Peta
wilayah Kerajaan Salakanagara didasarkan kepada berbagai informasi terntang
bentangan wilayah kerajaan tersebut. Disesbutkan bahwa wilayah kerajaan
meliputi wilayah, Banten, DKI dan Jawa Barat saat ini. Pusat kerajaan bernama
Rajatapura berada di teluk Lada, Pendeglang, Banten. Wilayah Kerajaan terdiri
dari beberapa Mandala (kerajaan bawahan) yaitu : Mandala Tanjung Kidul di wilayah
Cianjur dan Sukabumi saat ini, Mandala Ujungkulon, di wilayah yang kini menjadi
Kabupaten Lebak dan Pandeglang, dan Mandala Agny
Nusa (Negara
Api) di gugus kepulauan Krakatau.
|
Pengantar
Salakanagara Adalah nama kerajaan yang ditengarai
merupakan kerajaan tertua yang pernah ada di wilayah NKRI. Meski keberadaan
kerajaan ini telah dicatat dalam Naskah Pangerah Wangsakerta yang ditulis di
abad ke 17 (antara tahun 1677 hingga tahun 1698) namun sejarah Salakanagara
belum pernah muncul dalam buku sejarah resmi versi pemerintah untuk konsumsi
pembelajaran di sekolah maupun institusi pendidikan lainnya.
Naskah Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada
sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta alias Panembahan Agung
Gusti, secara pribadi atau oleh kelompok yang disebut "Panitia
Wangsakerta". Pangeran Wangsakerta adalah putra dari Pangeran Girilaya,
Sultan Cirebon terahir sebelum kesultanan terpecah menjadi dua, Kasepuhan dan
Kanoman. Pangeran Girilaya meminta Pangeran Wangsakerta untuk menulis sejarah
kerajaan kerajaan Nusantara.
Tertua
di Nusantara
Salakanagara disebut sebagai kerajaan tertua di
Nusantara, jauh lebih tua dari Kerajaan Kutai di Kalimantan yang secara resmi
masih di akui sebagai kerajaan pertama dan tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai
Martadipura diperkirakan berdiri di abad ke 4 masehi tepatnya sekitar tahun 350
masehi di Muara Kaman, hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Nama Kutai
sendiri diberikan oleh para ahli dengan mengambil nama dari tempat ditemukannya
prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut karena tidak ada prasasti
yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini.
Merujuk kepada catatan Pangeran Wangsakerta, Kerajaan
Salakanagara sudah berdiri di abad ke 2 Masehi dan cikal bakal kerajaan
tersebut diperkirakan sudah ada sejak abad pertama Masehi, dan diyakini bahwa
Salakanagara adalah kerajaan Argyre yang disinggahi dan disebut oleh Ptolemeus sebagai
sebuah kota yang sangat mengagumkan, dalam catatan perjalanan-nya tahun 150
masehi. Argyre bermakna kota perak, makna yang sama persis dengan Salakanagara,
dan Salakanagara pada masa jaya nya memang terkenal sebagai penghasil perak.
Cikal
Bakal Salakanagara
di Awal abad masehi belum ada bentuk kerajaan di
wilayah Nusantara, masyarakat berkelompok dibawah satu pimpinan seorang yang
ditokohkan. Teluk Lada, Pandeglang, Propinsi Banten kala itu merupakan
pelabuhan alam yang banyak dikunjungi pendatang dari pulau pulau lain untuk
berdagang tidak hanya para pelaut dan pedagang Nusantara tapi juga dari
mancanegara termasuk dari semenanjung Malaya dan India.
Teluk Lada dikenal sebagai salah satu sentra
perdagangan Lada yang ditanam dipedalaman Teluk Lada serta yang didatangkan
dari Lampung. Teluk lada juga menghasilkan hasil pertambangan seperti besi, tembaga, emas dan perak yang
dikelola secara tradisional dan hasilnya untuk keperluan pembuatan peralatan
pertanian, senjata tajam dan perhiasan. komuditas ini yang kemudian mengangkat
nama Teluk Lada sebagai penghasil Perak dan kemungkinan dari sini pula awal
nama Salakanagara diperoleh.
Teluk
Lada saat itu dipimpin
Datu Tirem atau Aki Tirem,
seorang pendatang dari Sumatra,
menikah dengan wanita pribumi Teluk Lada, kemudian memimpin
kelompok masayarakat disana. Datu Tirem memiliki seorang anak
perempuan bernama Larasati atau Pohaci
Larasati,
yang dikemudian hari menikah dengan seorang bangsawan India.
Berdirinya
Kerajaan Salakanagara
Di jazirah India pada masa itu sudah berdiri kerajaan
Calankayana atau Salangkayana yang sedang berusaha memperluas pengaruhnya
hingga keluar jazirah India. Sekitar tahun 128 Masehi utusan dari Calankayana
tiba di Teluk Lada dipimpin oleh Dewawarman membawa misi dari rajanya untuk
memperluas wilayah bawahan kerajaan Calankayana. Kedatangan rombongan ini di
Teluk Lada justru mendatangkan manfaat bagi masyarakat disana, salah satunya
Dewawarman dan pasukan yang dibawanya mampu mengusir bajak laut yang mengganas
di selat sunda dan menjadi ancaman bagi masyarakat Teluk Lada. disamping itu
Pangewan Dewawarman juga mampu memperbaiki pertanian, pertambangan dan perdagangan Teluk Lada.
Kedatangan Dewawarman ke Teluk Lada ini juga menandai
masuknya agama Hindu ke Nusantara. Dewawarman datang dari India juga membawa
para pendeta Hindu untuk menyebarkan ajaran Hindu. Dewawarman kemudian
dinikahkan oleh Aki Tirem dengan putrinya, Larasati, sekaligus menyerahkan kedudukannya
untuk memimpin masyarakat Teluk Lada disekitar tahun 52 Saka (130/131 masehi).
Di tahun tersebut Dewawarman mendirikan Kerajaan
Salakanagara sebagai kerajaan bawahan dari kerajaan Calankayana, menjadikan
dirinya sebagai raja pertama bergelar Prabhu
Dharmalokapala Dewawarman Aji
Raksagapurasagara dan istrinya sebagai permaisuri dengan gelar Dewi Dwani Rahayu. Dan
mengganti nama Teluk Lada menjadi Rajatapura sekaligus menjadikannya sebagai
Purasaba (ibukota) kerajaan. sebagai kerajaan bawahan Calankanaya, Salakanagara
memberikan upeti tahunan kepada Kerajaan Calankanaya dan sebagai imbalannya,
kerajaan Calankanaya mengirimkan kain
sutra, permadani, senjata dan kapal laut.
Keberhasilan Dewawarman dan permaisurnya dalam
membesarkan Salakanagara dan membawa rakyat Salakanagara pada kemakmuran dan
kesejahteraan, membuat pasangan penguasa tersebut sangat dihormati rakyatnya, Dewawarman
dianggap sebagai penjelmaan
Dewa Wisnu sedangkan Larasari, permaisurinya dianggap sebagai jelmaan Dewi Sri.
Wilayah
Kekuasaan
Pada
masa pemerintahan Dewawarman, Wilayah Salakanagara membentang dari pantai Selat
Sunda, pantai selatan Jawa di Kabupaten
Lebak sampai Cianjur
sekarang, pantai
utara Jawadwipa hingga ke tepi
barat sungai Citarum, sekaligus dengan pedalamanya. Perluasan itu dimungkinkan,
karena kuatnya balatentara Salakanagara yang berintikan
pasukan asli dari Calankayana dan penduduk pribumi.
Teritorial Salakanagara terdiri dari wilayah inti kerajaan
dan beberapa Mandala (kerajaan bawahan). Beberapa diantaranya yang sudah
diketahui adalah; Mandala Ujung Kulon yang
meliputi wilayah kabupaten Pandeglang dan kabupaten Lebak sekarang, dibawah pimpinan Raja Bahadura Harigana Jaya Sakti adik
pangeran Dewawarman. Purasaba kerajaan Ujung Kulon kemungkinan berelokasi di
sekitar teluk penanjung yang memanfaatkan teluk itu untuk prasarana
transportasi, komunikasi dan perdagangan sebagai pelabuhan alam karena kurang
dan sulitnya jalan darat.
Kemudian Mandala Tanjung
Kidul, meliputi wilayah pesisir dari pedalaman Sukabumi sampai dengan Cianjur
sekarang, dipimpin raja Sweta
Liman Sakti yang juga adik
Dewawarman. Purasaba negara Tanjung Kidul adalah Agrabintapura yang terletak di
sekitar gunung Bengbreng daerah antara sungai Citarik dan pantai Cidaun. Dan
ketiga yang sudah diketahui adalah Kerajaan
Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.
Raja-raja yang pernah memerintah di
Kerajaan Salakanagara
Berikut ini nama nama raja yang pernah berkuasa di
Kerajaan Salakanagara, meski belum ada sumber yang menyebutkan dengan jelas
tarikh pemerintahan mereka masing masing.
- Prabu Dharmalokapala Dewawarman (Dewawarman I)
- Prabu Digwijayakasa Dewawarman (Dewawarman II)
- Prabu Singasagara Bimayasawirya Dewawarman (Dewawarman III)
- Prabu Darmasatyanagara Dewawarman (Dewawarman IV)
- Prabu Darmasatyajaya Dewawarman (Dewawarman V)
- Prabu Ganayanadewa linggabumi Dewawarman (Dewawarman VI)
- Prabu Digwijaya Satyaganapati Dewawarman (Dewawarman III)
- Spatikarnawa Warmadewi
- Prabu Darmawirya Dewawarman (Dewawarman VIII)
Kedatangan
Ptolemeus
Tahun
150, seorang pengembara dari Mesir, Ptolemeus
atau Claudius
Ptolemaeus Pelusiniensis atau Ptolemy
(87-150 masehi) diyakini
tiba di Salakanagara
bersama dengan rombonganya pedagang dari India menetap di purasaba Rajatapura.
Ptolemeus sangat mengagumi Salakanagara yang disebutya Argyre (kota perak)
dalam bukunya Geographike
Hypergesis.
Suatu
laporan dari China pada tahun 132 menyebutkan Pien, raja Ye-tiau, meminjamkan
stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien. Kata Ye-tiau ditafsirkan oleh G.
Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai Javadwipa dan Tiao-pien
(Tiao=Dewa, Pien=Warman) merujuk kepada Dewawarman.
Ahir
Salakanagara
Salakanagara
berlangsung dari tahun 130 sampai tahun 358, di bawah pemerintahan Dewawarman I
sampai VIII. Adapun raja terakhir, yaitu Dewawarman VIII tidak mempunyai anak
laki-laki, hanya memiliki anak perempuan saja, sehingga tidak memiliki putra
mahkota sebagai penerus
tahta.
Pada
masa pemerintahan Dewawarman VIII, datanglah seorang maharesi muda dari
Calankayana, yang memberitahukan pada Dewawarman VIII bahwa Calankayana telah
ditaklukan oleh kerajaan Magada di bawah pemerintahan Maharaja Samudragupta.
Pada masa itu, politik ekspansi maharaja samudragupta berhasil menaklukan
hampir seluruh kerajaan di India.
Maharesi
Jayasingawarman itu tinggal di purasaba Rajatapura dan menikah dengan putri
Dewawarman VIII. kemudian diangkat
sebagai penerus tahta Salakanagara. Jayasingawarman dikemudian hari
memindahkan ibukota kerajaannya ke daerah
yang sekarang menjadi wilayah kecamatan
Tarumajaya, Muaragembong, Sukawangi dan Cabangbungin di kabupaten Bekasi sekarang, Menjadi
awal berdirinya Kerajaan Tarumanegara.
Bukti-bukti Sejarah Peninggalan Salakanagara
a.) Menhir Cihunjuran;
berupa
Menhir sebanyak tiga buah terletak di sebuah mata air, yang pertama terletak di
wilayah Desa Cikoneng. Menhir kedua terletak di Kecamatan Mandalawangi lereng
utara Gunung Pulosari. Menhir ketiga terletak di Kecamatan Saketi lereng Gunung
Pulosari, Kabupaten Pandeglang. Tidak jauh dari kampung Cilentung, Kecamatan
Saketi. Batu tersebut menyerupai batu prasasti Kawali II di Ciamis dan Batu
Tulis di Bogor. Tradisi setempat menghubungkan batu ini sebagai tempat Maulana
Hasanuddin menyabung ayam dengan Pucuk Umum.
b.) Dolmen;
Terletak
di kampung Batu Ranjang, Desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten
Pandeglang. Berbentuk sebuah batu datar panjang 250 cm, dan lebar 110 cm,
disebut Batu Ranjang. Terbuat dari batu andesit yang dikerjakan sangat halus
dengan permukaan yang rata dengan pahatan pelipit melingkar ditopang oleh empat
buah penyangga yang tingginya masing-masing 35 cm. Di tanah sekitarnya dan di
bagian bawah batu ada ruang kosong. Di bawahnya terdapat fondasi dan batu kali
yang menjaga agar tiang penyangga tidak terbenam ke dalam tanah. Dolmen
ditemukan tanpa unsur megalitik lain, kecuali dua buah batu berlubang yang
terletak di sebelah timurnya.
c.) Batu Magnit;
Perletak
di puncak Gunung Pulosari, pada lokasi puncak Rincik Manik, Desa Saketi, Kecamatan
Saketi, Kabupaten Pandeglang. Yaitu sebuah batu yang cukup unik, karena ketika
dilakukan pengukuran arah dengan kompas, meskipun ditempatkan di sekeliling
batu dari berbagai arah mata angin, jarum kompas selalu menunjuk pada batu
tersebut.
d.) Batu Dakon;
Terletak
di Kecamatan Mandalawangi, tepatnya di situs Cihunjuran. Batu ini memiliki
beberapa lubang di tengahnya dan berfungsi sebagai tempat meramu obat-obatan
e.) Air Terjun / Curug Putri
terletak
di lereng Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, air
terjun ini dahulunya merupakan tempat pemandian Nyai Putri Rincik Manik dan Ki
Roncang Omas. Di lokasi tersebut, terdapat aneka macam batuan dalam bentuk
persegi, yang berserak di bawah cucuran air terjun.
f.) Pemandian Prabu Angling Dharma;
Terletak
di situs Cihunjuran Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, pemandian ini
dulunya digunakan oleh Prabu Angling Dharma yang atau Aki Tirem Luhur Mulia atau Wali Jangkung.
meski memang tidak jelas apakah nama Angling Darma yang dimaskud adalah Prabu
Angling Darma seperti yang selama ini dikenal dalam kisah kisah tanah Jawa ?.
Penutup
Sejarah kadangkala teramat sulit untuk dibuktikan,
tatkala bukti yang dimaksud adalah segala macam hal yang dapat diterima secara
ilmiah kekinian. saya sebut ilmiah kekinian karena kata ilmiah pun terpengaruh
oleh waktu dan gravitasi. Semakin banyak yang mengakuinya sebagai ilmiah maka
ilmiahlah ia. Semakin maju peradapan yang tadinya tidak ilmiahpun dapat
dianggap ilmiah seiring dengan proses pembuktian yang semakin kompreshensif.
Salakanagara apakah memang pernah ada di Nusantara
seperti yang telah di uraikan di atas ? dan sebegitu banyak uraian di dunia
maya ?. Pada waktunya nanti juga akan terungkap, pada waktunya nanti juga akan
masuk ke kurikulum sejarah di institusi Institusi pendidikan. Ketika manusia
mulai tertarik untuk menemukan jati dirinya, menemukan jati diri bangsanya.
Sumber : Dari berbagai sumber dengan editing
redaksional seperlunya.
-----------------------------------
Follow
akun instagram kami di @masjidinfo
| @masjidinfo.id
| @hendrajailani
------------------------------------
Sepuluh Negara Paling Aneh di Dunia
Negara Api, Ternyata Memang Pernah Ada loh
Apakah Sunan Gunung Jati Keturunan Cina ?
Bertemu Patih Gajahmada di Gunung Ibul, Prabumulih
Sisingamangaraja, Korban Rekayasa Sejarah
Tanda Tanya di Istana Ratu Boko
KETIKA GERHANA JATUH DI MENDUT
Besi Kursani dan Legenda Khurasan
Hikayat Keris Taming Sari
Mas Kawin Untuk Seorang Permaisuri
Iskandar “Agung” Zulqarnain dimakamkan di Palembang ?
Nusa Kambangan, Mengambang atau Mengembang ?
No comments:
Post a Comment