![]() |
Hang Nadim. |
Kembali lagi ke kota ini setelah lebih dari 20
tahun, nyaris tak ada yang tersisa yang dapat kukenali dari salah satu tempat
terindah yang pernah kutinggali lalu kutinggalkan begitu lama. Allah begitu
baik masih memberiku kesempatan kembali lagi ke kota ini meski hanya untuk
beberapa hari. Kota yang begitu istimewa di hati. Disini, di kota ini kisah
perjalan baru hidupku dimulai.
Seperti dulu saat terahir kali
meninggalkannya, kini aku datang lagi berjalan pelan, berusaha menikmati setiap
detiknya, menghirup udaranya, menikmati cuaca panasnya. Hang Nadim sepertinya
tak banyak berubah, meski aku gagal menemukan titik lokasi ketika dulu terahir
beranjak dari sini berdua dengan yang tercinta. Mungkin memang interior dan
penataannya yang sudah berubah.
Patung burung rajawali itu masih disana, kini
ada masjid keren seberang gedung bandara, sempat memotretnya sambil lalu,
selebihnya aku seperti hadir ditempat yang sama sekali belum pernah kukunjungi.
Tak ada lagi hutan lebat di kiri kanan jalan dari dan ke bandara seperti dulu.
Namun aku masih familiar dengan jalanan-nya yang lebar selebar tol di pulau
Jawa, tanpa tiang tiang dan kabel listrik dan telepon yang sliweran.
Agenda begitu padat, menyenangkan bertemu
banyak orang, jumpa kenalan kenalan baru, pengalaman dan pengatahuan baru dan
yang penting lulus ujian serifikasi. Hanya saja memang tak banyak waktu
senggang, waktu luang teramat berharga, beruntung berjumpa dengan teman teman
baru yang begitu pengertian bersedia meluangkan waktu menemani ke beberapa tempat
yang semuanya sama sekali sudah tak kukenali.
Bahkan aku gagal mengingat ingat suasana dulu
dari lokasi hotel tempat dimana kami di inapkan. Gagal mengingat ngingat dan
menemukan tempat dulu seringkali menghabiskan senja keluyuran, menikmati makan
di pujasera terbuka, toko buah yang berjejer ditepi jalan, dan seterusnya.
Sampai sore itu aku paksakan dan sempatkan
untuk sholat magrib di Masjid Jabal Arafah yang sempat kulihat dari jauh dan
tak begitu jauh dari tempat kami mengingap, sendiri berjalan kaki kesana
sebelum matahari tenggelam. Dan sempat terpana sejenak memperhatikan satu
gedung hotel satu satunya bangunan yang masih kukenali di perempatan jalan.
![]() |
di prapatan itu |
Hotel Harmoni membuatku tersenyum senyum
sendiri sekaligus sedih. Ball room nya jadi saksi ketika aku yang datang
sebagai tamu undangan tiba tiba mau tidak mau terpaksa menjadi MC mendadak
dipernikahan temanku yang acaranya belum kunjung dimulai karena ternyata tidak
ada MC nya.
Salah satu teman senior yang gila mancing dan
konon terobsesi untuk segera menikah menyusulku si juniornya yang malah menikah
duluan. Jarak kemudian memisahkan kami begitu jauh. Beliau wafat sekitar dua
tahun lalu dikota ini dan aku tak berkesempatan menghadiri pemakamannya. Semoga
Allah merahmatinya.
Sekembali ke hotel, sebubar upacara penutupan,
masih ada sedikit waktu, beberapa teman satu kelas berinisiatip untuk ‘makan
diluar’. Tempat yang sama sekali baru, suasana yang juga sama sekali baru.
Lebih mentereng. Kusempatkan VC kerumah, berbagi pemandangan malam salah satu kawasan kota Batam yang sudah tak kukenali lagi.
![]() |
Salah satu sudut kota Batam |
Dan ahirnya harus kembali ke Jakarta,
meninggalkan lagi kota kenangan, teman teman baru yang luar biasa. Aku tak kan
lupa kebaikan mereka, diantara mereka yang rela selepas kelas malam dengan
mobil pribadinya membawa kami ke beberapa spot kota Batam termasuk kawasan
industri. Teman sekamar ku bahkan langsung “menculikku” makan diluar saat baru
registrasi di resepsionis.
Dan saat melintas dijalan Beringin dikawasan
Batamindo yang ternyata kini tersekat sekat oleh beberapa check point
pemerikasaan keamanan, aku diam, sesaat menikmati nostalgia, salah satu tempat
terindah yang tak kan terlupakan.
Hujan tak kunjung berhenti sejak pamit dari
hotel menuju Bandara hingga ahirnya take off, menggiring pada suasana syahdu,
penutup hari pengobat rindu. Semoga masih ada lain kali, lain waktu.***
No comments:
Post a Comment