terkucil jauh disana.

Bila ada muslim Indonesia yang mampu berbahasa Spanyol dan menyempatkan diri menelepon beliau untuk berdiskusi dan bersilaturrahim pun sudah sangat berarti bagi beliau.

Berikut petikan surel beliau

-----------------------------------

Mezquita Ismael
8:38 AM (13 minutes ago)

to bujanglanang

Assalamualeikum Imam

My name is Ibrahim E. Muhammed Arafat and am an Imam at a small Masjid in San Salvador, El Salvador. I’m hoping to connect with the wider Islamic world as we have a very small congregation here. Some help you could render us includes:

We currently have 3 Qur’ans, we would greatly appreciate getting more to supplement our classes. It is difficult to procure them in El Salvador.
Please include us if you have any list of outreach programs with other mosques. If you know any Imam’s traveling in the region – we would love to receive them here.

Any events where Imams are congregating – please let me know, I would love to attend and meet others.

I’m also reachable by telephone, my number is: +503 7877 6088
Address: 17 calle oriente casa N° 217, Colonia Santa Eugenia, Barrio San Miguelito, San Salvador, El Salvador, Centroamérica. 

My primary language is Spanish, if there is anyone in your congregation I can connect with in Spanish that would be most appreciated.

May Allah’s blessings me upon you and Eid Mubarak in advance,
Ibrahim Muhammed Arafat 

------------------

Aktivitas mereka juga di publikasi di akun facebook di link berikut ini

Sekedar tambahan informasi, Republik El-Salvador tempat saudara muslim kita ini berada merupakan salah satu negara di Amerika Selatan / Amerika Latin yang pemerintahnya secara terang terangan mendukung kemerdekaan Palestina dan sudah mengakui kemerdekaan Palestina.

Wassalamualaikum wr.wb

Saturday, July 8, 2017

Minggat Sana Ke Timbuktu

Komplek Masjid Sankore, universitas sankore, madrasah sankore di timbuktu yang dibangun tahun 1581 Masehi atau 989H. 

Timbuktu, tentu saja itu nama yang aneh di telinga rata rata orang Indonesia. Timbuktu bernama asli Timbuctoo atau Tumbutu kemudian di lidah orang perancis (mantan penjajahnya) menjadi Timbuktu nama yang populer hingga kini. Ternyata adalah sebuah kota sekaligus sebuah wilayah yang membentang luas di negara Republik Mali, itu di bagian barat benua afrika. jauh Euy. Dia bukan ibukota negara Republik Mali, karena Mali beribukota di Bamako jauh di barat daya Timbuktu

Wilayah yang pernah makmur dibawah pimpinan sepuluh kaisar Mansa, bergelar Mansa Musa. Kota ini terkenal dengan Universitas dan Madrasah Sankore yang begitu tua pusat penyebaran Islam di seluruh Afrika di abad 15 dan 16. ditambah tiga masjid besar, Djingareyber, Sankore dan Sidi Yahya, mengingatkan kembali kepada zaman keemasan Timbuktu di masa lalu. Meskipun terus dipulihkan, monumen ini sekarang dibawah ancaman dari penggurunan oleh iklimnya yang gersang. Universitas Sankore diakui sebagai salah satu universitas tertua di dunia.


Menjadi tempat tinggal bagi orang orang suku Songhay, Tuareg, Fulani, dan orang Mandé, Timbuktu berada 15 km sebelah utara dari Sungai Niger. di persimpangan timur-barat dan utara-selatan Trans-Sahara rute perdagangan melintasi Sahara. geografisnya membuatnya menjadi titik pertemuan alami bagi populasi Afrika barat dan pengembara Berber dan Arab-bangsa dari utara. Sejarah panjang sebagai pos perdagangan yang menghubungkan Afrika Barat dengan Berber, Arab, dan pedagang Yahudi di seluruh Afrika utara, dan secara tidak langsung dengan para pedagang dari Eropa, telah memberikan status legendaris dalam sebuah metafora “dari sini hingga ke Timbuktu”. 

Sejarah Timbuktu tak terlepas dari sejarah kekaisaran mali sejak abad kedua belas masehi. Sampai kemudian kekuasaan silih berganti, termasuk kemudian timbuktu di aneksasi oleh Maroko, lalu di jajah oleh prancis (dengan nama Sudan Prancis) sampai kemudian merdeka sebagai Republik Mali saat ini. 

Masjid, Madrasah, Universitas Sankore

Menurut etimologi populer, nama Timbuktu disusun dari dua kata TIN dan BUKTU, TIN berarti “Tempat” dan “Buktu” adalah nama seorang wanita tua Mali yang dikenal kelurusan dan kejujuran hatinya tinggal di daerah itu. Orang orang Tuareg dan pengelana lainnya mempercayakan barang barang mereka untuk dititipkan ke wanita ini. Hingga, saat Tuareg ditanya dimana ia meninggalkan barangnya, lalu ia menjawab: Saya meninggalkannya di TinBuktu, maskudnya di titipkan ditempatnya seorang wanita yang bernama Buktu. Sebutan ini kemudian populer dan menjadi nama tempat tersebut hingga kini. 

Namun, orang Perancis yang bernama René Basset memberikan teori yang lebih masuk akal: pada bahasa Berber, "buqt" berarti ""sangat jauh", karena itu, "Tin-Buqt(u)" berarti tempat yang merupakan ujung dunia, saking jauhnya. Karena itu orang menggambarkan dirinya pergi ke ujung dunia dengan pergi ke Timbuktu.  Atau ketika lagi kuesel sama temen lalu diteriaki dengan kata kata “Minggat sana ke Timbuktu”........ 

Tuesday, December 23, 2014

Cina Bangun Museum Alquran

Penduduk Muslim, Dongxian, China

Pemerintah Kabupaten Ototnomi Dongxiang, Provinsi Gansu, China, akan menghabiskan dana 4 juta yuan (636.000 US. Dolar) untuk membangun sebuah museum guna melestarikan salinan Alquran yang diperkirakan berusia seribu tahun lebih.

Seperti diberitakan laman Xinhua, Jumat (17/2/2012), Seorang Pejabat dari Dongxiang mengatakan uang tersebut akan digunakan untuk membangun sebuah museum 800 meter persegi dengan ruang pameran, sistem tampilan digital dan sistem pengawasan.

Museum ini akan menggunakan metode canggih untuk melestarikan dokumen kuno dan memperlambat kerusakannya. Pembangunan museum ini dijadwalkan untuk mulai pada bulan April dan akan selesai pada akhir tahun.

Salinan Quran kuno, yang ditulis dalam bahasa Arab dan terdiri dari 536 halaman, ditemukan di Dongxiang tahun 2009. Para ahli dari China, Inggris dan Jepang menganalisis dokumen tersebut, mengatakan tidak tertutup kemungkinan dibuat antara abad ke 9 dan 11.

Manuskrip Al-Quran, di masjid Dong Si, Abad 8-13 Lampau

"Salinan telah diklasifikasikan sebagai 'kelas A' benda budaya dibawah perlindungan nasional dan kemungkinan menjadi salah satu salinan paling awal dari Al Qur'an yang ada," kata Imam Ma Qingfang, pemimpin agama setempat.

Ma mengatakan ia telah menolak tawaran luar untuk dokumen itu, ia percaya itu sangat berharga dan menyebutnya sebagai "kitab jiwa" rakyat Dongxiang.

Menurut Ma, daerahnya memiliki 46 salinan Al-Quran, serta beberapa buku yang menjelaskan dokumen, beberapa diantaranya sudah berumur ratusan tahun.

"Dokumen ini sangat penting bagi studi sejarah kelompok etnis Dongxiang, sejarah Islam di Cina dan peradaban Cina," kata Chen Hailong, wakil kepala daerah Dongxiang.

Chen mengatakan, sebagian uang digunakan untuk membangun museum akan dibiayai oleh pemerintah daerah, sedangkan pemerintah Provinsi Gansu dan pemerintah pusat juga akan memberikan kontribusi. 

Mengenal Mushaf Al-Qur’an Tertua di Dunia

Kitab Suci Al-Qur’an yang kita kenal saat ini, pada awalnya tidaklah berbentuk sebuah kitab, namun di tulis di atas berbagai media alamiah seperti kulit unta, tulang dan sebagainya, dan dihafal oleh Rosulullah dan para sahabatnya. Pembukuan Al-Qur’an pertama kali dilakukan dimasa Khalifah Usman Bin Affan r.a, dan masih belum disertai dengan tanda baca seperti yang kita kenal saat ini.

Khalifah Usman bin ‘Affan r.a kemudian mulai melakukan pengiriman mushaf al-Qur’an ke beberapa wilayah Islam. Para ulama Islam sendiri berbeda pendapat tentang jumlah eksemplar mushaf yang ditulis dan disebarkan pada waktu itu. Ada yang menyebutkan bahwa khalifah Usman membuatnya dalam empat eksemplar, lalu mengirimkan satu eksemplar ke wilayah Kufah, Bashrah dan Syam, lalu menyisakan satu eksemplar di sisinya. Ada pula yang mengatakan bahwa beliau menuliskan sebanyak 7 eksemplar. (Selain yang telah disebutkan tadi) ia mengirimkan juga untuk Mekkah, Yaman, dan Bahrain. Ada juga yang mengatakan bahwa jumlah mushaf itu ada 5 eksemplar.

Semua naskah itu ditulis di atas kertas, kecuali naskah yang dikhususkan ‘Utsman bin ‘Affan r.a untuk dirinya –yang kemudian dikenal juga dengan ­al-Mushaf al-Imam-. Sebagian ulama mengatakan ditulis di atas lembaran kulit rusa. Mushaf-mushaf tersebut oleh para ahli al-Rasm kemudian diberi nama sesuai dengan kawasannya. Naskah yang diperuntukkan untuk Madinah dan Mekkah kemudian dikenal dengan sebutan Mushaf Hijazy, yang diperuntukkan untuk Kufah dan Bashrah disebut sebagai Mushaf ‘Iraqy, dan yang dikirim ke Syam dikenal dengan sebutan Mushaf Syamy.

Dalam proses pendistribusian ini, ada langkah penting lainnya yang juga tidak lupa dilakukan oleh ‘Utsman bin ‘Affan r.a. Yaitu menyertakan seorang qari’ dari kalangan sahabat Nabi saw bersama dengan mushaf-mushaf tersebut. Tujuannya tentu saja untuk menuntun kaum muslimin agar dapat membaca mushaf-mushaf tersebut sebagaimana diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya. Ini tentu saja sangat beralasan, sebab naskah-naskah mushaf ‘Utsmani tersebut hanya mengandung huruf-huruf konsonan, tanpa dibubuhi baris maupun titik. Sejak saat ini mushaf Al-Qur’an tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Dari edisi terbitan Kitab Suci Al-Qur’an di masa Usman Bin Affan Tersebut, sampai saat ini hanya dua eksemplar yang masih bisa dilacak keberadaanya. Satu eksemplar berada di Tashkent, Uzbekistan dan satu Eksemplar lagi disimpan di Museum Topkapi, Istambul, Turki. Berikut ini kami sajikan beberapa Al-Qur’an tertua yang masih dapat ditemukan hingga saat ini.

Al-Qur'an Tulisan Utsman bin Affan di Tashkent, Uzbekistan (651H)

Mushaf Al-Qur'an tertua di Tashken
Mushaf Al-Qur’an pertama kali di bukukan pada masa khalifah Usman Bin Affan 651 atau 19 tahun setelah meninggalnya Rasulullah SAW. Beliau membuat lima salinan dan menyebarnya ke berbagai wilayah Islam. salah satu dari Mushaf pertama tersebut kini disimpan di kawasan Hast-Imam, Kota Tashkent, ibukota negara Uzbekistan. Salinan lainnya juga masih tersimpan di Topkapi Palace di Istanbul, Turki.

Al-Qur'an tertulis yang pertama ini sangat berharga sehingga penyimpanannya diletakan dalam sebuah lemari kaca yang menempel ke dinding. Tapi Oleh karena usianya yang sudah ratusan tahun, Al-Qur'an yang ayat-ayatnya ditulis dalam bahasa Hejaz dan ditorehkan diatas kulit rusa ini tidak utuh lagi, hingga kini hanya menyisakan 250 halaman. Lokasi penyimpanan Al-Qur'an ini berdekatan dengan makam ilmuwan dari abad ke-10, Kaffel Sashi. Berada di kawasan bangunan yang menjadi pusat aktivitas Mufti Uzbekistan atau pimpinan keagamaan tertinggi negara. Tidak jauh dari lokasi penyimpanan Al-Qur'an tersebut, terdapat sebuah rumah yang melindungi benda sejarah lainnya, yaitu helai rambut Rasulullah SAW. 

pengakuan dari UNESCO
Sampainya Al-Qur'an dari dinasti pemerintahan Utsman bin Affan ke Tashkent ini sangat luar biasa. Setelah kematian Utsman bin Affan, sebagian orang menyatakan bahwa Al-Qur'an ini dibawa oleh Ali bin Abi Thalib ke Kuffah atau yang sekarang dikenal sebagai Irak. Tujuh ratus tahun kemudian, ketika Tamerlane (penakluk kawasan Asia Tengah) datang ke daerah ini, ia menemukan Al-Qur'an ini dan membawanya ke ibu kotanya di Samarkand, Al-Qur'an ini berada di Samarkand lebih dari empat abad, hingga orang Rusia menaklukan kota ini pada tahun 1868.

Saat itu, Gubernur Rusia mengirimkan Al-Qur'an ini ke St Petersburg dimana Al-Qur'an ini kemudian di simpan di perpustakaan kerajaan. Namun setelah pecahnya revolusi Bolshevik, Lenin yang sangat bernafsu menguasai daerah umat Islam mengirimkan Al-Qur'an ini ke Ufa atau yang kemudian dikenal sebagai Bashkortostan. Namun akhirnya, setelah berulang kali diminta oleh Muslim Tashkent, Al-Qur'an ini akhirnya kembali lagi ke Asia Tengah pada tahun 1924. Sejak saat itulah, Al-Qur'an ini ditempatkan di Tashkent dan berlangsung hingga saat ini. Sejak awal keberadaannya, Al-Qur'an ini telah menarik perhatian banyak orang termasuk petinggi umat Islam untuk mengunjunginya.[i]

Al Quran Tertua di University of Tübingen, Jerman (642M – 662M)

Mushaf koleksi Universitas Tübingen
Peneliti di University of Tübingen di Jerman kini tengah meneliti sebuah Al Quran tulisan tangan. Disebutkan bahwa Quran tersebut berasal dari masa-masa awal pertumbuhan agama Islam. Deutsche Welle melaporkan kopi Al Quran itu tiba di perpustakaan universitas itu pada tahun 1864. Tadinya Al Quran ini koleksi pribadi Konsul Prusia Johann Gottfied Fitz Stein sebelum dibeli University of Tübingen.

Dari penelitian yang dilakukan, Al Quran itu ditulis sekitar 20 hingga 40 tahun setelah Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya hijrah dari Mekkah ke Madinah di tahun 622 Masehi. Menurut jurubicara universitas, kopi Al Quran tersebut ditulis dalam aksara Kufic, salah satu aksara tertua dalam bahasa Arab. Belum diperoleh informasi lain berkaitan dengan penelitian itu, termasuk apakah penelitian ini melibatkan ahli Islamologi atau hanya ahli bahasa dan arkelog.[ii] [iii]Naskah Al-Qur’an ini dapat dibaca di link ini

Al-Quran Tertua di Kota Dhale, Yaman (Tahun 200H / 815M)

Seorang pemuda di Yaman menemukan cetakan al-Quran tertua yang pernah dikenali dalam sebuah gua. Walaupun ditawari ratusan juta rupiah, pemuda ini menolak melepaskan al-Quran tersebut.  pemuda yang tidak disebutkan namanya ini mengaku menemukan al-Quran itu terbungkus sampul kulit di dalam sebuah gua di dalam gunung, sebelah selatan kota Dhale. Dalam halaman pertama Quran ini terdapat tulisan: "Manuskrip ini ditulis tangan pada tahun 200 hijriyah (815 masehi)". Dalam pengujian keaslian, diketahui bahwa manuskrip kitab suci itu asli. Berarti, cetakan al-Quran itu adalah yang tertua yang pernah ditemukan.

Bukti kebenaran penanggalan bisa dilihat dari jenis tulisan yang digunakan. Dalam al-Quran ini tidak ada titik-titik yang terdapat dalam abjad Arab masa kini. Tulisan dalam al-Quran ini adalah tulisan Arab lama. Titik-titik baru ditambahkan pada beberapa abad berikutnya untuk membedakan huruf yang hampir sama. Pemuda ini pernah ditawari uang sebesar 12 juta riyal Yaman atau sekitar Rp538 juta namun menolaknya dan memutuskan untuk tetap menyimpannya. Selain menemukan al-Quran tertua itu, pemuda ini juga dilaporkan menemukan pedang Zulfikar, yang merupakan hadiah dari Nabi Muhammad SAW untuk khalifah Islam keempat Ali bin Abi Talib yang juga merupakan menantunya.[iv]

Manuskrip Sana’a, Yaman (645-690M)

mushaf Sana'a, Yaman
Manuskrip Sana'a, ditemukan di Yaman pada tahun 1972 secara tidak sengaja oleh pekerja bangunan yang merenovasi dinding loteng Masjid Agung Sana’a. Mereka tidak menyadari apa yang mereka temukan dan mengumpulkan dokumen-dokumen tersebut, dan memasukkannya ke dalam 20 karung kentang, kemudian meninggalkannya di salah satu tangga menara Masjid. Penelitian terhadap manuskrip tersebut baru dilakukan pada tahun 1979 oleh para ilmuwan Jerman.

Hasil penelitian dengan test karbon terhadap manuskrip tersebut justru membingunkan. Tes karbon-14 menunjukkan beberapa perkamen berasal dari tahun 645-690 sesudah masehi. Periode ini cukup panjang, terutama jika perkamen itu digunakan ulang, yang wajar dilakukan pada zaman dahulu. Sedangkan kaligrafinya berasal dari tahun 710-715 sesudah masehi. Artinya bahwa jenis kaligrafi yang digunakan pada manuskrip tersebut justru lebih muda dari usia manuskripnya sendiri. Walaupun teks tersebut bertanggalkan hingga dua dekade awal pada abad 8 (kira-kira 70 tahun setelah kematian Nabi Muhammad), tes dengan karbon-14 menunjukan beberapa perkamen dalam kumpulan ini sudah ada sejak abad 7 dan 8. Seluruh manuskrip tersebut kini sudah dibersihkann, diurutkan, dan ditata. Dan disimpan di Perpustakaan manuskrip Yaman. [v]

Manuskrip Al-Qur’an Dong Xian, China (abad ke 8-13M)

mushaf tertua di Cina
Sebuah manuskrip kuno al-Quran ditemukan kota Dong Xian, Provinsi Gansu, Cina utara. manuskrip kuno ini merupakan al-Quran yang terbit pada abad 11M. Petugas Warisan Budaya Provinsi Gansu menyatakan bahwa Quran setebal 536 halaman ini ditulis di atas kertas Samarqand. Berdasarkan dokumen yang ada, manuskrip al-Quran ini dibawa dari kota Samarqand, Uzbekistan ke Cina pada Abad 14M.

Manuskrip tua ini disebut-sebut sebagai manuskrip al-Quran tertua yang ditemukan hingga kini, karena para arkeolog menyatakan bahwa manuskrip tua berasal dari abad 8-13 M. Bahkan berdasarkan penelitian terhadap kaligrafi dan dekorasi manuskrip ini, ada sejumlah pakar yang menyatakan bahwa manuskrip tersebut berasal dari abad 9M.[vi]

Mushaf Al Quran Tertua di Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia (Abad ke 16)

mushaf tertua di Bone, Sulawesi Selatan
Dari penampakannya, Al Quran ini terlihat sudah tua. Lembarannya terlihat sudah usang. Tapi, kitab suci umat Islam ini diyakini yang tertua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Al Quran tersebut memiliki ketebalan delapan inchi, plus sampulnya. Tiap lembarnya bukan terbuat dari kertas, melainkan kulit unta. Meski beberapa lembar Al Quran ini telah lapuk dimakan usia, namun tetap bisa dipergunakan sebagaimana layaknya Al Quran biasa. Tulisan arab di dalamnya, merupakan tulisan tangan, yang masih jelas, tidak buram

Al Quran tersebut dimiliki oleh keluarga almarhum Haji Rahman. warga jalan Gunung Sumeru, Kelurahan Watampone, Kecamatan Taneteriattang, Kabupaten Bone. Kelurga itu telah memegang Al Quran tersebut selama 13 generasi, sekitar abad 16 atau 400 tahun yang lalu. Merupakan warisan dari Tuan Pekki penyebar Islam pertama di Bone. Saat ini dipegang oleh keturunan beliau yang bernama Eki Muliadi Rahman.[vii]

Al Qur’an Tertua di Alor, NTT, Indonesia

Alqur’an tertua ini menjadi salah satu bukti masuknya Islam ke Kabupaten Alor, Nusa Tengga Timur.  Al-Qur’an tersebut berasal dari Kesultanan Ternate pada masa Kesultanan Babullah V sekitar tahun 1519 masehi. Dibawa oleh Lang Gogo bersama empat saudaranya yang merantau untuk menyebarkan Islam. Al Quran tersebut terbuat dari kulit kayu.

Saat ini Al Quran tersebut disimpan oleh Saleh Panggo Gogo yang merupakan generasi ke-13 keturunan Iang Gogo dari kesultanan Tarnate di desa Desa Lerabaing, Alor, NTT. Pada Festival Legu Gam di Tarnate pada tahun 2011, Al quran tertua ini didatangkan khusus oleh Sultan Tarnate dari Alor.[viii]

REFERENSI



Thursday, June 19, 2014

Islam di Brazil




Gegap gempita piala dunia 2014 di Brazil sedang mewabah di bebragai pelosok bumi, di Indonesia sendiri perhelatan itu menjadi topik menarik tak kalah seru dengan PILPRES yang tinggal menghitung hari. Hanya saja nyaris tak ada media yang menyinggung tentang Muslim disana. Saya ambilkan salah satu tulisan saya di blog rindumasjid tentang Islam di Brazil untuk anda, semoga bermanfaat.

Ingat Brazil, Ingat Sepakbola, saking lengketnya negara tersebut dengan sepakbola. Brazil, negara di amerika latin itu yang namanya memang telah begitu identik dengan tiga hal yakni sepakbola, karnaval dan bikini, terkait dengan hamparan pasir pantainya yang mempesona. Brazil juga menyandang predikat sebagai negara dengan hutan hujan tropis terbesar di dunia bersama Indonesia, negara berbahasa Portugis terbesar di dunia, negara Katholik terbesar di dunia, Negara terluas sekaligus berpenduduk terbanyak di Amerika Latin. Kekatholikan Brazil di tandai dengan pembangunan patung Cristo Redentor yang begitu besar di puncak Bukit Corcovado, Rio de Janeiro di tahun 1850-an.

Negeri satu ini memang salah satu negeri gila bola, dari segi prestasi juga memang pilih tanding. Sebagian pecinta bola yang cukup cermat pastinya masih ingat pada momen kemenangan 2-0 Brazil atas Australia di Piala Dunia 2006 di Jerman. Kala itu 18 Juni 2006 pencetak Gol Brazil, Frederico Chaves Guedes mengejutkan dunia ketika merayakan gol kemenangannya dengan melakukan sujud syukur, sebuah celebrasi khas para pesepakbola muslim. Fred memang salah satu warga muslim Brazil.

Fred bukanlah satu satunya pesohor muslim di Brazil, di tataran pemerintahan negara tersebut juga terdapat beberapa tokoh muslim yang cukup disegani diantaranya Muhammad Murad yang merupakan anggota dewan kota São Paulo yang sehari harinya berprofesi sebagai pengacara. Islam memang telah hadir di Brazil seumur dengan sejarah negara itu, meski dalam perjalanannya memang tak mulus.

Dalam sejarahnya semasa masih dijajah oleh Portugis, Brazil dikenal sebagai pengimpor budak Afrika terbanyak di dunia, lebih dari tiga juta budak hitam Afrika telah di datangkan ke negara itu selama penjajahan Portugis, untuk dijadikan pekerja paksa di lahan lahan perkebunan milik Portugis. Sebagian dari para budak hitam Afrika itu adalah Muslim, dan dengan sendirinya gelombang kedatangan tiga juta budak afrika ke Brazil ini menjadi titik awal masuknya Islam ke Brazil.

Populasi Muslim di Brazil

Data resmi di world fact book sama sekali tak menyebut Islam dalam deretan agama yang di anut di Brazil. Selain menyebut data sensus tahun 2000 yang terdiri dari 73.6% Katolik, 15.4% Protestan, 1.3% Aliran kepercayaan, 0.3% Bantu/voodoo, 1.8% lain lain, 0.2 tidak jelas, dan sisanya 7.4 tidak beragama.

Data yang lain muncul di Wikipedia yang menyebutkan bahwa pemeluk agama di Brazil terdiri dari Katolik Roma 64.6%, Protestan 22.2%, Tak beragama mencapai 8%, aliran kepercayaan 2% dan 3.2 dikatagorikan sebagai lain lain.

PEW Research Center dalam artikel Mapping the Global Muslim Population, menyebutkan bahwa populasi muslim di Brazil mencapai angka 191-ribu jiwa didasarkan pada data tahun 2009. Angka tersebut setara dengan 0.1% dari total populasi di negara tersebut.

Sensus penduduk di Brazil memang tidak memasukkan Islam sebagai salah satu agama yang di sensus tapi memasukkan Islam, Budha dan agama minioritas lainnya dalam kolom “lain lian”. Maka wajar bila kemudian tidak ada data yang benar benar valid dan up to date terkait angka pasti jumlah muslim di negara tersebut.

Otoritas muslim di Brazil menyakini pemeluk Islam di Brazil mencapai antara 1 juta hingga 2 juta jiwa didasarkan kepada data etnografi yang mereka ketahui. Namun Professor Paulo G. Pinto da Rocha, seorang profesor Antropologi dan Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universidade Federal Fluminense (Brazil), dengan yakin mengatakan bahwa ada sekitar 1 juta muslim di Brazil saat ini, jumlah yang memang terlalu kecil dibandingkan 200 jutaan penduduk negara tersebut. Angka 1 juta itu pun di sebut berbagai pihak sebagai angka yang terlalu dibesar besarkan.

Masuknya Islam di Brazil

Seperti disebutkan dimuka bahwa Islam pertama kali mencapai Brazil dibawa oleh para budak belian dari Afrika. Mereka dibawa ke Brazil secara paksa oleh tentara Portugis ke wilayah tersebut untuk dijadikan kuli di perkebunan perkebunan yang dibuka disana.

Bangunan masjid kini sudah mencapai 127 masjid diseluruh Brazil. Salah satunya adalah Masjid di Lajes pada foto di atas yang dikelola oleh Sociedade Beneficente Muçulmana de Lajes.

Di abad ke 16 tepatnya sejak tahun 1550, Portugis menggunakan budak Afrika untuk bekerja di perkebunan tebu yang sebelumnya dimusnahkan oleh penduduk setempat. Brasil tercatat menerima sekitar 37% dari seluruh budak Afrika yang diperdagangkan ke benua Amerika atau berkisar 3 juta orang. Jumlah tersebut menjadikan Brazil sebagai Negara penerima budak terbesar.

Sebagian dari para budak hitam Afrika yang diboyong kesana adalah kaum muslimin afrika dari berbagai suku. Sejarah Brazil mencatat pada tahun 1835 sempat terjadi pemberontakan oleh kaum budak muslim di kota Bahia. Pemberontakan oleh gabungan muslim dari berbagai bangsa tersebut mengakibatkan korban jiwa namun berahir pada kekalahan.

Akibatnya penguasa Portugis menerapkan upaya kristenisasi terhadap para budak yang beragama Islam dengan berbagai cara. Berbagai tekanan dan paksaan serta pelarangan yang dilakukan sepanjang abad 19 terbukti tak mampu memupus Islam dari benak para budak disana. Terbukti pada tahun 1910 tercatat masih terdapat sekitar 10 ribu budak afrika yang masih mempertahankan Islam sebagai agamanya.

Perkembangan Islam disana memasuki era baru dengan kebijakan pembebasan perbudakan di penghujung abad ke 16 yang kemudian memunculkan berbagai komunitas muslim disana dan dikemudian hari bergabung dengan muslim imigran dari India dan Pakistan. Perkembangan Islam juga diperkuat dengan masuknya imigran muslim dari Timur tengah (Arab) yang masuk ke Brazil di sekitar tahun 1850 hingga tahun 1860.

Gelombang masuknya imigran arab ini meningkat di era 1970-an seiring dengan terjadinya perang saudara di Lebanon (1975-1990) serta berlanjutnya pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Meskipun sebagian besar muslim di Brazil merupakan para imigran arab serta keturunan mereka namun di decade terahir telah tumbuh dengan pesat pemeluk Islam mualaf dari kalangan non arab yang turut menjadi bagian dari komunitas muslim disana.

Komunitas muslim di Brazil memang mayoritas merupakan para muslim pendatang mencapai 99.04% dengan konsentrasi populasi berada di negara bagian São Paulo, Paraná, Rio Grande do Sul dan Rio de Janeiro. Sebagian besar dari mereka menganut faham shiah yang bermukim di São Paulo dan wilayah selatan Brazil, seperti di Curutiba dan Foz do Iguaçu. Sementara muslim Suni kebanyakann tinggal di Paulo, Paraná, Rio Grande do Sul, Rio de Janeiro dan Distrito Federal.

Organisasi Islam di Brazil

Institusi Islam di Brazil menggunakan nama resmi “Islamic Mutual-Aid Associations”(Sociedades Beneficentes Muçulmanas - SBM). Organisasi tertuanya pertama kali dibentuk di São Paulo tahun 1929. Organisasi ini juga yang kemudian membangun masjid pertama di Brazil dengan nama the Mesquita Brasil (Brazil Mosque). Masjid yang dibangun dengan dana bantuan dari keluarga kerajaan Mesir dimulai pada tahun 1942 dan di resmikan pada tahun 1960.

Sociedade Beneficente Muçulmana do Paraná

Dalam kurun waktu yang cukup lama antara 1929-1969 organisasi ini menjadi satu satunya organisasi payung bagi muslim disana baik Suni maupun Shiah, baru kemudian wilayah Druses dan Alaouites membentuk organisasi mereka sendiri di negara bagian Minas Gerais, Rio de Janeiro dan São Paulo. Sedangkan organisasi Islam lainnya dibentuk di Rio de Janeiro dan Paraná selama tahun 1950-an.

Pembangunan tempat tempat ibadah bagi muslim di wilayah Brazil lainnya baru dimulai di kurun tahun 1980-an. Sejak itu beberapa masjid sebagian besar dari muslim Suni mulai berdiri di negara bagian Paraná, São Paulo, Mato Grosso, Goiás dan Minas Gerais. Masjid masjid tersebut dibangun dengan gaya arsitektural Arab yang sangat kental, sebagai respon meningkatnya imigran arab ke negara tersebut. Sampai permulaan abad ke 21 berbagai organisasi Islam sudah bertebaran di seantero negeri.

Perkembangan cukup menarik bagi komunitas muslim di Rio de Janeiro yang tergabung dalam organisasi SBJR (Sociedade Beneficente Muçulmana do Rio de Janeiro), 85% dari 500 keluaga muslim disana justru bukan dari Etnis Arab atau keturunannya tapi berasal dari beragam latar belakang, dibandingkan dengan organisasi Islam di bagian lain negara tersebut. Karenanya komunitas muslim di Rio de Janeiro tidak bertendensi untuk menonjolkan identitas Arabia dalam kehidupan beragama keseharian mereka.

Merujuk kepada penjelasan Antropologis Brazil bernama Silvia Montenegro diseluruh Brazil telah berdiri 58 organisasi Islam di tahun 2000, 90% mewakili muslim suni dan sisanya shiah.

Masjid di Brazil

Komunitas muslim Brazil terkonsentrasi di beberapa kota besar seperti kota Sao Paolo yang merupakan kota terbesar di Brazil, di kota ini pula masjid pertama di Brazil dibangun dengan nama Brazil Primeira Mesquita do Brasil di Av. do Estado, yang dibangun di atas lahan yang dibeli secara patungan tokoh-tokoh muslim Brasil ditahun 1939.

Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tahun 1948 dan baru berakhir pembangunannya tahun 1960. Lamanya pembangunan masjid tak lepas dari sulitnya upaya penggalangan dana yang dilakukan umat Islam di negeri tersebut. Begitu pembangunan masjid rampung, umat Islam sudah tersebar ke seantero Brasil yang kini sudah mencapai 127 masjid.

Madrasah mulai berdiri di Brasil sejak tahun ‘60-an. Madrasah pertama berdiri di Sao Paulo, Setelah itu, berdiri pula madrasah di wilayah Cortiba dan beberapa tempat lainnya. Madrasah digunakan sebagai semacam diniyah, yaitu untuk mengajarkan ilmu agama dan bahasa Arab.

Dampak Positif Telenovela

Perkembangan Islam di Brazil justru terjadi ledakan paska serangan teroris terhadap menara kembar WTC New York pada 11 September 2009 yang dikait kait kan dengan terorisme Islam. Sebuah efek yang tak disangka sangka, warga setempat justru menjadi penasaran dengan ajaran Islam yang senantiasa disebut sebut dalam semua pemberitaan peristiwa 911 tersebut.

Tiga minggu paska serangan tersebut stasiun tivi the Globo Channel meluncurkan seri perdana telenovela berjudul “Clone series”. Sebuah serial tivi berlatar belatar belakang kehidupan muslim di Maroko yang menampilkan kehidupan muslim dan arab yang sebenarnya. Tanpa disangka sangka tayangan tersebut justru menjadi tontonan pavorit warga setempat dan berdampak pada melonjaknya ketertarikan untuk mempelajari Islam ke berbadai Islamic Center disana.

Hal tersebut diakui oleh Professor Paulo G. Pinto da Rocha dan Francirosy Feirreira, pemerhati Islam di University of Sao Paulo sebagai salah satu bahan bakar utama meledaknya minat untuk berislam di Brazil, dan berdampak langsung kepada membengkaknya komunitas muslim disana.

Indikator lain adalah semakin bertambahnya masjid di negara tersebut sebagai pusat peradaban bagi muslim atau dalam bahasa setempat disebut “Turcos” merujuk kepada Emperium Turki selaku emperium Islam terahir.

Original source : bujangmasjid.blogspot.com