Pagi itu halaman Masjid Jami’ Babussalam sudah penuh sesak. ruang kosong yang tersisa hanya di aspal perempatan ruas jalan lintas tengah sumatera yang membentang melintasi kampungku di depan masjid. Suara takbir membahana di hari kemenangan 1 syawal 1436H. Sambil takbiran mau tak mau aku juga sibuk menjaga jagoan kecil ku yang baru dua tahun dan beberapa keponakan kecil yang ‘ngintil’ denganku gg mau ikut dengan bapaknya. sementara di emperan pertokoan yang tutup pagi itu banyak anak anak muda dan orang dewasa yang malah nongkrong disana meski sudah berbaju koko dan bawa sajadah.
ketika waktunya shola ied tiba, tidak ada
reaksi dari mereka yang sejak tadi hanya nongkrong di emperan toko untuk
bersiap siap untuk sholat. Keponakan keponakan kecilku malah kisruh rebutan
sajadah, walahasil dua sajadah yang kubawa juga mereka pakai. apa boleh buat aku
sholat di atas aspal tanpa sajadah sementara si kecil disebelah ku tetap saja
sibuk dengan mobil mainannya. Entah di takbir yang keberapa, seseorang datang
dan membentangkan sajadah di depanku dan di depan putra kecilku.
Ketika salam, shola ied usai. anak ku sudah
tidak ada lagi disebelahku. sudah pindah bersama mainannya, cuek santai
njelepok di tengah jalan beraspal main mobilan, ditemani (lebih tepatnya
dijagain) oleh dua anak muda berbaju koko, sejurus kemudian anakku lari lari ke
menghampiriku. Sementara beberapa anak muda yang lainnya (yg tadinya nongkrong
di emperan toko) mulai sibuk mengatur lalu lintas di ruas jalan yang tadi
ternyata di tutup sementara selama sholat ied berlangsung karena jamaah yang
berjubel hingga memenuhi jalan raya termasuk aku, keponakan2 ku dan putra kecilku.
Khutbah Iedul Fitri usai, kini aku yang clingak
clinguk untuk mengembalikan sajadah, siapa gerangan orangnya yang tadi
membentangkannya di depanku saat sholat tadi ? masa iya sajadahnya tiba tiba
nongol dan nge-gelar sendiri di depanku. Salah satu dari anak anak muda itu
yang kemudian menghampiriku. “Punyo aku kak” begitu katanya. Wajah yang sama
sekali tak kukenal, mungkin dia kenal aku ? Entahlah, yang pasti setelah itu
setengah jam lebih aku sengaja berdiri di prapatan jalan (sambil menggendong
anakku) di depan masjid diantara sebegitu banyak Jemaah yang lalu lalang. Hanya
segelintir saja dari mereka yang kukenal dan mengenaliku.
Tampaknya kampungku yang dulunya sunyi sepi dan
se isi kampung ku kenal satu persatu dan merekapun mengenalku kini sudah jadi
milik orang lain . Hanya saja. Tak perlu kenal untuk membantu dan kadang kadangkala
bantuan atau pertolongan itu memang datangnya di detik detik terahir. ***
-----------------------------------
Follow
akun instagram kami di @masjidinfo
| @masjidinfo.id
| @hendrajailani
------------------------------------
Baca Juga
Marhaba Di Masjid Jami’ Gelumbang
Cerita Kecil dari Masjid Jami' Babussalam Gelumbang
Once Upon a Time in Gelumbang
Legenda MUHAMMAD ALI dari SDN 1 Gelumbang
Cinta Di Pusara Hati
“Betemu” Patih Gajah Mada di Gunung Ibul – Prabumulih
Stasiun Gelumbang Juni 1926
Stasiun Gelumbang Jilid 2
Laba laba berwajah manusia di Kelurahan Gelumbang
Dongeng PejEratan
Habis Terang Terbitlah Gelap, Terang, Gelap . . . ...
Gelumbang (Pernah) Punya Lapangan Terbang ?
No comments:
Post a Comment