Jejeran pegunungan Sanggabuana dari depan pondok pesantren Daarul Qur'an di Desa Cinta Asih kecamatan Pangkalan, Karawang. |
Cukup lama tak kembali ke tempat
ini, dan cukup lama menunggu waktu PSBB yang tak kunjung berahir, namun New
Normal ahirnya datang juga dan pihak pengelola disana mengizinkan para pendaki
untuk naik ke Gunung
Sanggabuana dengan beberapa syarat tambahan dan protokol yang harus
dipatuhi.
Cukup banyak yang berubah setelah
tujuh tahun berlalu. Jalanan ke desa Mekarbuana kini sudah dicor cukup baik,
bahkan beberapa bagian ruas jalan setapak di jalur pendakian sudah di lapis
semen hingga melewati tanjakan pertama sampai ke tengah area pesawahan.
Jalan setapak di jalur pendakian yang sudah di cor dengan semen tipis hingga ke tengah pesawahan. |
Tujuh tahun lalu, tidak ada pos
penarikan retribusi untuk para pendaki ke puncak Sanggabuana,
kini sudah ada pos petugas yang mendata dan menarik retribusi bagi para pendaki
dengan tariff Rp. 10.000/orang tariff yang sama dengan biaya parkir motor/hari
di penitipan motor di rumah warga setempat.
Kamu harus menandatangani surat
pernyataan yang intinya menyetuji syarat dan ketentuan yang berlaku dan bahwa
kawasan tersebut sebenarnya belum dibuka namun dizinkan masuk dengan
tanggungjawan pribadi masing masing dan tidak akan menuntut pihak pengelola
bila terjadi sesuatu.
Tebing timur Sanggabuanadari arah jalur pendakian sisi sebelah timur. |
Ada beberapa warung baru yang
berdiri di sisi jalur pendakian, dan pohon pohon menyan yang dulu merana karena
dikuliti untuk diambil getahnya beberapa tampaknya sudah tumbang, beberapa lagi
masih berjuang bertahan hidup memperbaiki kambiumnya yang rusak parah.
Ada juga Mushola
Al-Ikhlas yang tampak masih gress beberapa meter setelah melewati pertigaan
Kebon Jambe, disi kanan jalan, diantara gemericik air sungai kecil yang
melintas di depannya. Bersebelahan dengan kebon pisang milik warga.
Menurut penuturan pemilik salah
satu warung tempat kami mampir ngopi, sebenarnya pemerintah setempat bahkan
sudah berencana untuk membuka jalan raya dari pertigaan di tengah desa
melintasi pesawahan hingga ke objek wisata Kebon Jambe, namun rencana itu
tertunda akibat dampak dari Covid-19.
Yang paling menarik perhatian
adalah adanya beberapa warga setempat yang menggunakan sepeda motor naik cukup
jauh hingga ke kawasan perkemahan di pancuran kejayaan, cukup menarik karena
medan yang dilalui cukup sulit dan berbahaya, namun sepertinya mereka sudah
cukup terbiasa dengan itu.
Matahari senja perlahan jatuh. |
Pak Andi, yang mukim di sekitar
Makam Emak Paraji Sakti bercerita bahwa para pengendara motor itu adalah warga
setempat yang memiliki ladang atau kebon di lereng Gunung
Sanggabuana. Di sepanjang jalan menuju puncak hingga sedikit melewati makam
Emak Paraji Sakti memang ditemukan pesawahan dan kebun kopi milik warga.
Sedangkan pemilik warung di
camping ground pancuran kejayaan berkisah bahwa sepeda sepeda motor yang
digunakan warga itu sudah dimodifikasi pada bagian roda giginya hingga memiliki
daya tarik yang kuat namun tidak memiliki kecepatan yang baik.
Dan dipastikan sepeda motor itu
adalah sepeda motor dengan rantai, porseneling dan kopling bukan sepeda motor
matic. Beliau melanjutkan kisahnya yang pernah bermasalah saat menggunakan
motor matic melalui rute itu akibat belt nya putus tidak kuat untuk dipaksa
terus naik ditanjakan.
Perjalanan mendaki kami kali ini
teramat santai, berhenti disetiap tempat yang menarik untuk diamati, dinikmati,
di foto, di rekam, termasuk juga berhenti hampir di setiap warung dan rumah
penduduk yang kami lewati walau sekedar untuk bertegur sapa. Benar benar santuy
pokona mah. Maklum, aslinya memang dah gg sanggup untuk ngebut. Kamu bisa
nikmati suasana hutan sanggabuana direkaman yang sudah kami simpan di youtube.
Jelang matahari terbenam kami
baru sampai di makam Jagaraksa, perhentian terahir sebelum tiba di puncak dua.
Dan tiba di puncak bertepatan dengan waktu magrib. Di sepanjang perjalanan
hingga sampai ke puncak tak kunjung jua mendapatkan titik yang pas untuk
memotret merekahnya matahari terbenam. Tak apalah setidaknya ada peluang untuk
menikmati matahari terbit besok pagi.***
-----------------------------------
------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment