do'a saat turun hujan |
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhaini
radhiallahu anhu dia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memimpin kami shalat subuh di Hudaibiah di atas bekas-bekas hujan yang turun
pada malam harinya. Setelah selesai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada
orang banyak lalu bersabda, “Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh
Rabb kalian?” mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau
bersabda: “(Allah berfirman), “Subuh hari ini ada hamba-hambaKu yang beriman
kepada-Ku dan ada yang kafir. Siapa yang berkata, “Hujan turun kepada kita
karena karunia Allah dan rahmat-Nya,” maka dia adalah yang beriman kepada-Ku
dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, “(Hujan turun
disebabkan) bintang ini atau itu,” maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman
kepada bintang-bintang.” (HR. Al-Bukhari no. 1038)
Dari Aisyah radhiallahu anha dia
berkata:
“Jika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melihat hujan, maka beliau berdoa, “ALLAHUMMA
SHAYYIBAN NAAFI’AN (Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras lagi
bermanfaat).” (HR. Al-Bukhari no. 1032)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu
anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada lima kunci ghaib
yang tidak diketahui seorangpun kecuali Allah: Tidak ada seorangpun yang
mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, tidak ada seorangpun yang
mengetahui apa yang terdapat dalam rahim, tidak ada satu jiwapun yang tahu apa
yang akan diperbuatnya esok, tidak ada satu jiwapun yang tahu di bumi mana dia
akan mati, dan tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan turunnya hujan.” (HR.
Al-Bukhari no. 1039)
Penjelasan ringkas:
Hujan adalah nikmat dan anugerah dari
Allah yang dengannya Dia memberikan keutamaan kepada siapa yang Dia kehendaki
di antara hamba-hambaNya. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Dia menurunkan
air (hujan) dari langit, lalu Dia menumbuhkan dengan hujan itu segala
buah-buahan sebagai rezki untuk kalian.” (QS. Al-Baqarah: 22)
Dan juga pada firman-Nya:
“Dan Dialah Yang
menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan Dia menyebarkan rahmat-Nya.”
(QS. Asy-Syuraa: 28)
Di antara
manfaat turunnya hujan adalah:
1. Sebab adanya
rezki.
Sebagaimana yang Allah Ta’ala
sebutkan dalam surah Al-Baqarah di atas.
2. Hidupnya bumi.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya.”
(QS. Al-Baqarah: 164)
3. Sebagai penyuci
dalam thaharah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Dia menurunkan kepada kalian hujan dari
langit untuk mensucikan kalian dengan hujan itu.” (QS. Al-Anfal: 11)
4. Untuk dikonsumsi
oleh makhluk hidup di bumi.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dialah Yang telah
menurunkan air hujan dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman dan
sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kalian
mengembalakan ternak kalian.” (QS. An-Nahl: 10)
Karenanya, menyandarkan sebab turunnya
hujan kepada selain Allah – baik itu kepada bintang tertentu atau kepada
masuknya bulan tertentu atau kepada selain-Nya – merupakan perbuatan mengkafiri
nikmat dan merupakan perbuatan kesyirikan kepada Allah Ta’ala. Karenanya, sudah
sepantasnya manusia menyandarkan turunnya hujan itu hanya kepada Allah, karena
tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan turunnya hujan kecuali Allah semata.
Adapun bintang-bintang atau masuknya bulan tertentu maka itu hanyalah sekedar
waktu dimana Allah Ta’ala menurunkan nikmat-nikmatNya kepada para hamba pada
waktu tersebut, mereka bukanlah sebagai sebab apalagi jika dikatakan mereka
yang menurunkan hujan.
Imam Asy-Syafi’i berkata dalam Al-Umm
mengomentari hadits Zaid bin Khalid di atas, “Barangsiapa yang mengatakan
‘hujan diturunkan kepada kita karena bintang ini dan itu’ -sebagaimana
kebiasaan pelaku syirik- dimana mereka memaksudkan menyandarkan sebab turunnya
hujan kepada bintang tertentu, maka itu adalah kekafiran sebagaimana yang
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sabdakan. Karena munculnya bintang adalah
waktu, sementara waktu adalah makhluk yang tidak memiliki apa-apa untuk dirinya
dan selainnya. Dan siapa yang mengatakan ‘hujan diturunkan kepada kita karena
bintang ini’ dalam artian ‘hujan diturunkan kepada kita ketika munculnya
bintang ini’, maka ucapan ini bukanlah kekafiran, akan tetapi ucapan selainnya
lebih saya senangi.”
Tatkala turunnya hujan terkadang bisa
membawa manfaat dan terkadang bisa mendatangkan mudharat, maka Nabi shallallahu
alaihi wasallam mengajari umatnya agar meminta kepada Allah hujan yang
mendatangkan manfaat setiap kali hujan turun. Di antara keterangan yang
menunjukkan bahwa hujan terkadang membawa bencana dan siksaan adalah firman
Allah Ta’ala:
“Maka masing-masing
(mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami
timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa
suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke
dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan.” (QS. Al-Ankabut:
40)
Juga pada firman-Nya:
“Tetapi mereka
berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar.” (QS. Saba`:
16)
Waktu turunnya hujan termasuk perkara
ghaib yang hanya diketahui oleh Allah semata. Karenanya, barangsiapa yang
mengklaim mengetahui waktu turunnya hujan atau mengklaim bisa menurunkan hujan
atau mengklaim bisa menahan turunnya hujan (pawang hujan) maka dia telah
terjatuh ke dalam kekafiran dan kesyirikan berdasarkan dalil-dalil yang sangat
banyak yang menjelaskan kafirnya makhluk yang mengklaim mengetahui perkara
ghaib.
Sebab-sebab
umum turunnya hujan:
1. Ketakwaan kepada
Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)
2. Istighfar dan
taubat dari dosa-dosa.
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh bahwa beliau berkata:
“Maka aku katakan
kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat.” (QS.
Nuh: 10-11)
3. Istiqamah di atas
syariat Allah.
Allah Ta’ala mengabarkan:
“Dan bahwasanya:
Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam),
benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar.” (QS. Al-Jin:
16)
4. Istisqa`, baik sekedar berdoa maupun
diiringi dengan shalat.
-------------------
Dikutip dari al-atsariyyah.com
No comments:
Post a Comment