Wednesday, September 3, 2014

Cukupkan, Berhentilah Mengingatku

●●●●●●●●●●●

Bila hingga detik ini kau gagal melupakan
tak berarti hal itu teramat berarti untukmu
tapi karena ‘berusaha’ melupakan itu
sama dengan berusaha untuk senantiasa mengingat’.
Maka sudahlah, berhentilah melupakan dan mengingat
abaikan saja seperti dulu kita mengabaikan
desiran angin senjakala yang semilir.
Tak usah buang waktu untuk memungut lagi
air mata yang pernah jatuh
hanya untuk mengingat lagi
nestapa yang dulu membuatnya tumpah ke bumi.
Semesta yang kini ada bukan lagi yang dulu
desiran angin yang dulu berhembus tak kan pernah kembali lagi
seperti halnya hamparan selaksa yang dulu kita lihat
sudah tak ada lagi dedaunannya sudah habis berguguran tak bersisa
Masih ada gengaman yang akan menggenggam tangan mu
Masih ada hati yang akan menilik setiap hati yang terabaikan
Masih ada asa yang senantiasa menyemangati
diantara harapan yang mulai pupus
masih ada kehangatan diantara kebekuan di ujung hari.
Tak usah pikirkan dimana letak matahari
biarkan dia dengan dirinya sendiri
Mengira ngira dimanakah dia
hanya akan membuat tergesa, ketika dia mulai beranjak naik
membuat resah, ketika sinarnya mulai temaram
membuat terlena, ketika dia mulai bersembunyi.
Melangkah sajalah meski harus terseok
Bergeraklah meski hanya mampu beringsut
Bukan untuk sesuatu, bukan untuk sesorang
tapi untuk melanjutkan peran yang belum usai . . . . . .
Cikarang, 4 September 2014




No comments:

Post a Comment