Lanjutan dari artikel sebelumnya Siapakah Raden Kian Santang ?
Sejarah
Cirebon nyaris tak menyinggung dan mengisahkan Kian Santang. Meski dua tokoh
utama dalam sejarah berdirinya kesultanan Cirebon adalah Anak anak Prabu
Siliwangi dari Subang Larang. Mereka adalah Pangeran Cakrabuana
dan Putri Rara Santang. Bisa jadi hal ini yang kemudian memunculkan dugaan atau
teori yang menganggap bahwa Kian Santang sesungguhnya adalah Pangeran
Cakrabuana sendiri.
selanjutnya: Siapakah Raden Kian Santang (bagian akhir)
Rekaan Kian Santang dalam Sinetron |
Ayah dan
Bunda biasanya hanya akan mengizinkan anak anaknya meninggalkan rumah untuk
melanjutkan pembelajaran setelah mencapai usia dewasa. Perjalanan Pangeran
Cakrabuana sampai ahirnya tinggal bersama kakeknya di Cirebon pun pada awalnya
dijalani sendirian sampai kemudian adik perempuannya, Rara Santang menyusulnya.
Cukup masuk akal bila saat itu Kian Santang yang masih belum mencapai usia
dewasa tidak pergi bersama dua kakaknya, tapi masih tinggal di keraton
Pajajaran bersama orang tuanya.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa Raden Kian
Santang adalah Pangeran Cakrabuana. Bilalah demikian adanya maka yang memulai
berdirinya kesultanan Cirebon adalah Kian Santang, termasuk yang mendirikan
kraton Pakungwati, lalu menikahkan putrinya dengan Syarif Hidatullah. Dan tentu
saja berarti Kian Santang adalah juga mertua Syarif Hidayatullah alias Sunan
Gunung Jati ?.
Pernyataan itu sama sekali bertolak belakang
dengan sejarah kesultanan cirebon. Cikal bakal kesultanan Cirebon dimulai oleh
Pangeran Cakrabuana yang ditunjuk oleh ayahnya sendiri (Prabu
Siliwangi) untuk
menjadi penguasa disana sebagai bagian dari Pajajaran. Bermodalkan harta dari Kakeknya dari pihak
Ibu beliau membangun kraton Pakungwati yang namanya diambil dari nama putrinya.
Pangeran Cakrabuana ke tanah arab bersama adik
perempuannya (Rara Santang) tinggal di kediaman kerabat dari kakek-nya.
Melaksanakan ibadah haji dan menetap cukup lama disana untuk belajar Islam,
baru kemudian pulang ke tanah Jawa tanpa ditemani oleh Rara Santang yang sudah
menikah di tanah Arab.
Intinya adalah bahwa Pangeran Cakrabuana
berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, menyempurnakan rukun
Islam yang lima, maknanya beliau sudah muslim sebelum berangkat ke Arab. Beliau
sudah “nyantri” di Cirebon memahami ajaran Islam cukup lama sebelum kemudian
berangkat ke tanah suci. Tentang sejarah Islam di Cirebon Anda bisa menelusur
lebih jauh tentang Syech Datuk Kahfi atau varian nama lainnya.
Bandingkan dengan sejarah Kian Santang yang
mainstream menyebutkan bahwa beliau berangkat ke tanah Arab untuk menemukan
lawan tanding yang mampu mengalahkannya, yakni orang yang bernama “Sayidina
Ali”. Sampai kemudian memeluk agama Islam, Maknanya bahwa, berdasarkan kisah
tutur tersebut, Kian Santang berangkat ke tanah Arab sebelum menjadi muslim.
disebutkan bahwa beliau justru mulai memeluk Islam di tanah Arab setelah kalah
telak kesaktiannya dengan orang yang dikenal dengan nama “Sayidina Ali”.
Kian Santang kembali ke tanah air berusaha
meng-Islamkan ayahandanya namun gagal dan kembali lagi ke tanah suci untuk
belajar dalam kurun waktu yang cukup lama. Setelah cukup menimba ilmu di tanah
suci beliau kembali ke Pajajaran, melanjutkan upaya meng-islamkan ayahandanya.
Sedangkan Pangeran Cakrabuana kembali ke tanah
Jawa dari tanah arab, melanjutkan pengembangan dakwah, membuka wilayah baru,
membangun kraton, menjalankan roda pemerintahan di wilayah yang kini disebut
Cirebon, sebagai bagian dari kerajaan Pajajaran. Cirebon merupakan salah satu
gerbang laut utama bagi Kerajaan Pajajaran selain Banten dan Sunda Kelapa. Dari
alur cerita tutur yang beredar pun sangat jelas bahwa Kian Santang dan Pangeran
Cakrabuana adalah dua sosok yang berbeda.***
selanjutnya: Siapakah Raden Kian Santang (bagian akhir)
-----------------------------------
Follow
akun instagram kami di @masjidinfo
| @masjidinfo.id
| @hendrajailani
------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment