Gelumbang adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Wilayah yang dulunya merupakan satu kecamatan yang sangat luas dan kini sudah di mekarkan menjadi 6 kecamatan terdiri dari Kecamatan Gelumbang sebagai kecamatan induk, Kecamatan Lembak, Kecamatan Sungai Rotan, Kecamatan Muara Belida, Kecamatan Belida Darat dan Kecamatan Kelekar. Ke enam kecamatan ini sedang dalam persiapan untuk membentuk Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Gelumbang.
Sejarah mencatat, wilayah bekas kecamatan
Gelumbang yang kini mekar menjadi 6 kecamatan dan biasa disebut dengan istilah
Dapil-3, pernah memiliki dua Lapangan Terbang. Satu lapangan terbang dibangun
oleh penjajah Belanda di wilayah Desa Karang Endah, dan satu lagi di bangun
oleh PT. Patratani, anak perusahaan PT. Pertamina Persero, di tengah perkebunan
kelapa hibrida yang dikelolanya dan kini masuk ke dalam wilayah kecamatan Muara
Belida.
Majalah Departemen Pertahanan Australia (ADF)
Edisi November – Desember 2006 merilis sebuah laporan penyelidikan tentang
sejarah keberadaan lapangan terbang di wilayah Gelumbang, tepatnya di pangkalan
militer Karang Endah. Lapter tersebut di identifikasi dengan kode P2 Airstrip
atau Palembang 2 Airstrip.
.
Laporan tersebut terkait sejarah Militer
Australia yang pernah menggunakan lapangan terbang P2 Karang Endah sebagai
perhentian, pada saat seluruh pasukan Australia diperintahkan mundur dan keluar
dari wilayah Malaysia dan Singapura.
.
Foto udara dari pihak Belanda, suasana Lapangan Terbang P2 Karang Endah atau Lapangan Terbang Gloembang. |
Lapter P2 Karang Endah awalnya dibangun oleh
Belanda di pangkalan militer Belanda di Karang Endah berupa lapangan rumput luas
dengan runaway berpermukaan tanah yang dipadatkan. Pembangunannya terkait
dengan persiapan militer Belanda menghadapi serbuan pasukan Jepang di tahun
1941 sebagai lapangan terbang kedua (cadangan) setelah lapangan terbang P1 atau
Palembang Satu di Talang Betutu.
.
Pembangunan lapangan terbang tersebut memang
tidak pernah selesai, namun demikian sudah digunakan oleh pihak tentara Belanda
dalam hal ini adalah pasukan Militaire Luchtvaart – Koninklijk Nederlands Indisch Leger (ML-KNIL) pada bulan Desember 1941 dan diperlengkapi
dengan pengebom Glen Martin. Pasukan tersebut kemudian ditarik mundur dan
direlokasi ke Semplak (Bogor) pada tanggal 26 Januari 1942 (lokasi yang kini kemungkinan menjadi Pangkalan TNI AU Atang Sanjaya,
Bogor).
.
Digunakan oleh pasukan
sekutu
.
Seiring dengan pecahnya perang tanggal 8
Desember 1941, Hindia Belanda (Netherlands East Indies), Amerika Serikat, Inggris dan Australia bersekutu dan membentuk Kerjasama
pertahanan udara pada tanggal 15 Januari 1942. Namun kemudian penarikan pasukan
negara negara ini terbilang lambat dari dari wilayah Malaya sampai dengan
menyerah nya Jepang di 8 Maret 1942.
.
Dalam rangka penarikan pasukan tersebut, AU
Inggris (RAF) dan pasukan AU Australia menggunakan Pangkalan Udara P1 (Talang
Betutu) dan Lapter P2 (Karang Endah). Lapter P2 Karang Endah sempat di pimpin
oleh Kapten McCauley dari
AU Inggris (RAF) pada
tanggal 31 Januari
1942.
.
Pesawat pesawat militer yang pernah bertugas di
Lapter P2 Karang Endah termasuk pesawat Lockheed Hudsons dari Skuadron 1 AU Australia (RAAF) dan
skuadron 62 AU Inggris (RAF), Bristol Blenheims dari skuadron 27 AU
Inggris (RAF) dan
Skuadron 84 AU Inggris
(RAF), yang semuanya dibawah kendali
kelompok pembom 225 AU Inggris (RAF). tidak ada
data pasti tentang jumlah pesawat yang di Lapter P2 Karang Endah ini saat itu
namun diperkirakan terdapat lebih dari 100 pesawat yang tersebar dibawah
pepohonan.
.
Dikuasai pasukan
Jepang (Februari 1942-Agustus 1945)
.
Pada tanggal 14 Februari 1942, pasukan militer
Jepang berhasil merebut Lapangan terbang P1 (Talang Betutu) dan berikutnya
berhasil menguasi wilayah kota Palembang dan dua kilang minyak di seberang selaran
Sungai Musi. Situasi itu menyebabkan lapter P2 Karang Endah sangat sulit untuk
dipertahankan oleh pasukan Belanda dan sekutunya, dan berujung kepada penarikan
pasukan Belanda dan Australia ke pulau Jawa pada tanggal 16 Februari 1942,
Induk pasukan terahir yang ditarik dari Karang Endah adalah Batalyon Infantri
X.
.
Gelumbang dan sekitarnya jatuh ke tangan
pasukan Jepang pada 21 Februari 1942 termasuk Lapter P2 Karang Endah, dan pada
tanggal 24 Februari 1942 pesawat Jepang pertama kali mendarat di Lapter P2 Karang
Endah, terdiri dari 29 pesawat pembom Mitsubishi G3M bombers dan pesawat angkut
tunggal Genzan Kokutai dari Detasemen AL ke 22 Jepang (Koku Sentai). Di hari berikutnya
Lapter P2 ini digunakan oleh detasemen Genzan Kokutai sebagai basis untuk menyerang
Tanjung Periok.
Lapangan Terbang Gloembang
Selanjutnya Lapter P2 Karang Endah digunakan
oleh Angkatan Udara Jepang dan mengganti nama P2 menjadi Lapangan Terbang Gloembang dan melengkapinya dengan 54 unit pesawat
tempur Nakajima Ki-44 fighters dari skuadron Sentai ke 87 pada pertengahan bulan
Oktober 1944. Fungsi utama Lapter Gloembang adalah sebagai pangkalan pesawat tempur
untuk melindungi kilang minyak di Plaju dan Sungai Gerong yang sudah di kuasi
Jepang.
.
Pertempuran udara Skuadron 87 Sentai dari
Lapter Gloembang ini terjadi pada tanggal 24 dan 29 Januari 1945 ketika pesawat
pesawat tempur Inggris menyerang Sungai Gerong dan Plaju. Dalam pertempuran udara
itu Skuadron 87 Sentai kehilangan 12 pesawat mereka. Hal itu diperkuat oleh laporan
pihak mliter Jepang tanggal 14 Maret 1945 yang menyebutkan bahwa Skuadron 87
Sentai merupakan satu satunya penguasa di Gloembang dengan kekuatan 17 pesawat
tempur jenis Nakajima Ki-44s. Sedangkan unit tempur yang lain termasuk Skuadron
Sentai ke 21 dan 33 menggunakan Lapter Gloembang sebagai lapter singgah dari
pangkalan utama mereka di Talang Betutu.
.
Gerbang Komplek Batalion Kavaleri 5 (YONKAV-5) Karang Endah, ditepian ruas jalan dari Gelumbang ke arah kota Prabumulih. |
Sebuah laporan intelejen pada bulan Oktober
1945 le,imglomam berasal dari sumber sumber Inggris, menyebutkan bahwa diperkirakan
terdapat tujuh pesawat tempur jepang jenis Kawasaki Ki-45, 12 pesawat Mitsubishi
Ki-46, satu Mitsubishi Ki-30 dan satu Mansyu Ki-79 milik mirliter Jepang, terbengkalai
tak terurus di Lapangan Terbang Gloembang. Laporan ini menjadi menarik karena
jenis pesawat yang disebutkan berbeda dengan jenis Nakajima Ki-43 dan Ki-44 yang
dilaporkan beroperasi dari Lapter Gloembang.
Lapter Gloembang di masa awal Kemerdekaan (Agustus
1945 – Juli 1947)
Seiring dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu
dan Proklamasi kemerdekaan Indonesia, di pulau sumatera terdapat lebih dari 60
lapangan terbang termasuk Lapter Gloembang atau P2 Karang Endah dibawah kendali
pemerintah Indonesia. Namun demikian pemerintah Indonesia tidak langsung
mengelola lapangan lapangan terbang P1 Talang Betutu dan Lapter Gloembang atau
P2 Karang Endah dan masih di bawah pengelolaan AU Belanda.
.
Hal tersebut kemungkinan karena kebanyakan pesawat
yang ada dalam kondisi rusak atau tak terawatt ataupun karena ketiadaan pilot
untuk mengoperasikan pesawat pesawat di Lapter tersebut karena para pilot TNI saat
itu masih terkonsentrasi di pulau Jawa dan Sumatera Utara.
.
Meski pernah disebutkan dalam sebuah diskusi di
Palembang pada tanggal 26 September 1946 tentang pembentukan fasilitas
pelatihan bagai para pilot di wilayah Sumatera Selatan dan kemudian pihak
Belanda menyebutkan fasiltas dimaksud dibentuk di Lapter Gloembang atau Lapter
P2 Karang Endah namun demikian laporan ini tidak ditemukan dalam catatan
catatan sejarah ataupun publikasi pemerintah Indonesia.
.
Tampaknya saat itu pemerintah Indonesia
konsentrasi kepada perbaikan lapangan terbang di Sumatera termasuk Lapter P2
Karang Endah, hal tersebut untuk menunjang upaya percepatan pengadaan
penerbangan rutin antara Lapter Maguwo (Yogyakarta) ke Changi (Singapura)
dengan perhentian untuk pengisian bahan bakar di Lapter P2 Karang Endah dan
Bukit Tinggi.
.
Penerbangan rutin oleh beberapa maskapai telah
dimulai pada tanggal 9 April 1947 namun tidak diketahui apakah penerbangan
penerbangan tersebut melakukan pendaratan singgah di Lapter Gloembang atau
tidak.
Diketahui bahwa pada pada tanggal 20 September
1946 Komodor Udara Abdul Halim Perdanakusuma bersama pilot Opsir II Imam
Suwongso Wirjosaputro berangkat dari Yogya menuju Pangkalan Udara Karang Endah,
untuk meresmikan pembukaan pangkalan tersebut.
Agresi Militer Belanda I (July 1947 – April
1950)
Di masa Agresi Militer Belanda pertama, Lapter
P2 Karang Endah kembali di kuasi oleh tentara Belanda pada tanggal 25 Juli 1947
oleh Resimen ke 7 Regiment Stoottroepen (RS). Agresi tersebut merupakan bagian
dari upaya Belanda untuk merebut ladang minyak di wilayah Sumatera Selatan.
.
Lapter P2 Karang Endah kemudian dikelola oleh
Detasement Piper Cubs yang merupakan bagian dari 17 Verkenning en Artillerie
Waarneming Afdeling (VARWA). Dan Karang Endah menjadi salah satu dari 40 Lapter
yang dikuasai oleh 17 VARWA di pulau Sumatra.
.
TNI AD (April 1950 – sampai Sekarang)
.
Lapangan terbang P2 Karang Endah atau Lapangan
Terbang Gloembang diserah terimakan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah
Republik Indonesia pada bulan April 1950 sebagai bagian dari penyerahan seluruh
fasilitas KNIL kepada pemerintah Indonesia.
.
Kini Lapangan Terbang P2 Karang Endah atau oleh
pihak Jepang disebut sebagai Lapangan Terbang Gloembang dan seluruh fasilitas
militernya menjadi fasilitas militer TNI Angkatan Darat, dalam hal ini menjadi
Markas Batalyon Kavaleri 5 (Yonkav V) Kodam Sriwijaya, di desa Karang Endah,
Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
.
Sejauh ini tidak ada laporan resmi tentang penggunaan
bekas lapangan terbang P2 tersebut. Sebagai fasilitas militer negara, kawasan
tersebut tentu saja tertutup untuk umum kecuali dengan izin resmi dari pihak
berwenang.
-----------------------------------
Follow
akun instagram kami di @masjidinfo
| @masjidinfo.id
| @hendrajailani
------------------------------------
Referensi
Baca Juga