Eceng Gondok dan Ban Mobil ::: apa
hubungannya ?
|
Memang tak
mudah menemukan pertalian antara ban mobil dan eceng gondok, dua hal yang sama
sekali berbeda. Tapi ketahuilah bahwa kedua hal ini perkembangan pesatnya di
Indonesia sama sama berawal dari Kebun Raya Bogor.
Eceng
Gondok dan Ban Mobil
Eceng gondok atau Eichhornia crassipes dikenali masyarakat luas sebagai
gulma air yang bandel luar biasa dengan kecepatan pertumbuhannya melampaui
kemampuan manusia untuk memungut dan membuangnya dari badan air. Sedangkan ban
mobil merupakan satu komuditas industri hasil olah pekerti manusia bagi kenyamanan
hidup.
Eceng gondok
memiliki banyak nama di berbagai daerah di Indonesia, Di Palembang disebut Kelipuk,
di Lampung disebut Ringgak, di Dayak disebut Ilung-ilung, sedangkan di Manado
dikenal dengan nama Tumpe. Habitat tumbuhan satu ini memang tersebar luas di
berbagai belahan dunia tidak hanya di Indonesia.
Siapa
yang menemukan Eceng Gondok ?
Menurut Wikipedia Eceng gondok pertama kali ditemukan
secara tidak sengaja oleh bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, ahli
botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824, ketika sedang melakukan ekspedisi
di Sungai Amazon Brasil. Sebuah kenyataan yang sulit diterima karena eceng
gondok sudah masuk ke Indonesia pada masa Thomas Stanford Raffles (1811-1816) berkuasa di Indonesia
sebagai Letnan Gubernur Jawa.
1811 pimpinan
Inggris di India, Lord Muito memerintahkan Thomas Stamford Raffles yang
berkedudukan di Penang (Malaysia) untuk menguasai Pulau Jawa. Dengan
mengerahkan 60 kapal, Inggris berhasil menduduki Batavia pada tanggal 26
Agustus 1811 dan pada tanggal 18 September 1811 Belanda menyerah melalui
Kapitulasi Tuntang.
Kekuasaan
Raffles di tanah Jawa memang tak lebih lama dari masa kekuasaan Presiden kita
saat ini namun meninggalkan jejak yang begitu panjang. Dia yang menuliskan buku
sejarah berjudul “History of Java.”, memulai pembangunan kebun Raya Bogor atas
ide istrinya.
Raffles juga
menghapus perbudakan, menemukan dan memugar beberapa bangunan candi, hingga menjarah kekayaan intelektual warisan
leluhur tanah Jawa untuk dijadikan koleksi museum Calcutta di India termasuk
didalamnya adalah prasasti prasasti Airlangga yang sering disebut sebagai Batu
Calcutta. Dan peninggalan Raffles lainnya “yang masih berkuasa di Indonesia
hingga saat ini” adalah Eceng gondok.
Eceng gondok merupakan
tanamah asli lembah Amazon di Brazil, namun kemudian menyebar ke seantero
dunia. Tanaman ini konon masuk ke Indonesia melalui India. Itu terjadi ketika
nyonya Olivia Marianne, istri dari Raffles tertarik dengan keindahan bunga
eceng gondok yang sedang mekar. Lalu dibawalah tanaman tersebut ke Indonesia
untuk memperindah kolam di Istana Bogor.
Dalam waktu
singkat sudah memenuhi permukaan kolam, beberapa dari tanaman ini dibuang atau
terbuang ke sungai pada saat pembersihan kolam di Istana Bogor atas perintah
Nyonya Olivia dan sejak saat itu eceng gondok melanglangbuana ke seluruh
Indonesia menjadi gulma dimana mana.
Lalu
apa gunanya ?
Mutlak bahwa
tak mungkin Tuhan menciptakan sesuatu tanpa ada manfaatnya. Dari hasil beberapa
penelitian diketahui bahwa eceng gondok berperan dalam menangkap polutan logam
berat. Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng
gondok mampu menyerap kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing-
masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak
bercampur.
Eceng gondok
juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila
logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan
Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok
secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm
turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok
dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida.
Lalu
apa pula hubungan eceng gondok dengan ban mobil
Tidak ada
hubungan langsung antara Eceng gondok dengan ban mobil, hanya saja pada saat
foto diatas dibuat ternyata ada ban mobil di latar depannya. Tapi tentu saja
anda pasti tahu bahwa ban mobil itu dibuat dari bahan karet. Karet diperoleh
dari getah pohon karet. Dan pohon karet sendiri bukanlah tanaman asli
Indonesia, tapi lagi lagi berasal dari lembah Amazon di Brazil.
Seiring
dengan kekurangan pasokan getah karet dari Brazil, biji dari pohon tersebut
disebar ke beberapa negara termasuk Indonesia. Tahun 1876 dua biji karet dari
Brazil ditanam di kebun Raya Bogor yang kemudian menjadi plasma nutfah karet di
Indonesia. Dan pabrik ban di Indonesia pertama kali juga dibangun di Bogor pada
tahun 1935.
Ban mobil dan
eceng gondok memang sama sekali tidak ada hubungan saudara meskipun tempat
lahir keduanya di Indonesia sama sama di Kebun Raya Bogor. dua duanya sama sama
terkenal dengan track record-nya masing masing dan satu pelajaran yang menarik
dari dua hal ini adalah “mereka tidak pernah saling berebut jatah coy, apalagi
sampai saling sikut saling sikat demi berebut lahan mata pencaharian” heheheh.
***
Cikarang, 27
April 2013.
-----------------------------------
Follow
akun instagram kami di @masjidinfo
| @masjidinfo.id
| @hendrajailani
------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment