Berdo’a merupakan salah satu perintah dari Allah
Subhanahuwata’ala yang dinyatakan dengan tegas di dalam kitab suci Al-Qur’an.
salah satunya yang paling popular adalah pernyataan Allah yang berbunyi “berdo’alah
kepaku niscaya akan aku kabulkan”. berikut ini nukilan terjemah ayat al-qur’an
yang tentang do’a do’a berikut dengan asbabun nuzulnya. semoga bermanfaat.
Kata “Shalat” = Berdoa
(Yaitu) mereka yang beriman [13] kepada yang ghaib
[14], yang mendirikan shalat [15], dan menafkahkan sebahagian rezki [16] yang
Kami anugerahkan kepada mereka. (Al-Baqarah [2] ayat 3)
[13] Iman ialah kepercayaan
yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda
adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
[14] Yang ghaib ialah yang tak
dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghjaib yaitu,
meng-i'tikadkan adanya sesuatu "yang maujud" yang tidak dapat
ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya,
seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya.
[15] Shalat menurut bahasa
'Arab: doa.
Menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan
takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian
dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan
teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik
yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca
dan sebagainya.
[16] Rezki: segala yang dapat
diambil manfa'atnya. Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari
harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan
oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum
kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
Orang Yahudi sebelum Islam bertawasul
kepada Nabi Muhammad S.A.W
Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah
yang membenarkan apa yang ada pada mereka [70], padahal sebelumnya mereka biasa
memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir,
maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu
ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (Al-Baqarah
[2] Ayat 89)
[70] Maksudnya kedatangan Nabi
Muhammad SAW yang tersebut dalam Taurat dimana diterangkan sifat-sifatnya.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Hakim dalam Mustadrak dan Baihaqi dalam Dalalail
dengan sanad yang lemah dari Ibnu Abbas, katanya, Orang-orang Yahudi Khaibar
memerangi suku Gathafan, tetapi setiap bertempur, Yahudi menderita kekalahan.
Maka mereka pun berlindung dengan memanjatkan permohonan ini, "Ya Allah!
Kami mohon kepada-Mu, demi kebenaran Muhammad, nabi yang ummi yang Engkau
janjikan kepada kami, agar Engkau membangkitkannya bagi kami tolonglah kami
agar menang atas mereka." Setiap kali bertempur mereka berdoa seperti
ini sehingga akhirnya berhasil mengalahkan orang-orang Gathafan. Maka tatkala
Nabi saw. dibangkitkan Allah, mereka kafir dan Allah pun menurunkan ayat,
"Padahal sebelumnya mereka biasa memohon kemenangan terhadap orang-orang
kafir dengan kedatanganmu hai Muhammad!" (Q.S. Al-Baqarah 89)
Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur Said atau Ikrimah dari Ibnu
Abbas, bahwa orang-orang Yahudi Madinah biasa memohon kemenangan terhadap
orang-orang Aus dan Khazraj atas nama kedatangan Rasulullah saw. sebelum
kebangkitannya. Maka setelah Allah membangkitkannya dari golongan Arab, mereka
kafir kepadanya dan membantah apa yang pernah mereka katakan mengenainya. Maka
kata Muaz bin Jabal, Bisyr bin Barra dan Daud bin Salamah kepada mereka,
"Hai golongan Yahudi! Takutlah kamu kepada Allah dan masuk lslamlah!
Bukankah selama ini kamu meminta kedatangan Muhammad untuk membantu kamu terhadap
kami, yakni sewaktu kami berada dalam kesyirikan, kamu katakan bahwa ia akan
dibangkitkan bahkan kamu lukiskan sifat-sifatnya!" Jawab Salam bin
Misykum, "Ia tidak membawa ciri-ciri yang kami kenal dan dia bukanlah
seperti yang kami sebutkan kepadamu dulu." Maka Allah pun menurunkan,
"Dan tatkala datang kepada mereka Kitab dari sisi Allah sampai dengan
akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 89)
Boleh berdo’a di Makam Ibrahim a.s
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu
(Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah
sebahagian maqam Ibrahim [89] tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada
Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf,
yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (Al-Baqarah [2] ayat 125)
[89] Ialah tempat berdiri Nabi
Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh Bukhari dan lain-lainnya dari Umar, katanya,
"Jalan pikiranku sesuai dengan kehendak Tuhanku dalam tiga perkara. Aku
katakan kepada Rasulullah saw., 'Bagaimana jika Anda ambil sebagian makam
Ibrahim sebagai tempat salat?' Maka turunlah ayat, 'Dan jadikanlah sebagian
makam Ibrahim sebagai tempat salat.' (Q.S. Al-Baqarah 125). Kata aku pula,
'Wahai Rasulullah! Yang masuk ke tempat para istri Anda itu ialah orang
baik-baik dan orang jahat. Bagaimana kalau mereka Anda suruh memakai hijab?'
Maka turunlah ayat mengenai hijab. Kemudian istri-istri Nabi berdiri dalam satu
barisan menentang beliau disebabkan rasa cemburu. Maka aku katakan kepada
mereka, 'Siapa tahu kalau-kalau beliau menceraikan kalian, maka Tuhannya akan
mengganti kalian dengan istri-istri yang lebih baik dari kalian!' Maka turunlah
pula ayat seperti ini." Riwayat ini mempunyai jalur yang banyak, di
antaranya ialah yang dikeluarkan oleh Ibnu Hatim dan Ibnu Murdawaih, dari
Jabir, katanya, "Tatkala Nabi saw. melakukan tawaf, berkatalah Umar
kepadanya, 'Bukankah ini makam bapak kita, Ibrahim?' Jawabnya, 'Memang benar.'
Kata Umar pula, 'Kenapa tidak kita jadikan tempat ini sebagai tempat salat.'
Maka Allah pun menurunkan, 'Dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim sebagai
tempat salat!'" (Q.S. Al-Baqarah 125). Diketengahkan pula oleh Ibnu
Murdawaih, dari jalur Amar bin Maimun, dari Umar bin Khattab, bahwa ia lewat id
makam Ibrahim, maka tanyanya, "Wahai Rasulullah! Tidakkah kita akan
berdiri di makam Ibrahim berdoa kepada Tuhan kita dan Tuhan Nabi Ibrahim?"
Jawabnya, "Benar." Kata Umar, "Bagaimana kalau kita jadikan
tempat ini sebagai tempat salat." Tidak lama kemudian turunlah, "Dan
jadikanlah sebagian makam Ibrahim sebagai tempat salat!" (Q.S. Al-Baqarah
125). Keterangan ini dan yang sebelumnya pada lahirnya menunjukkan bahwa ayat
ini turun di waktu haji Wada.
Do’a Nabi Ibrahim a.s
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa:
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara
mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang
yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani
siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (Surah: Al-Baqarah
[2] Ayat 126)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina)
dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah
daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui". (Al-Baqarah [2] Ayat 127)
Doa yang sebaik baiknya bagi seorang
muslim
Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a:
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka" [127]. (Al-Baqarah [2] ayat 201)
[127] Inilah do'a yang
sebaik-baiknya bagi seorang muslim
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas, katanya,
"Suatu golongan dari kalangan Arab biasa datang ke tempat berwukuf lalu berdoa, 'Ya
Allah! Jadikanlah tahunku ini tahun hujan dan tahun kesuburan, serta tahun
kasih sayang dan kebaikan,' tanpa menyebut-nyebut soal akhirat walau sedikit
pun." Allah pun menurunkan tentang mereka, "Di antara manusia ada
yang mengatakan, 'Ya Tuhan kami berilah kami (kebaikan) di dunia, tetapi
tiadalah bagian di akhirat.' (Q.S. Al-Baqarah 200) Setelah itu datanglah
golongan lain yakni orang-orang beriman yang memohon, 'Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari
siksa neraka. Mereka itulah yang beroleh bagian dari apa yang mereka usahakan,
dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.'"
Allah Mengabulkan do’a orang yang
beriman
“Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran” (Al-Baqoroh [2] ayat 186).
Mengabulkan do’a dan memberi
pengampunan adalah hak mutlak Allah
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu
atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Al-Baqarah [2] Ayat 284)
SEBAB TURUNNYA AYAT: “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Q.S Al-Baqarah 284)
Diriwayatkan bahwa ketika turun ayat “Wa in tubduu maa fii anfusikum au
tukhfuuhu yuhaasibkum bihillaahâ” (“Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di
dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat
perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu”), para sahabat merasa sangat
keberatan, sehingga datang kepada Rasulullah saw sambil berlutut memohon
keringanan, dengan berkata: “Kami tidak mampu untuk mengikuti ayat ini”.
Rasulullah saw bersabda: “Apakah kalian akan berkata: `Sami’na wa ashainaâ (kami
dengar akan tetapi tidak akan menurut) seperti apa yang telah diucapkan oleh
dua ahli kitab (Yahudi & Nasrani) sebelum kamu? Ucapkanlah `Sami’na wa atha’na
ghufraanaka rabbana wa ilaikal mashiir” (kami mendengar & taat, dan
ampunilah kami wahai Tuhan kami, krn kepada-Mu lah tempat kembali) “Setelah
dibacakannya kepada para sahabat, dan terbiasakan lidahnya, turunlah kemudian
ayat 285 dari surat Al-Baqarah: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman;
semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, dan Rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): `Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yg
lain) dari Rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: `Kami dengar dan kami taat.
(Mereka berdo’a):`Ampunilah kami wahai Tuhan kami, krn kepada-Mu lah tempat
kembali" Kemudian mereka laksanakan ayat 285 tersebut. Dan kemudian
turunlah ayat selanjutnya, yaitu surat Al-Baqarah ayat 186, yang menghibur hati
mereka, serta mengajarkan salah satu do’a yang masyhur. Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebaikan) yang diusahakannya. (Mereka berdo’a):
`Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami terlupa atau tersalah. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah
kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Diriwayatkan oleh Muslim dan
lain-lainnya yg bersumber dari Abu Hurairah)
Mengabulkan do’a dan memberi
pengampunan adalah hak mutlak Allah
Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka
itu [227] atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena
sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (Ali Imran [3] Ayat 128)
[227] Menurut riwayat Bukhari
mengenai turunnya ayat ini, karena Nabi Muhammad SAW berdo'a kepada
Allah agar menyelamatkan sebagian pemuka-pemuka musyrikin dan membinasakan
sebagian lainnya.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Anas, "Salah satu gigi
Nabi saw. rontok di waktu perang Uhud dan terdapat luka di wajah beliau
sehingga darah pun mengalir ke bawah. Maka tanyanya, 'Bagaimana suatu kaum akan
berbahagia jika mereka berani melukai Nabi mereka, padahal ia menyeru mereka
kepada Tuhan mereka?' Maka Allah swt. pun menurunkan ayat, 'Tak ada urusanmu
mengenai hal ini sedikit pun juga...'" (Q.S. Ali Imran 128) Diriwayatkan
oleh Ahmad dan Bukhari dari Ibnu Umar, katanya, "Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda, 'Ya Allah! Kutuklah si Anu! Kutuklah Harits bin Hisyam! Ya
Allah, kutuklah Suhail bin Amr! Ya Allah kutuklah Shafwan bin Umayyah!' Maka
turunlah ayat, 'Tak ada urusanmu mengenai hal itu...' (Q.S. Ali Imran 128)
Sehingga semua mereka itu pun diterima tobatnya oleh Allah." Diriwayatkan
oleh Bukhari dari Abu Hurairah yang serupa dengan itu. Kata Hafizh Ibnu Hajar,
"Cara menghimpun di antara kedua hadis bahwa Nabi saw. memohon kepada
Allah mengenai kedua hal tersebut di dalam salatnya setelah terjadi peristiwa
di waktu perang Uhud. Maka turunlah ayat ini mengenai kedua hal tersebut
sekaligus, yakni tentang peristiwa yang dialaminya dan tentang doa yang
diucapkannya terhadap mereka." Kata Hafizh pula, "Tetapi menghimpun
ini sulit dilakukan terhadap peristiwa yang tersebut dalam hadis riwayat Muslim
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. pernah berdoa di waktu salat subuh, 'Ya
Allah! Kutuklah suku-suku Ra'al, Dzakwan dan Ushaiyah,' sampai Allah
menurunkan, 'Tak ada urusanmu mengenai hal itu sedikit pun juga!'" (Q.S.
Ali Imran 128) Dikatakan sulit karena ayat ini turun mengenai peristiwa Uhud,
sedangkan kisah Ra'al dan Dzakwan terjadi sesudahnya. Tetapi kemudian tampak
oleh saya alasan terjadinya berita demikian itu dan bahwa di sana terdapat
jarak. Perkataannya "sampai Allah menurunkan," terputus dari riwayat
Zuheri pada orang yang menyampaikannya dalam riwayat Muslim. Penyampaian tidak
sah pada riwayat yang saya katakan itu. Katanya lagi, "Mungkin dapat
dikatakan bahwa kisah mereka terjadi di belakang itu, lalu turunnya ayat
terkebelakang sedikit dari sebab nuzul, kemudian barulah ia turun mengenai
semua itu." Hanya mengenai sebab nuzul ini ada lagi riwayat yang
dikeluarkan oleh Bukhari dalam Tarikhnya dan oleh Ibnu Ishak dari Salim bin
Abdullah bin Umar katanya, "Seorang laki-laki Quraisy datang kepada Nabi
saw. lalu katanya, 'Bukanlah kamu melarang orang memaki?' Lalu ia berpaling dan
memutar pundaknya kepada Nabi saw. serta membukakan badan bagian bawahnya, maka
Rasulullah mengutuk dan mendoakan kecelakaan baginya sehingga Allah pun menurunkan,
'Tak ada urusanmu mengenai hal itu sedikit pun...' (Q.S. Ali Imran 128)
Kemudian orang itu masuk Islam dan keislamannya ternyata baik, tetapi hadis ini
mursal lagi garib atau aneh."
Allah
yang maha tahu mana yang lebih baik bagi hambanya
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala
kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, pastilah
mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mu'jizat-mu'jizat itu
hanya berada di sisi Allah". Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa
apabila mu'jizat datang mereka tidak akan beriman [497]. (Al-An'am [6] Ayat 109)
[497]
Maksudnya: orang-orang musyrikin bersumpah bahwa kalau datang mu'jizat, mereka
akan beriman, karena itu orang-orang muslimin berharap kepada Nabi agar Allah
menurunkan mu'jizat yang dimaksud. Allah menolak pengharapan kaum mu'minin
dengan ayat ini.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan melalui Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi yang
telah mengatakan, "Rasulullah saw. pernah berbicara kepada orang-orang
Quraisy, kemudian orang-orang Quraisy menjawab, 'Hai Muhammad! Engkau telah
bercerita kepada kami, bahwa Musa itu memiliki tongkat yang dapat menghancurkan
batu (jika dipukulkan), dan Isa itu dapat menghidupkan kembali orang yang telah
mati, dan kaum Tsamud (Nabi Saleh) itu mempunyai unta, maka datangkanlah kepada
kami ayat-ayat (mukjizat-mukjizat) sehingga kami dapat mempercayaimu?"
Rasulullah saw. menjawab, "Mukjizat apakah yang kamu sukai agar aku
mendatangkannya kepada kamu?" Mereka menjawab, "Engkau harus
menjadikan gunung Safa menjadi emas demi kami semua." Rasulullah saw.,
berkata, "Jika aku dapat membuktikannya apakah kamu mau percaya
kepadaku." Mereka menjawab, "Ya, demi Allah." Kemudian
Rasulullah saw. berdiri dan berdoa, lalu datanglah malaikat Jibril yang langsung
berkata, "Apabila engkau menghendakinya pastilah gunung Safa itu menjadi
emas. Akan tetapi apabila sesudah itu mereka masih juga tidak mau beriman,
niscaya aku mengazab mereka. Dan jika engkau menghendaki (kebaikan) maka
biarkanlah mereka sehingga bertobat orang-orang yang mau bertobat dari kalangan
mereka." Setelah itu lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Mereka
bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan..." sampai dengan
firman-Nya, "...tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Q.S.
Al-An'am 109-111).
Berdoa
dengan rendah diri dan dengan suara yang lembut
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan
kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan
suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan
kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang
bersyukur"". (Al-An'am [6] Ayat 63)
"Mohonlah (berdoalah) kamu kepada Tuhanmu dengan
cara merendahkan diri dan cara halus, bahwasannya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas; dan janganlah kamu berbuat kebinasaan di bumi
(masyarakat) setelah la baik; dan mohonlah (berdoalah) kamu kepada Allah dengan
rasa takut dan loba (sangat mengharap); bahwasannya rahmat Allah itu sangat
dekat kepada orang-orang, yang ihsan (Iman kepada Allah dan berbuat
kebajikan)." (Al-A'râf [7] ayat 55-56)
Allah
menerima Do’a permintaan ampunan
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka,
sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab
mereka, sedang mereka meminta ampun [608] (Al-Anfaal [8] Ayat 33)
[608] Di antara mufassirin mengartikan
"yastagfiruuna" dengan bertaubat dan ada pula yang mengartikan bahwa
di antara orang-orang kafir itu ada orang muslim yang minta ampun kepada Allah.
SEBAB TURUNNYA AYAT: Imam Bukhari telah meriwayatkan sebuah hadis melalui Anas bin Malik
r.a. yang telah menceritakan, bahwa ketika Abu Jahal bin Hisyam mengatakan,
"Ya Allah, jika benar Alquran ini, dialah yang benar dari sisi Engkau,
maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab
yang pedih." Maka turunlah firman-Nya, "Dan Allah sekali-kali tidak
akan mengazab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka...." (Q.S.
Al-Anfaal 33). Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu
Abbas r.a. yang telah menceritakan, bahwa orang-orang musyrik selalu
mengerjakan tawaf di Baitullah, seraya mengucapkan, "Ampunan-Mu,
ampunan-Mu." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Dan Allah sekali-kali
tidak akan mengazab mereka..." (Q.S. Al-Anfaal 33). Ibnu Jarir telah
mengetengahkan pula sebuah hadis yang ia terima melalui Yazid bin Rauman dan
Muhammad bin Qais, yang telah menceritakan, bahwa sebagian orang-orang musyrik
Quraisy telah berkata kepada sebagian yang lainnya, "Muhammad sungguh
adalah seseorang di antara kita yang dimuliakan oleh Allah. Ya Allah, jika
benar (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami
dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih."
Akan tetapi setelah sore harinya mereka merasa menyesal atas apa-apa yang telah
mereka katakan itu, untuk itu maka mereka mengatakan seraya berdoa, "Ya
Allah, ampunan-Mu." Lalu Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan
tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta
ampun." (Q.S. Al-Anfaal 33) sampai dengan firman-Nya, "Tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Q.S. Al-Anfaal 34). Ibnu Jarir telah
mengetengahkan pula hadis yang lain melalui Ibnu Abza yang telah menceritakan,
bahwa ketika Rasulullah saw. berada di Mekah maka Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan kamu berada di
antara mereka." (Q.S. Al-Anfaal 33). Lalu Rasulullah saw. keluar berhijrah
ke Madinah, maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan tidaklah (pula)
Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun." (Q.S.
Al-Anfaal 33). Dan tersebutlah bahwa sisa-sisa kaum Muslimin yang masih menetap
di kota Mekah selalu meminta ampun kepada-Nya; ketika mereka semuanya keluar
mengikuti jejak nabinya, maka Allah menurunkan firman-Nya, "Kenapa Allah
tidak mengazab mereka...." (Q.S. Al-Anfaal 34). Kemudian Allah mengizinkan
nabi-Nya untuk menaklukkan kota Mekah, yang hal ini merupakan azab yang telah
diancamkan oleh Allah terhadap orang-orang musyrik Quraisy.
Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka
menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah
orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya)
hanyalah orang-orang yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfaal
[8] Ayat 34)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir telah mengetengahkan pula sebuah hadis yang ia terima
melalui Yazid bin Rauman dan Muhammad bin Qais, yang telah menceritakan, bahwa
sebagian orang-orang musyrik Quraisy telah berkata kepada sebagian yang
lainnya, "Muhammad sungguh adalah seseorang di antara kita yang dimuliakan
oleh Allah. Ya Allah, jika benar (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi
Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada
kami azab yang pedih." Akan tetapi setelah sore harinya mereka merasa
menyesal atas apa-apa yang telah mereka katakan itu, untuk itu maka mereka
mengatakan seraya berdoa, "Ya Allah, ampunan-Mu." Lalu Allah swt.
menurunkan firman-Nya, "Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedangkan mereka meminta ampun." (Q.S. Al-Anfaal 33) sampai dengan
firman-Nya, "Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Q.S.
Al-Anfaal 34). Ibnu Jarir telah mengetengahkan pula hadis yang lain melalui
Ibnu Abza yang telah menceritakan, bahwa ketika Rasulullah saw. berada di Mekah
maka Allah menurunkan firman-Nya, "Dan Allah sekali-kali tidak akan
mengazab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka." (Q.S. Al-Anfaal
33). Lalu Rasulullah saw. keluar berhijrah ke Madinah, maka Allah swt. menurunkan
firman-Nya, "Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan
mereka meminta ampun." (Q.S. Al-Anfaal 33). Dan tersebutlah bahwa
sisa-sisa kaum Muslimin yang masih menetap di kota Mekah selalu meminta ampun
kepada-Nya; ketika mereka semuanya keluar mengikuti jejak nabinya, maka Allah
menurunkan firman-Nya, "Kenapa Allah tidak mengazab mereka...." (Q.S.
Al-Anfaal 34). Kemudian Allah mengizinkan nabi-Nya untuk menaklukkan kota
Mekah, yang hal ini merupakan azab yang telah diancamkan oleh Allah terhadap
orang-orang musyrik Quraisy.
Allah
mengabulkan do’a orang yang Taubatan Nasuha
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya
Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang
yang selalu berbuat dosa. (At-Taubah [9] Ayat 66)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula sebuah hadis yang lainnya melalui
Kaab bin Malik yang menceritakan, bahwa Mukhsyi bin Humair mengatakan,
"Sesungguhnya aku sangat senang sekali seandainya setiap orang di antara
kalian masing-masing kena hukuman seratus kali dera, daripada turun mengenai
kami Alquran." Maka berita tersebut sampai kepada Nabi saw. lalu mereka
minta maaf kepada Nabi saw. atas apa yang telah mereka katakan itu. Maka Allah
swt. menurunkan firman-Nya, "Tidak usah kalian minta maaf..." (Q.S.
At-Taubah 66). Tersebutlah bahwa di antara orang-orang munafik yang mendapatkan
ampunan dari Allah ialah Mukhsyi bin Humair sendiri; setelah peristiwa itu
namanya diganti menjadi Abdurrahman. Dan Mukhsyi meminta kepada Allah swt.
semoga ia mati sebagai syahid dan tidak ada seorang pun yang mengetahui tempat
ia terbunuh. Doanya dikabulkan, akhirnya ia gugur sewaktu perang Yamamah, dan tidak ada
seorang pun yang mengetahui tempat ia gugur kecuali si pembunuhnya sendiri.
Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Qatadah yang menceritakan, bahwa
ada segolongan orang-orang munafik yang mengatakan sewaktu kaum Muslimin hendak
berangkat ke medan Tabuk, "Lelaki ini (Nabi Muhammad) bermaksud untuk menaklukkan
kerajaan negeri Syam berikut benteng-bentengnya, tetapi hal itu tidak mungkin
dapat ia capai." Kemudian Allah swt. memperlihatkan hal tersebut kepada
Nabi-Nya. Lalu Nabi saw. mendatangi mereka dan langsung berkata kepada mereka,
"Kalian telah mengatakan demikian dan demikian bukan?" Mereka
menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan
bermain-main." Lalu turunlah firman-Nya yang di atas tadi.
Kisah Do’a Rosulullah Untuk Tsa’labah
Dan di antara mereka ada orang yang
telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan
sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah
kami termasuk orang-orang yang saleh. (At-Taubah [9]
Ayat 75)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Imam Thabrani,
Ibnu Murdawaih dan Ibnu Abu Hatim serta Imam Baihaqi di dalam kitab Dalail
mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang dha'if (lemah) melalui Abu
Umamah, bahwasanya Tsa'labah bin Hathib meminta kepada Rasulullah saw.,
"Wahai Rasulullah! Mintakanlah kepada Allah semoga saya diberi rezeki
harta kekayaan." Rasulullah saw. menjawab, "Celakalah engkau ini, hai
Tsa'labah, sesungguhnya sedikit kekayaan yang engkau syukuri adalah lebih baik
daripada banyak harta yang engkau tidak mampu untuk mensyukurinya." Selanjutnya
Tsa'labah mengatakan, "Demi Allah, seandainya Allah memberiku harta yang
banyak, niscaya aku akan memberikan hak-haknya kepada setiap orang yang berhak
menerimanya." Maka Rasulullah mendoakannya, dan Tsa'labah
diberinya seekor kambing. Kemudian kambing yang satu itu menjadi berkembang dan
bertambah banyak dalam waktu yang singkat, sehingga kambing milik Tsa'labah
memenuhi jalan-jalan kota Madinah. Maka terpaksa Tsa'labah menjauh dari kota
Madinah, dan kebiasaan Tsa'labah ialah ia selalu menghadiri salat berjemaah,
untuk itu ia keluar dari rumahnya demi salatnya. Kemudian kambingnya yang
banyak itu makin bertambah berkembang lagi sehingga tempat-tempat penggembalaan
di Madinah tidak dapat menampungnya lagi, maka terpaksa Tsa'labah pun makin
menjauh dari kota Madinah. Tsa'labah sebelumnya selalu menghadiri salat Jumat
di Mesjid, untuk itu ia selalu keluar meninggalkan tempat penggembalaannya demi
salat Jumat. Akan tetapi lama-kelamaan setelah kambingnya makin bertambah
banyak lagi dan ia makin menjauh dari kota Madinah, akhirnya ia meninggalkan
salat Jumat dan salat jemaah yang biasa ia lakukan sebelumnya itu. Ketika Allah
swt. menurunkan firman-Nya, "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka." (Q.S. At-Taubah
103). Kemudian Rasulullah saw. mengangkat dua orang menjadi amil untuk memungut
zakat, selanjutnya beliau menuliskan surah perintah untuk dibawa oleh keduanya.
Kedua amil itu mendatangi Tsa'labah lalu membacakan kepadanya surah perintah dari
Rasulullah saw. Akan tetapi Tsa'labah menjawab, "Pergilah kalian berdua
kepada orang-orang lain dahulu, maka bilamana kalian telah selesai dari mereka
mampirlah kepadaku." Lalu kedua amil itu melakukan apa yang ia maui, dan
ketika keduanya kembali kepadanya, Tsa'labah berkata, "Apa-apaan ini,
sesungguhnya zakat itu tiada lain hanyalah saudara daripada jizyah
(upeti)," maka keduanya pun berlalu dari Tsa'labah. Kemudian Allah swt.
menurunkan firman-Nya, "Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar
kepada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian
karunia-Nya.'.." (Q.S. At-Taubah 75) sampai dengan firman-Nya,
"...karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka
ikrarkan kepada-Nya, dan (juga) karena mereka selalu berdusta..." (Q.S.
At-Taubah 77). Ibnu Jarir dan Ibnu Murdawaih keduanya mengetengahkan pula hadis
yang sama, hanya melalui jalur periwayatan Aufiy dari Ibnu Abbas r.a.
Doa orang orang kafir hanyalah sia
sia
“Hanya bagi Allah-lah (hak
mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah
tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang
membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya,
padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat)
orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka” (Ar’Rad [13] ayat 14).
Jangan
mengeraskan dan jangan terlalu merendahkan suara di dalam berdoa.
Atau kamu mempunyai
sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak
akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab
yang kami baca". Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini
hanya seorang manusia yang menjadi rasul?" (Al-Israa' [17] Ayat 93)
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Ibnu Murdawaih dan lain-lainnya mengetengahkan
sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari
Rasulullah saw. berada di tengah kota Mekah, maka beliau berdoa seraya
mengucapkan di dalam doanya itu, "Ya Allah, ya
Rahman." Maka kala itu juga orang-orang musyrik berkata, "Lihatlah
oleh kalian pemeluk agama baru ini; dia mencegah kita untuk menyeru (menyembah)
kepada dua tuhan, sedangkan dia sendiri menyeru kepada dua tuhan juga."
Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! 'Serulah Allah atau serulah
Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai nama-nama yang
terbaik (asmaul husna)'..." (Q.S. Al-Isra 110). Imam Bukhari dan
lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. sehubungan
dengan firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu
dan jangan pula merendahkannya." (Q.S. Al-Isra 110). Imam Bukhari
mengatakan, bahwa ayat di atas diturunkan sewaktu Rasulullah saw. sedang
bersembunyi di Mekah. Dan adalah Rasulullah saw. jika salat bersama dengan
sahabat-sahabatnya, beliau selalu mengeraskan suara bacaan Alqurannya. Dan
tersebutlah bahwa jika kaum musyrikin mendengar Alquran dibacakan, lalu mereka
mencaci Alquran, Dzat yang menurunkannya dan orang yang menerimanya. Maka
turunlah ayat tersebut. Imam Bukhari mengetengahkan pula hadis yang lain
melalui Siti Aisyah r.a. bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan
masalah berdoa. Ibnu Jarir mengetengahkan hadis yang sama melalui Ibnu Abbas
r.a. Kemudian Ibnu Jarir mentarjihkan (menguatkan) riwayat yang pertama tadi,
karena ia lebih sahih sanadnya, dan demikian pula Imam Nawawi dan lain-lainnya
mentarjihkan riwayat yang pertama. Al-Hafizh Ibnu Hajar telah mengatakan,
tetapi kedua riwayat tersebut dapat pula digabungkan pengertiannya, yaitu bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan berdoa dalam salat.
Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis
melalui hadisnya Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa tersebutlah apabila
Rasulullah saw. melakukan salat di dalam Baitullah, maka beliau mengeraskan
bacaannya lalu turunlah ayat ini. Ibnu Jarir dan Imam Hakim mengetengahkan
sebuah hadis melalui Siti Aisyah r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan bacaan tasyahhud (tahiyyat dalam salat). Hadis yang
diriwayatkan oleh Siti Aisyah ini menjelaskan makna yang dimaksud di dalam
riwayat yang terdahulu tadi. Ibnu Mani' di dalam kitab musnadnya mengetengahkan
sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa kaum Muslimin
selalu mengeraskan suara di dalam berdoa, yaitu,
"Allahummarhamni" (Ya Allah, kasihanilah aku). Maka turunlah ayat ini
yang memerintahkan mereka supaya jangan mengeraskan dan jangan terlalu
merendahkan suara mereka di dalam berdoa.
Orang
yang tidak berdoa dihukumi sombong oleh Allah
Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [1327] akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina". (Al-Mu'min
[23] ayat 60).
[1327] Yang
dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdo'a kepada-Ku.
Allah mengabulkan doa orang-orang beriman dan beramal saleh
“dan Dia memperkenankan (doa)
orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah
(pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka
azab yang sangat keras” (Asy-Syuura [26]
ayat 26).
Berdoalah, Allah akan menghilangkan kesulitan
dan Kesusahaanmu!
Atau siapakah yang
memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan
yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai
khalifah di bumi [1105]? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah
kamu mengingati(Nya). ” (An-Naml [27]
ayat 62).
[1105]. Yang dimaksud dengan "menjadikan manusia sebagai
khalifah" ialah menjadikan manusia berkuasa di bumi.
Allah
memperkenankan doa orang orang beriman
Dan orang-orang yang
datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari
kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang." (Al-Hasyr [59] Ayat 10)
------------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment