Wismilak itu salah satu merek dari sekian
banyak merek rokok yang diproduksi dan beredar di tanah air. Pemilik perusahaan
rokok tersebut pastinya punya cerita sendiri kenapa dulu beliau atau mereka
memilih merek Wismilak untuk rokok yang mereka produksi. Perusahaan itu awalnya
memproduksi rokok kretek alias rokok yang tidak dilengkapi dengan filter, dan
masih di produksi dan beredar di pasar hingga hari ini.
Dari sudut pandang Bahasa Wismilak itu terkesan
meng-indonesia-kan kalimat berbahasa Inggris Wish Me Luck dengan menuliskannya
sesuai dengan ejaan dan lafal orang Indonesia. Wish Me Luck bermakna harfiah ‘do’a
kan aku beruntung’ atau ‘ do’akan supaya aku beruntung’, makna yang baik bukan.
Meskipun para penyokong kampanye anti rokok (mungkin) akan berkomentar lain.
Menurut kabar yang beredar di belantara dunia
maya, dulunya sekali, pendiri pabrik rokok tersebut mendapatkan petunjuk dari sesepuh
pesantren di Jawa yang juga Kakek dari (alm) Gus Dur untuk mendawamkan kalimat ‘Bismillah’,
lalu mendapatkan petunjuk untuk berbisnis rokok, dan ujungnya jadilah rokok
kretek Wismilak itu.
Ada juga yang mengatakan bahwa Wismilak itu memang
dari kata Bismillah yang di lafalkan oleh lidah orang Tionghoa karena dialek
mereka, toh pendiri pabrik wismilak memang dari etnis Tionghoa. Kejadiannya
kira kira sama dengan kata Bismillah yang berubah menjadi Semilah di lidah
orang orang tua etnis Jawa.
Namanya juga kabar angin, saya pun tidak tahu
persis kebenarannya. Karena toh saya bukan sang pendiri pabrik rokok itu dan
bukan juga salah satu pemiliknya, kecuali bila mereka dan Allah S.w.t
menghendaki. Mungkin saya bisa beberkan kebenarannya pada anda.
Saya jadi ingat pada kalimat “Ada pesan dari
setiap peristiwa, tergantung pada kemampuan untuk membaca atau mencerna-nya,
Tak semua pesan tertulis dengan aksara atau terdengar telinga”. Seperti Bahasa siloka,
sandi, perumpamaan, iluminati atau apalah istilahnya. Pesan yang disampaikan
hanya dapat difahami oleh mereka yang sudah dibekali dengan pengetahuan tentang
itu untuk mengurai dan menterjemahkan dan memahami-nya.
Bila anda perokok, tiba tiba di suguhi rokok
Wismilak yang belum pernah anda hisap, barangkali anda sedang diberi nasihat
untuk mengingat Allah, mengingat Tuhan yang maha Agung, barangkali saja di mata
dan telinga “Nya” anda masuk dalam golongan yang jarang (untuk sekedar)
menyebut nama Tuhan. Atau bisa jadi anda sedang di-ingatkan tentang sebuah do’a,
untuk sering men-do’a-kan dan meminta di do’a-kan supaya senantiasa beruntung.
Boleh jadi anda tidak suka dengan rokok-nya,
seperti para diplomat Eropa di Konfrensi Meja Bundar yang mengejek Kyai Haji
Agus Salim yang sedang menghisap cerutunya dengan teriakan “mbeeek” dan kata
kata tak sedap karena asap dari rokok yang dihisap KH Agus Salim. Tapi toh
dengan tenangnya kemudian KH Agus Salim mengatakan. “tidak ingatkah tuan tuan,
aroma tembakau ini lah yang membuat bangsa tuan menjajah bangsa kami dan enggan
untuk pergi….”.
Atau mungkin anda pernah mendengar tentang
pesan dari khalifah Umar Bin Khatab kepada Amru Bin Ash yang menjabat sebagai Gubernur
Mesir. Pesan-nya hanya berupa goresan lurus dengan ujung pedang di sepotong
tulang, tapi mampu membuat Sang Gubernur gemetar ketakutan menyadari kesalahan
yang dilakukannya manakala menerima sepotong tulang tersebut. Nama Amru Bin Ash
kemudian dijadikan nama masjid yang dibangunnya dan masih berdiri hingga hari
ini. Dan kisah itu pun menjadi inspirasi begitu banyak orang yang
mengetahuinya.
Atau mungkin anda pernah mendengar tentang
bagaimana Sultan Syarif Hidayatullah berkirim surat dari Cirebon kepada
putranya Maulana Hasanudin di Banten, bukan lembaran surat yang dikirimkan oleh
beliau, tapi sebilah keris, dan Maulana Hasanudin pun mafhum akan titah
ayahandanya.
Pesan memang tak selalu datang dengan cara yang
kita sukai. Bukankah Tuhan pun kadangkala mengirimkan pesan kepada hamba
hambanya dengan cara yang tidak selalu disukai. Kadangkala di kirimkan pesan
melalui penyakit agar mampu menghargai sehat, dikirim melalui kesempitan untuk
mengingatkan agar menghargai kelapangan dan lain lain.
Pengirim pesan kadangkala merancang sedemikian
rupa agar pesannya tersamar, menjadi rahasia, kadangkala rahasianya
disembunyikan dibalik rahasia, Dan hanya mampu difahami oleh mereka yang mau
berfikir. Mungkin untuk diberikan bonus berganda. wallohua'lam.
------------------------------------------
Baca
Juga
No comments:
Post a Comment