“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna
apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin
kamu sembunyikan.” (Dee)
|
Kata ‘kopi’ konon kabarnya berasal dari bahasa Arab ‘qahwah’ Kemudian berubah menjadi kahveh di lidah orang Turki, berubah lagi menjadi koffie dalam
bahasa Belanda dan diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Kopi.
Qahwah
(kopi) terdiri dari empat hurup yakni Qaf, Ha, Waw dan Ha yang memiliki makna
masing masing. Qaf adalah Quut yang berarti makanan, Ha adalah Hudaa berarti
petunjuk, waw adalah Wud yang berarti cinta serta ha adalah hiyam yang bermakna
pengusir Kantuk.
itu sebabnya di kalangan sufi dikenal dengan kalimat sanjungan untuk kopi
yang berbunyi ““wahai
orang orang yang asyik dalam cinta sejati dengan-Nya Kopi membuatku mengusir
kantuk dengan pertolongan Allah kopi menggiatkanku taat beribadah kepada Nya di
kala orang orang sedang terlelap” lalu dilanjutkan dengan kalimat ”Janganlah kau mencelaku karena aku minum kopi, sebab
kopi adalah minuman para junjungan yang mulia.”
Situs Wikipedia dan berbagai
situs lainnya telah membeberkan panjang lebar perjalanan kopi sejak pertama
kali dikenal di Ethiopia sampai kemudian menyebar dan dibudidayakan di lebih 50
negara dunia. Republika
menyebutkan bahwa Lebih dari 1,6 miliar cangkir kopi diminum setiap
hari di seluruh dunia. Jumlah itu cukup untuk memenuhi sekitar 3.000 kolam
renang ukuran Olimpiade hari.
Kopi tidak sekedar sebagai minuman tapi telah menjadi
bagian dari gaya hidup. Kedai kopi tempat tongkrongan-pun kini turut mewakili
status sosial dan strata ekonomi untuk sesuatu yang disebut gengsi.
hmmm. Segelas kopi itu memang memiliki cerita yang
teramat panjang dengan ke-unikannya sendiri sendiri. Menghantarkan rasa yang
berbeda beda kepada lidah pengecapnya. segelas kopi mewakili kenikmatan, suasana
santai, rileks, istirahat, brehat.
Kopi mewakili watak lembut tanpa kekerasan namun mampu
merubah total swasana. kau lihat ketika serbuk kopi dimasukkan ke dalam air
panas, tidak ada perlawanan sama sekali, serbuknya langsung menghilang, lenyap.
Benarkah ia lenyap. tentu saja tidak. Justru beningnya air lah yang lenyap
karena seluruhnya sudah berubah pekat. warna pekat yang menghadirkan kenikmatan,
yang disukai oleh lintas usia dan lintas bangsa. Disajikan dari warung pinggir
jalan hingga tempat termewah yang pernah ada di muka bumi.
Kopi mewakili ketabahan hidup. cobalah sekali saja kau
renungkan perjalanan biji kopi dari tempat asal nya. Direnggut dari pohon
induknya, di tumpuk dalam keranjang melintasi lereng lereng bukit, di jemur
panasnya matahari, dikuliti, di sangrai, digiling sampai lumat, masuk bungkus
hingga ahirnya menempati tempat terhormat di dalam gelas yang tersaji bagi
penikmat kopi. Tak jauh berbeda dengan perjalanan sukses manusia seperti anda
dan lainnya. Reguklah segelas kopi dan dengarkan pesannya.
------------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment