Saturday, May 3, 2025

Once Upon Time in Batam

Hang Nadim.
 
Kembali lagi ke kota ini setelah lebih dari 20 tahun, nyaris tak ada yang tersisa yang dapat kukenali dari salah satu tempat terindah yang pernah kutinggali lalu kutinggalkan begitu lama. Allah begitu baik masih memberiku kesempatan kembali lagi ke kota ini meski hanya untuk beberapa hari. Kota yang begitu istimewa di hati. Disini, di kota ini kisah perjalan baru hidupku dimulai.
 
Seperti dulu saat terahir kali meninggalkannya, kini aku datang lagi berjalan pelan, berusaha menikmati setiap detiknya, menghirup udaranya, menikmati cuaca panasnya. Hang Nadim sepertinya tak banyak berubah, meski aku gagal menemukan titik lokasi ketika dulu terahir beranjak dari sini berdua dengan yang tercinta. Mungkin memang interior dan penataannya yang sudah berubah.
 
Patung burung rajawali itu masih disana, kini ada masjid keren seberang gedung bandara, sempat memotretnya sambil lalu, selebihnya aku seperti hadir ditempat yang sama sekali belum pernah kukunjungi. Tak ada lagi hutan lebat di kiri kanan jalan dari dan ke bandara seperti dulu. Namun aku masih familiar dengan jalanan-nya yang lebar selebar tol di pulau Jawa, tanpa tiang tiang dan kabel listrik dan telepon yang sliweran.
 

Agenda begitu padat, menyenangkan bertemu banyak orang, jumpa kenalan kenalan baru, pengalaman dan pengatahuan baru dan yang penting lulus ujian serifikasi. Hanya saja memang tak banyak waktu senggang, waktu luang teramat berharga, beruntung berjumpa dengan teman teman baru yang begitu pengertian bersedia meluangkan waktu menemani ke beberapa tempat yang semuanya sama sekali sudah tak kukenali.
 
Bahkan aku gagal mengingat ingat suasana dulu dari lokasi hotel tempat dimana kami di inapkan. Gagal mengingat ngingat dan menemukan tempat dulu seringkali menghabiskan senja keluyuran, menikmati makan di pujasera terbuka, toko buah yang berjejer ditepi jalan, dan seterusnya.
 
Sampai sore itu aku paksakan dan sempatkan untuk sholat magrib di Masjid Jabal Arafah yang sempat kulihat dari jauh dan tak begitu jauh dari tempat kami mengingap, sendiri berjalan kaki kesana sebelum matahari tenggelam. Dan sempat terpana sejenak memperhatikan satu gedung hotel satu satunya bangunan yang masih kukenali di perempatan jalan.
 
di prapatan itu

Hotel Harmoni membuatku tersenyum senyum sendiri sekaligus sedih. Ball room nya jadi saksi ketika aku yang datang sebagai tamu undangan tiba tiba mau tidak mau terpaksa menjadi MC mendadak dipernikahan temanku yang acaranya belum kunjung dimulai karena ternyata tidak ada MC nya.
 
Salah satu teman senior yang gila mancing dan konon terobsesi untuk segera menikah menyusulku si juniornya yang malah menikah duluan. Jarak kemudian memisahkan kami begitu jauh. Beliau wafat sekitar dua tahun lalu dikota ini dan aku tak berkesempatan menghadiri pemakamannya. Semoga Allah merahmatinya.
 
Sekembali ke hotel, sebubar upacara penutupan, masih ada sedikit waktu, beberapa teman satu kelas berinisiatip untuk ‘makan diluar’. Tempat yang sama sekali baru, suasana yang juga sama sekali baru. Lebih mentereng. Kusempatkan VC kerumah, berbagi pemandangan malam salah satu kawasan kota Batam yang sudah tak kukenali lagi.
 
Salah satu sudut kota Batam

Dan ahirnya harus kembali ke Jakarta, meninggalkan lagi kota kenangan, teman teman baru yang luar biasa. Aku tak kan lupa kebaikan mereka, diantara mereka yang rela selepas kelas malam dengan mobil pribadinya membawa kami ke beberapa spot kota Batam termasuk kawasan industri. Teman sekamar ku bahkan langsung “menculikku” makan diluar saat baru registrasi di resepsionis.
 
Dan saat melintas dijalan Beringin dikawasan Batamindo yang ternyata kini tersekat sekat oleh beberapa check point pemerikasaan keamanan, aku diam, sesaat menikmati nostalgia, salah satu tempat terindah yang tak kan terlupakan.
 
Hujan tak kunjung berhenti sejak pamit dari hotel menuju Bandara hingga ahirnya take off, menggiring pada suasana syahdu, penutup hari pengobat rindu. Semoga masih ada lain kali, lain waktu.***

No comments:

Post a Comment