Sangga Buana, ada sederet pemakaman tua di puncaknya |
Gunung Sanggabuna (1291
Meter Dari Permukaan Laut – MDPL) adalah gunung tertinggi dan satu satunya
gunung yang ada di dalam wilayah Karawang. Satu gunung dengan dua identitas
yang sangat kental. Bagi paramiliter gunung ini dikenal sebagai kawah candradimuka
pelatihan perang gunung. Sedangkan bagi paranormal dikenal sebagai salah satu
tempat semadi melanglangbuana di dunia bathin.
Namun, bagi para
pendaki gunung pro bisa jadi gunung ini hanyalah tempat plesiran atau sekedar
persinggahan. Karena memang tak masuk dalam daftar gunung paforit untuk di daki
oleh para pendaki. Tak perlu repot repot untuk bawa tenda naik ke puncak gunung
ini kecuali bila memang dengan sengaja untuk tidak melalui jalur pendakian
normal.
View puncak gunung sanggabuana in a larger map
Jalur pendakian ke gunung
ini biasanya melalui dua jalur yang sudah umum dikenal. Yakni melalui jalur
Cariu Kabupaten Bogor dan Melalui Rute Cigentis di Kabupaten Karawang. Jalur
pendakian dari Cariu memang lebih singkat dibandingkan dengan jalur dari
Karawang namun dengan tingkat kecuraman yang relative sama.
Mendaki ke gunung
Sanggabuana bagi para pemula atau bagi mereka yang baru memulai lagi mendaki
gunung setelah sekian belas tahun gantung sepatu sepertiku memang bukanlah hal
yang mudah. Medan yang curam yang harus dilalui mencapai 80% dari keseluruhan
jalur pendakian dari arah Karawang.
Beberapa titik bahkan
tidak lagi dapat disebut mendaki tapi memanjat karena medannya yang tegak lurus
hingga harus berpegangan ke akar akar pohon yang malang melintang. Sebagian
besar rute yang dilalui adalah laluan air hujan, jadi harus sangat hati hati
saat melakukan pendakian dikala hujan atau setelah hujan, karena rute yang
sangat licin.
Mendaki dari arah
Karawang, kita akan melewati beberapa sungai sungai kecil alami dengan airnya yang
jernih dan sejuk, sangat menggoda untuk sekedar berhenti sejenak, cuci muka
atau bahkan untuk minum airnya yang jernih itu. Ada beberapa warung di
sepanjang rute pendakian yang buka 24 jam meski tidak semuanya beroperasi
setiap hari.
Dari tiga warung
persinggahan yang kami lewati semuanya berada tak jauh dari sumber air berupa
aliran sungai lengkap dengan pancurannya. Sekitar setengah perjalanan dari arah
karawang kita akan berjumpa dengan satu komplek makam tua yang disebut sebut
sebagai makam Langlangbuana. Makam Langlangbuana berada di bawah rimbun
beberapa pohon yang tinggi besar menjulang. Ada beberapa pondokan disini bisa
dijadikan tempat singgah istirahat sebentar. Hanya beberapa meter dari pondokan
ada pancuran yang terkenal dengan nama pancuran air mata ibu.
Di warung terahir
sebelum mencapai puncak gunung Sanggabuana, butuh sedikit perjuangan untuk
mencapai sumber airnya yang disebut pancuran emas, dengan menuruni jurang
dibelakang warung tersebut. Leluasa untuk mandi disini meski harus ekstra hati
hati karena aliran airnya yang sangat deras dari ketinggian, ditambah lagi di
sebelah hilirnya hanya berapa meter aliran airnya membentuk jeram yang
menimbulkan suara gemuruh cukup keras.
gunung langseng begitu urang sunda menyebut gunung lancip sebelah kanan itu karena bentuknya yang memang mirip dengan alat pengukus nasi tersebut. |
Setengah dua belas
malam lewat beberapa menit kami baru tiba di puncak gunung ini. sangat lambat
untuk ukuran mereka yang sudah biasa mendaki, bahkan jauh lebih lambat
dibandingkan dengan dua pendaki yang salah satunya sudah sangat sepuh (alias
sudah aki aki ) yang menyalib kami saat separuh perjalanan.
Tak percuma perjuangan
hanya bermodal semangat pantang menyerah ahirnya sampai juga. Si Kakek dengan
hangat menyambutku ketika aku tiba di puncak, beliau sudah dengan santai
menyantap kambing bakar bersama sekelompok pendaki lainnya di salah satu
pondokan disana. Wuah.
hutan hujan tropis yang masih terawat di gunung sanggabuana |
Hutan gunung
Sanggabuana masih cukup terawat. Di hutan gunung ini kita masih dapat menikmati
pepohonan yang tumbuh liar hingga mencapai ketinggian puluhan meter berjejer
disana. Bahkan pepohonan sebesar truk yang bila kita berdiri di pangkal pohonnya
akan terlihat sangat kecil dibandingkan pohonnya, masih bisa ditemui disini.
Sayangnya kawasan hutan
ini belum masuk katagori sebagai kawasan hutan yang dilindungi. Di bulan
September 2012 yang lalu camat Tegal Waru Meminta Sanggabuana
dijadikan Hutan Lindung
kepada Perhutani. Agar status kawasan hutan gunung Sanggabuana yang selama ini
masuk dalam katagori hutan produksi di ubah menjadi hutan lindung untuk mencegah
meluasnya kerusakan hutan di Karawang Selatan.
Mendaki gunung memang
sangat melelahkan. Namun terbayar dengan pengalaman yang diperoleh selama dan
sesudahnya. Pemandangan indah sepanjang perjalanan hanya salah satu hal yang
dapat langsung dinikmati sebagai pengobatnya, namun lebih dari itu kita
diberikan kesadaran bahwa “semakin tinggi kita berada semakin lebar sudut
pandang yang kita peroleh”, atau bila di balik “bila menginginkan sudut pandang
yang lebih luas, naiklah lebih tinggi” begitu juga dengan kehidupan kita.***
selanjutnya : Semerbak Bau Kemenyan di Gunung Sanggabuana
-----------------------------------
Follow
akun instagram kami di @masjidinfo
| @masjidinfo.id
| @hendrajailani
------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment