Wednesday, August 20, 2014

Hikayat Keris Taming Sari

Keris Taming Sari
Inilah hikayat tanah melayu. Di negeri Malaka hiduplah seorang Laksamana, bernama Laksamana Hang Tuah. Seorang pelaut ulung, pendekar pilih tanding, petarung tak berbanding,  Laksamana raja di laut, Hulubalang Kesultanan Malaka.

Suatu ketika sultan Malaka bersama handai taulan dan karib kerabat istana datang ke Majapahit hendak meminang putri sang Prabu. Diantara khalayak ramai hadirlah seorang petualang Majapahit dan petarung ulung sakti bernama Taming Sari memohon izin sang Prabu, untuk bertarung melawan hulubalang Malaka.

Hang Tuah turun ke gelanggang bertarung melawan Taming Sari, dua petarung ulung unjuk kesaktian, tak terkira sengitnya pertarungan, tak terkirakan siapa yang kan Berjaya, keduanya sama sama ada kesaktian dan ketangguhan. Namun pertarungan haruslah usai, Taming Sari gugur di tangan Hang Tuah. Sang Prabu menghadiahkan Keris milik Taming Sari Kepada Hang Tuah, hulu balang Kesultanan Malaka.

Keris Taming sari pun berpindah tangan, namanya bersanding dengan nama Hang Tuah. Keris sakti ditangan Laksamana sakti, sepadu sepadan, mengawal Malaka kepada kejayaan dan kemasyuran.

Manakala ada Intrik politik di istana, Keris Taming Sari jatuh ke tangan Hang Jebat, Hang Tuah tersingkir dari Istana, dijatuhi hukuman mati namun tak pernah di eksekusi. Lain hari, Dia kembali ke istana sebagai pahlawan, bertarung melawan Hang Jebat, sahabat karib nya sendiri, sebahagian orang berkata bahwa Hang Jebat adalah saudara kepada Hang Tuah. Dalam pertarungan itu Hang Tuah berhasil merampas kembali Keris Taming Sari dari Hang Jebat dan telah menikam dan membunuh-nya.

Keris Taming Sari saat dipamerkan di musium Kesultanan Perak

Seperti kata pepatah, setiap masa ada orang nya dan setiap orang ada masanya. Selepas itu, Hang Tuah dan Keris Taming Sari menjadi legenda. Tak seorangpun tahu pasti dimanakah sebenarnya Hang Tuah menghabiskan umurnya setelah undur diri dari Istana, kerana pusara beliau pun ada di tiga negeri. Tak tahu pasti yang mana satu yang sebenarnya asli, di negeri Malaka kah ? atau di Riau atapun di Palembang?

Begitu pula dengan keberadaan Keris Taming Sari sejati. Sebahagian orang percaya bahwasanya setelah gagal mempersunting putri Gunung Ledang untuk baginda Sultan, Hang Tuah pun undur diri dari Istana kerana merasa malu. Ia nya disebut-sebut mengirim dan mempersembahkan Keris Taming Sari kepada baginda sultan. Tak lama berselang Kesultanan Malaka runtuh oleh serbuah Portugis.

Sultan dan sebahagian besar kerabat istana hijrah ke Kampar (Riau) di Sumatera, Keris Taming Sari dibawa serta. Di Sumatera, baginda Sultan menganugerahkan Keris Taming Sari kepada putra-nya, Raja Mudzaffar, yang kemudian berangkat ke Perak, menjadi Sultan pertama di Kesultanan Perak. Keris Taming Sari menjadi pusaka kebesaran Istana Kesultanan Perak sejak tahun 1528.

Keindahan gagang keris Taming Sari

Namun demikian, sebahagian orang lagi berkata bahwa, kerana merasa malu telah gagal meminang putri Gunung Ledang, Hang Tuah tak pernah kembali lagi ke Istana dan membuang Keris Taming Sari hingga menancap di dasar Sungai Duyung di Malaka. Adapaun Keris yang kini ada di istana Iskandariah, Kuala Kangsar, Kesultanan Perak, hanyalah replika belaka. Dan tentu saja pihak istana pun membantahnya.

Keris Taming Sari merupakan keris pusaka Istana, keris kerajaan dan digunakan pada adat kebesaran diraja Perak. Wujudnya kini berubah menjadi begitu mewah dengan lapisan emas pada seluruh sarung dan bilahnya, serta taburan permata pada gagangnya. Tak sembarang orang dan sembarang waktu untuk dapat melihatnya. Dan legenda tetaplah menjadi legenda begitu pun hikayat kan tetap menjadi hikayat. *** 

-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @masjidinfo |  @masjidinfo.id  | @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga


No comments:

Post a Comment